|VVaduuu!
_________________
"Daraaa, kamu udah tidur, ya? Kalau udah, bangun dong!"
Sera mengguncang bahu Dara, membuat sang kakak yang baru mau bersilaturahmi sama alam mimpi jadi kembali terjaga. Ini pukul dua pagi, dan acara curhat-mencurhat mereka baru selesai satu jam yang lalu. Berhubung Sera sudah terlampau mager balik ke kamarnya, ia putuskan untuk tidur bersama Dara. Beruntung si kakak sama sekali nggak keberatan, walau jelas harus menahan sabar luar biasa sebab ia punya beragam cara untuk bikin tidur kakaknya itu nggak nyenyak.
Contohnya, ya seperti sekarang ini.
"Kenapa, Ser? Kamu butuh sesuatu?" tanya Dara dengan mata masih terpejam.
"Iya, aku mendadak laper."
"..."
"Cacing-cacing di perutku pada demo minta maem."
"Coba liat di atas meja, brownies yang Mon bawa kayaknya masih ada."
Sera melirik ke arah meja, tapi setelahnya langsung menggeleng. "Aku nggak mau makan yang manis-manis."
"Terus?"
"Aku pingin indomie goreng pakai sosis sama nugget, ekstra cabe plus-plus. Ayo, Dar, masakin buat aku."
"Tapi ini masih–"
"Aku nggak bisa tidur kalau perutku keroncongan. Kalau aku nggak bisa tidur, besok aku kesiangan. Kalau aku kesiangan, aku jadi nggak bisa ngampus. Kalau aku nggak ngampus, aku nggak kumpul tugas. Kalau tugasku nggak dikumpul, aku nggak ada nilai. Kalau aku nggak ada nilai, aku nggak lulus. Kalau aku nggak lulus, aku nggak bisa wisuda. Kalau aku nggak wisuda, aku nggak punya kerja. Kalau aku nggak punya kerja, aku jadi pengangguran. Coba bayangkan, Dar! Betapa suramnya masa depanku kalau sekarang aku nggak maem."
Ucapan luar biasa ngawur dilengkapi skill ngerap Sera, sukses bikin Dara sadar sempurna. Aslinya, ia ingin sekali menolak dan menyuruh adiknya itu kembali tidur, terus makan indomie dalam mimpi saja. Tapi, Dara nggak sampai hati untuk mengatakannya. Apalagi, tatapan Sera kini berubah jadi penuh binar permohonan macam anak yang sudah seminggu nggak dikasi makan. Benar-benar jago akting!
"Eng..."
"Dar, menahan lapar nggak semudah menahan perasaan. Deep inside from my tummy, ini sungguh menyiksa."
Daripada omongan Sera makin melantur, lebih baik Dara mengalah. "Yaudah, iya. Ayo, ke dapur."
"NAH, GITU DONG!"
"Maem indomie goreng aja kan?"
"Yaps! Eit, jangan lupa pakai sosis, nugget dan ekstra cabe. Sekalian sama telur juga deh, apalah arti sebuah mie kalau nggak ada telurnya."
"Oke."
"Tapi, Dar, berdasarkan kata orang nih, dini hari begini enak juga makan yang berkuah kayak–"
"Ser..."
"Heheheh, iya, aku diam."
Sebagai adik yang merasa dirinya berbudi luhur, Sera sempat menawarkan bantuan walau sekadar potong-potongin bahan makanan. Tapi, karena Dara adalah kakak yang luar biasa pengertian, ia menyuruh Sera untuk duduk manis dan menunggu saja. Tentulah hal menyenangkan ini nggak Sera tolak. Kapan lagi coba dia bisa jadi nyonya besar dan Dara jadi kacung?
"Sebenarnya, aku mau curhat sesuatu," ucap Sera sambil menopang dagunya dengan kedua tangan.
"Lah, yang tadi belum selesai?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Induratize ✔️
Romance• PERFECT SERIES • [Completed] [Dapat dibaca terpisah] _________________________________________ Induratize [ in-door-a-tahyz] (verb.) to make one's own heart hardened or resistant to someone's pleas or advances, or to the idea of love. A side-e...