|Menggalaw.
If you love each other, then breaking up is not the answer.
_________________Ini genap hari ketiga, Sera nggak mengaktifkan ponselnya.
Bukan apa, karena ada terlalu banyak orang yang kurang kerjaan, berita tentang dia melabrak sadis Devia cepat tersebar luas, heboh, dan bikin geger seantero kampus. Tentu saja dengan alur yang menempatkan dia sebagai antagonis, lalu cewek sialan itu menjadi si korban teraniaya nan menderita, sehingga lekas mendapat ribuan simpati masyarakat.
Orang-orang enggan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Mereka cepat percaya pada berita simpang siur dari mulut ke mulut, kemudian berlagak seperti saksi mata yang tahu segalanya. Bahkan sebelum Sera menonaktifkan ponsel, notifikasinya sudah jebol dengan amat banyak pesan berisi umpatan, hinaan, kata-kata kasar, hingga yang terparah ialah suruhan untuk bunuh diri. Orang di dunia maya memang bisa lebih kejam daripada pembunuh bayaran. Mereka mampu mematikan mental seseorang, hanya dengan beberapa kata.
Sera tahu yang harus ia lakukan adalah bersikap masa bodoh. Nggak perlu buang waktu dan tenaga untuk berkoar-koar menjelaskan bahwa dialah si korban. Sebab itu percuma. Di luar sana, orang yang nggak menyukainya jauh lebih banyak daripada yang mau bergaul dengan dia. Seorang pembenci, mau diyakinkan pakai seribu bukti pun, bakal tetap membenci.
Lantas, apakah Sera jadi menyesal sudah memberi Devia pelajaran?
Enggak. Jawabannya sama sekali enggak.
Devia memang pantas sekarat di rumah sakit untuk membayar semua perbuatan liciknya. Entah dari siapa cewek itu tahu soal trauma yang dia punya, Sera sudah nggak peduli atau berniat menelusuri. Jika cewek itu masih memiliki separuh akal sehat, mestinya setelah insiden ini, ia berhenti bertindak macam-macam atau berniat mengusik Sera lagi. Karena yang nggak suka mengampuni itu bukan hanya Sera. Keluarganya juga.
"Urusan sama walinya udah selesai. Mereka janji nggak akan nuntut, atau nyuruh kamu buat minta maaf," ucap Dara seusai bertemu dengan wali Devia.
"Jadi?"
"Kayak yang kamu bilang. Mereka minta biaya tambahan."
"Berapa banyak?"
Dara melirik kecil. "Nggak sebanyak ekspetasi. Lagian mereka cukup malu untuk minta lebih karna tau cewek sialan itu juga bersalah."
Sera mengangguk sekenanya, lalu kembali fokus menatap pemandangan di luar jendela kamar Dara.
"Dan soal beasiswanya."
"Hm, gimana?"
"Aku udah nelpon Om Raka. Beliau yang bakal ngurus itu. Dia juga bilang kalau kamu mau, dia bisa ngatur biar sekalian didrop-out. Jadi aku bilang aja iya."
"Oke."
Nyatanya, meski uang dan kekuasaan memang nggak mampu membeli kebahagiaan, bagi orang-orang dari keluarga kaya raya seperti Sera, itu tetaplah tameng paling ampuh. Terlalu mudah bagi mereka untuk menyingkirkan orang kecil macam Devia. Terlebih wali cewek itu kelihatannya lebih peduli pada jumlah rupiah yang Dara berikan, ketimbang kesehatannya yang belum tentu membaik dalam waktu dekat.
Miris.
Jika tahu begini, Sera agak menyesal nggak membuat cewek itu lebih sekarat lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Induratize ✔️
Romance• PERFECT SERIES • [Completed] [Dapat dibaca terpisah] _________________________________________ Induratize [ in-door-a-tahyz] (verb.) to make one's own heart hardened or resistant to someone's pleas or advances, or to the idea of love. A side-e...