SPECIAL PART | Ikigai

719 67 293
                                    

Ikigai
(n.) a Japanese concept literally translates to "a reason for being"; 'a reason to get up in the morning, ' to enjoy the meaning of life-passion, purpose, something one lives for.

_______________

||Muuuuaaaccchh!

Meski satu bulan mengejar Sera bisa dibilang termasuk waktu yang singkat (soalnya di kebanyakan film, sinetron atau novel romansa, mengejar cinta seorang cewek gengsian yang keras kepala, jutek, dan menyebalkan itu sekiranya memakan waktu berbulan-bulan hingga bertahun-tahun lamanya macam perjuangan Biksu Tong dan Sung Go Kong mencari kitab suci) aslinya selama melewati hari demi hari itu pun, Rafa bagai dilatih menjadi manusia super sabar yang harus terus optimis dan berbesar hati, meski batin memberontak ingin teriak, 'KAMPREEEETTTT'.

Gimana enggak? Jika didefinisikan secara terang-terangan nih, kelebihan dari seorang Serena Maheswara itu cuma sebatas tampang, duit, sama kekuatan otot di tangan mungilnya doang. Sisanya yang lebih penting seperti akhlak, hati nurani, dan kesopansantunan, cewek itu bukan hanya kurang, melainkan sama sekali nggak ada. Kosong. Nihil.

Terus sudah tahu begitu, kenapa Rafa masih ngebet ingin memiliki?

Ya seperti yang dia pernah bilang, menaklukan cewek keras kepala dan menyebalkan kayak Sera adalah tantangan baru yang sayang bila dilewatkan. Sepanjang sejarah hidup sebagai buaya rawa, Rafa nggak pernah ditolak sama cewek sebegitu parahnya. Malah kalau mau ngomong sombong, belum ada cewek yang pernah mengabaikan pesona paripurna yang melekat permanen di wajah gantengnya ini.

Pede banget, tapi kenyatannya memang begitu.

Alasan lainnya (yang Rafa simpan seorang diri, nggak dia beritahukan pada siapa pun termasuk Jojo) entah sejak kapan, menatap muka jutek dan sinisnya Sera terasa begitu menyenangkan. Walau di tiap pertemuan akan berakhir dengan dia menjadi korban kekerasan, Rafa nggak merasa risih, hilang respek, apalagi jenuh. Dia justru semakin semangat mendekati cewek itu.

"Saran gue, mending lo cari cewek lain aja deh, cuk. Tuh orang nggak suka sama lo. Sadar!"

Itu yang Jojo ucapkan, saat Rafa dengan wajah sungguh memprihatinkan datang ke kantin, terus tanpa diminta langsung curhat tentang perbuatan nggak manusiawi Sera, yang berapa menit lalu menghantam kepalanya pakai buku setebal ensiklopedia––sebenarnya ini juga salah dia sih, karena nekat mengintili cewek itu sampai ke perpustakaan, terus gara-gara mereka nggak bisa diam ditambah suara tertawanya yang nyaring seantero ruangan, berakhirlah mereka diamuk lalu diusir sama ibu penjaga. Sera yang nggak terima, sudah pasti melampiaskan kekesalannya pada si oknum pembuat onar.

"Nggak, Jo, apa pun yang terjadi gue mesti dapetin dia," jawab Rafa seraya memijat kepalanya yang masih rada nyut-nyutan.

"Lo nggak takut lama-lama naik status jadi jenazah? Gue perhatiin nih, tuh cewek agaknya nggak segan bunuh orang, apalagi kalo orangnya suka ngelunjak kayak elo."

Rafa tertawa singkat. "Lo tau apa sih? Sera nggak sejahat itu."

"Nggak sejahat itu?" Jojo berdecak dan menatapnya tak percaya. "Dia jambak rambut lo macam orang kesurupan, siram lo pake jus jeruk, buang ponsel lo di kolam ikan, bikin lo malu di depan ratusan maba, terus gak tau udah berapa puluh kali tabok kepala lo sampe ada tanda gitu, dan lo bilang nggak jahat?"

"Ya, itu kan––"

"Lo pasti beneran suka sama dia."

"Enggak!"

Rafa membantah dengan cepat. Atau mungkin kelewat cepat, karena bikin Jojo makin menyipitkan mata penuh curiga.

"Berarti udah mulai suka?"

Induratize ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang