|Bulan Pintu.
waiting for someone to love you back is not romantic,
it's self-destruction.
_________________Serena : sbntr sore bisa ketemuan, gak?
Jendral menatap lumayan lama pesan yang Sera kirimkan itu, sebelum kembali memandang langit-langit kamar, lalu tanpa sadar mengembus napas panjang.
Apa yang terjadi belakangan ini cukup ribet dan bikin sakit kepala. Kalau boleh jujur, sampai sekarang Jendral bingung harus ngapain. Maksudnya, dia nggak tahu harus menyikapi Sera seperti apa dan bagaimana. Sejak malam di mana ia pergi menghajar Rafa, ia juga memutuskan untuk nggak menemui cewek itu dulu. Awalnya karena Jendral ingin memberi Sera waktu untuk sendiri, namun lama-lama karena dia didera perasaan serbasalah.
Dari informasi yang Jendral dapat dari Monita dan Disi (dua anak itu belakangan memang rajin berbalas pesan dengannya, kebanyakan sih membahas hal-hal yang nggak penting dan nggak masuk akal tapi cukup menghibur) semenjak putus dengan Rafa, Sera dilanda galau hebat. Semua sikap tengil cewek itu bagai hilang dalam sekejap, ia jadi sering melamun, dan macam nggak ada semangat hidup.
Disi bilang, walau Sera masih ikut ketawa-ketiwi dan sering nimbrung jokes receh yang mereka buat, mata sang kakak nggak pernah bisa bohong. Bahasa sederhana serempet julidnya sih, Sera mencoba terlihat kuat dan berlagak baik-baik saja, padahal semua juga tahu diam-diam setiap malam cewek itu nangis karena kangen Rafa.
Jika mau egois, mestinya ini menjadi kesempatan bagi Jendral untuk mengambil hati Sera. Dia bisa berjuang mendapatkan cinta pertamanya lagi. Tapi, Jendral sangsi. Mengetahui fakta bahwa Sera terluka karena putus dengan Rafa, justru membuatnya merasa bersalah. Seperti... andai dari awal dia nggak hadir di antara mereka, mungkin ini semua nggak akan terjadi.
Hanya balik lagi. Di dunia ini, dari banyaknya hal yang bisa dan nggak bisa manusia lakukan, mengendalikan kemauan hati masih menjadi yang tersulit. Orang-orang mungkin mampu memendam perasaan selama bertahun-tahun. Bersikap kayak nggak tertarik, taunya dalam hati naksir setengah mampus. Namun semua pun setuju kalau nggak ada orang yang bakal merasa biasa-biasa saja, ketika melihat orang yang dia cintai bahagia bersama yang lain.
Iya, sebab Jendral pun begitu.
Jendral sangat tahu ini adalah konsekuensi yang dia terima karena kesalahannya sendiri telah meninggalkan dan menyakiti Sera. Hanya saja dia belum sepenuhnya rela. Bohong besar jika Jendral bilang dia senang posisinya di hati Sera tergantikan oleh Rafa. Bohong besar jika dia bilang dia sudah menerima kenyataan bahwa Sera nggak mencintainya lagi.
Akan tetapi, kalaupun ingin memaksakan diri untuk berjuang, apakah itu menjamin Jendral bisa mendapatkan kembali seluruh hati Sera? Kemungkinan besar, enggak. Dia sudah mendengar bahkan melihat sendiri bagaimana Sera begitu menyayangi Rafa. Dan dari pertama bertemu pun dia bisa melihat hal yang sama dalam diri Rafa.
Jendral memang mencintai Sera. Sangat.
Namun memaksa cewek itu untuk balik mencintainya bukan hal yang tepat. Itu bukan cinta melainkan obsesi. Dan Jendral tahu hasilnya nggak akan pernah baik. Jadi, mau nggak mau, suka nggak suka, terima nggak terima, ia harus menerima kenyataan kalau Sera nggak bisa menjadi miliknya lagi.
Ralat.
Sera memang nggak pernah menjadi miliknya.
Mengabaikan sesak yang tentu saja hadir karena semua fakta menyedihkan yang bercokol di pikirannya ini, Jendral meraih ponsel guna membalas pesan Sera. Apa pun yang mau cewek itu katakan nantinya, ia akan berusaha untuk berbesar hati dan menerima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Induratize ✔️
Romance• PERFECT SERIES • [Completed] [Dapat dibaca terpisah] _________________________________________ Induratize [ in-door-a-tahyz] (verb.) to make one's own heart hardened or resistant to someone's pleas or advances, or to the idea of love. A side-e...