|| Tentang Nama.
Entah mau menyebut ini sebagai keajaiban yang diatur Sang Pencipta atau hanya sebuah mimpi manis yang menjadi kenyataan, Sera benar-benar nggak menyangka di dalam perut dia ternyata ada dua manusia.
Kaget? BANGETTT SAYYY!!
Butuh lebih dari dua menit bagi dia untuk kembali sadar setelah syok berkepanjangan, sementara Rafa sudah menangis tersedu sampai bikin Bu Dokter dan para suster kebingungan.
Gimana ya? Ini tuh seperti berkat double yang Tuhan kasi, usai setahun lebih mereka menunda punya bocil. Semua orang menyambut berita ini dengan bahagia, terkhusus keluarga besar Rafa. Memang terkesan smooth, tapi Sera bisa merasakan ia makin dihargai dan disayangi oleh mereka ketimbang sebelum punya bayi.
Karena terus berpikir positif dan menjaga hatinya tetap senang, bulan-bulan berikut terlewati dengan baik. Meski tetap ada drama-drama kecil yang terjadi, Sera bersyukur banget Rafa begitu sabar menghadapi mood swing dan segala sikap menyebalkannya.
Menurut prediksi Dokter, awal bulan depan duo bocil dalam perut Sera ini akan brojol. Berhubung dari pemeriksaan kemarin bobot si kembar ternyata besar mengikuti jejak bapaknya, mereka sepakat agar proses bersalin dilakukan dengan operasi ketimbang mengambil resiko melahirkan normal. Maka dari itulah selaku suami dan calon ayah yang katanya siap siaga 24/7, Rafa sengaja memperpanjang cutinya sampai enam bulan ke depan.
"Papa nggak keberatan kamu cuti lama banget??"
"Nggak, malah tadi disuruh ambil yang setahun aja."
"Serius?? Terus kerjaan kamu nanti siapa yang handle?"
Rafa tersenyum lebar. "Kan ada Jojo."
"Emang dia mau?"
"Gajinya naik dua kali lipat, yakali dia nolak."
(by the way sekilas info tentang Jojo, sebab pernah janji akan bersahabat sehidup semati, ia lebih pilih menjadi asisten pribadi Rafa ketimbang mengurus bisnis keluarga. Dia juga sudah menikah dan punya bocil, tapi sama perempuan siapa, Sera nggak bisa cepu)
"Ngomong-ngomong, udah kepikiran belum dua bocil mau dikasi nama siapa?" Rafa bertanya sembari mengelus perut besar Sera dari belakang.
"Mikirnya sih udah dari lama, tapi belum ada yang pas."
"Upin Ipin ajalah kalo gitu."
"Heh, sembarangan! Ntar kalo nih dua bocil ikutan botak, gimana?!"
Rafa tertawa sementara Sera mendelik sinis.
"Kali aja saking sukanya kamu sama mereka, kamu kepingin namain dua bocil jadi Upin Ipin juga."
"Sempat sih, heheh."
"Ha??"
"Tapi batal, soalnya menurut petuah dari Papi, nama itu adalah doa. Kumpulan harapan terbaik dari orang tua yang sebenarnya bisa membentuk karakter dari anak itu sendiri," jelas Sera serius. "Makanya waktu dulu Mami hamil aku sama yang lain, Papi bilang butuh berbulan-bulan dia mikir dan nyari nama yang pas buat kita berlima."
"Pantas aja nama kalian pada cakep."
"Selain cakep, itu juga mewakili sifat kami masing-masing."
Rafa menatap lekas Sera.
"Damara artinya keanggunan, Serena berarti kekuatan, Iridesa berarti cahaya, Monita itu kehormatan, dan Daisy adalah ketulisan. Yaaah walau sekilas sifat kami kayak nggak jauh beda, kalo udah kenal lama pasti bakal nyadar. Dara yang paling anggun dan kalem. Aku yang fisiknya paling kuat di antara mereka. Iresa yang paling ceria dan jarang banget nangis. Monmon biar rada bloon, jadi perempuan yang paling dihargai sama temen cowoknya. Dan Disi, walo suka julid dan mulutnya pedes, dia bisa tulus banget sayang sama orang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Induratize ✔️
Romance• PERFECT SERIES • [Completed] [Dapat dibaca terpisah] _________________________________________ Induratize [ in-door-a-tahyz] (verb.) to make one's own heart hardened or resistant to someone's pleas or advances, or to the idea of love. A side-e...