33

792 74 148
                                    

|Home. 

_________________

Can a person be a home?

Jika pertanyaan itu ditujukan untuk Rafa, ia mungkin akan langsung teringat kejadian hampir empat tahun lalu, yang mana menjadi alasan dia jatuh cinta kepada Sera.

Sedikit cerita serempet curhat, bisa dibilang awal mula Rafa dulunya gencar mendekati Sera bukanlah murni karena cinta. Iya sih, dia memang terpesona sama cantiknya cewek itu saat mereka pertama kali bertemu. Tapi, yang bikin dia tertarik setengah mampus ialah sifat keras kepala, jutek, dan menyebalkan Sera. Seperti... dari sekian banyak cewek yang Rafa sepik dan gombali, cuma Sera satu-satunya yang nggak baper. Jangankan baper, baru melihat ujung rambut Rafa dari kejauhan saja, cewek itu bagai melihat malapetaka.
Di mata Sera, Rafa nggak ada beda sama virus mematikan. Kehadirannya nggak diharapkan sama sekali.

Akan tetapi, karena tabiat seorang cowok adalah semakin ditolak semakin tertantang, semakin disuruh berhenti semakin rajin mengejar, Rafa jelas nggak menyerah. Dia lebih semangat lagi mengintili Sera, berada di mana pun cewek itu berada, pergi ke mana pun cewek itu pergi, terus bersikap nggak tahu malu seolah mereka adalah teman lama, serta yang terpenting yaitu memberikan ribuan macam gombalan demi mendapat perhatian.

Catat, semua dia lakukan bukan karena cinta.

Lantas apa?

Bagi Rafa, ego dan harga diri itu segalanya. Sebagai 'pemilik rawa buaya' yang punya ratusan dedek gemes dan sudah berpengalaman menghadapi bermacam-macam perempuan, Sera hanyalah sebuah tantangan baru. Rafa merasa harus bisa menaklukan cewek keras kepala itu, sebab dia nggak suka menerima penolakan.

Maka singkat cerita, ketika mereka akhirnya resmi pacaran, Rafa nggak menaruh ekspektasi apa-apa. Dipikirnya mungkin dua atau tiga bulan, atau kalau agak langgeng sekitar enam bulan, mereka bakal putus juga. Tergantung kapan dia merasa bosan, lalu mulai sengaja menghilang dan akhirnya menemukan cewek lain yang lebih menarik lagi.

Tapi, semua juga sudah tahu kan kenyataannya bagaimana?

Bukannya menaklukan, justru dia yang ditaklukan. Bukannya dibucinkan, justru dia yang membucin setengah mampus. Di mata Rafa, Sera itu bagai Aphrodite, sang dewi cinta. Cewek lain? Cuma upik abu. Dia nggak ada waktu untuk memikirkan mereka.

Jadi, kapan sih sebenar-benarnya seorang Rafa terkena pelet–– maksudnya, jatuh cinta kepada Ndoro Medusa yang terhormat alias Serena Maheswara?

Kejadian tepatnya Rafa nggak ingat, namun ini terjadi sekitar awal bulan Desember tahun 2017, ketika langit mulai rajin menurunkan rinai hujan.

Kala itu, selain fokus belajar menjelang ujian akhir semester, Rafa juga sibuk mengejar deadline pengumpulan tugas besar. Tapi seolah belum cukup, Papa dan Mama juga nggak absen mengingatkan dia akan pekerjaan dalam perusahaan, mulai dari mengecek indeks saham, mengatur pertemuan dengan banyak rekan bisnis, mengatur pembelian saham-saham baru yang kelihatannya menarik, sampai terjun langsung ke lapangan untuk belajar memantau perkembangan pembangunan gedung untuk cabang atau bisnis baru.

Asli. Rafa seperti nggak diberi waktu barang sehari untuk bernapas.

Memang benar, sebagai anak pertama dan laki-laki yang terlahir dari keluarga kaya raya (yang mana kehidupan mereka bergantung penuh akan keuntungan dan kesuksesan bisnis) seperti sudah menjadi kebiasaan turun-temurun dari keluarga besar, untuk memberikan tanggung jawab berlebihan kepada tiap anak sulung. Dituntut untuk sempurna dan serba bisa itu hal yang biasa. Malah akan sangat memalukan apabila di umur segini, dia belum bisa mengelola bisnis sendiri.

Meski Rafa kelihatannya suka bersenang-senang, doyan menghamburkan duit, dan kayak nggak ada beban hidup, aslinya nggak begitu. Dia juga capek dan stres. Menjadi orang kaya memang menyenangkan, tapi menjalani hidup sebagai orang kaya nggak segampang yang ada di novel, sinetron, atau film.

Induratize ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang