34

740 75 146
                                    

| Storm.

He was her warmth,
she was his peace.
_______________

ps : putar lagu di mulmed bakal lebih asoy sie.

ps : putar lagu di mulmed bakal lebih asoy sie

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pertengahan Desember, tahun 2017.

Jika diberi pilihan perihal cinta lebih suka mengejar atau dikejar, orang-orang mungkin bakal langsung menyimpulkan cewek gengsian seperti Sera pasti akan memilih dikejar. Tapi sebenarnya enggak. Ketimbang dikejar, dia lebih suka mengejar.

Serius. Ini nggak bohong.

Dari dulu, lebih tepatnya saat SMA, ketika lagi tertarik sama seseorang (kebanyakan cowok yang mencuri perhatiannya sih nggak jauh-jauh dari deretan most wanted boy versi anak baik seperti ketua ekskul, kapten basket, anggota paskibraka, si langganan juara umum, sampai ketua osis) Sera bukan tipe yang bakal memendam perasaannya itu rapat-rapat, terus memilih jadi secret admirer. Dia juga bukan yang akan repot-repot bikin surat cinta, lalu diam-diam menyelipkan dalam tas atau loker milik si cowok bersama sebungkus coklat harga sepuluh ribuan. Lebih lagi, dia bukan tipe yang pas naksir seseorang, bisanya cuma memandang si doi dari kejauhan, terus mulai nge-halu kelak mereka akan bersama, memamerkan keuwuan di tiap penjuru sekolah, menjadi bahan pergunjingan seluruh angkatan, terus terpilih menjadi best couple pada acara prom night nanti.

Nggak. Sera anti yang begituan.

Daripada menjadi cewek malu-malu yang melakukan pendekatan dengan cara yang baginya sangat norak dan pasaran itu, dia lebih memilih confess secara langsung. Entah tanggapan si cowok nantinya bagaimana, mau ditolak atau diterima, itu urusan kemudian. Yang penting, cowok yang dia taksir tahu perasaannya. Sera menyebut ini sebagai cara berkelas, orang-orang menyebutnya nggak tahu malu.

Maka, untuk alasan itulah, Sera kesal setengah mampus kala baru dua hari menjadi seorang mahasiswa, dia sudah dibuntuti manusia titisan buaya air asin––siapa lagi kalau bukan Rafa––yang mulutnya penuh sama bualan dan gombalan murahan, bikin gendang telinga panas setiap saat. Sera teramat ogah berurusan dengan manusia ganjen, sok ganteng, super pede, banyak ngomong, dan tukang ngalus seperti Rafa ini. Tapi, sudah diusir pakai cara halus sampai cara paling biadab pun, cowok itu nggak ada tobatnya. Makin disuruh pergi, malah makin rajin mengintili.

Jujur nih, selama Sera bernapas dengan gratis di dunia, baru sekarang ada cowok yang luar biasa betah mengejarnya.

Terus, ya begitulah.

Tentang waktu dan isi hati, nggak ada yang pernah tahu. Awalnya kesal, eeeh ujung-ujungnya jadi pacar juga.

Apakah saat itu Sera langsung otomatis mencintai Rafa dan memandangnya sebagai oknum yang patut dibucinkan nomor dua setelah Nakamoto Yuta? Tentu saja, enggak!

Gimana ya, Sera paham betul tabiat Rafa seperti apa. Malah selama mereka berpacaran, kalau dihitung hingga kini berarti sudah enam bulan, cowok itu masih doyan sepik cewek lain. Isi ponselnya persis asrama putri. Beragam jenis cewek mulai dari yang unyu-unyu, imut nan polos, sampai yang baddas dan seksi, lengkap Rafa punya. Bahkan ibarat kata nih, andai di detik ini mereka putus, detik berikutnya cowok itu bisa dapat pacar baru.

Induratize ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang