24

3 1 0
                                    

24.

Aku mengikuti si bos yang berjakan di depanku. Aku melihat sosoknya yang amat sanat ramah. Menyapa setiap orang yang lewat dantak jarang terlibat beberapa percakapan. Terlihat sangat bahwa dia adalah seorang yang selalu menghormati agar di hormati. Paham kan,?

Maksudku, dia adalah seeorang yang mendapat kehormatan dari orang lain karena dia menghormati orang lain terlebih dahulu.

Aku melihat para anak-anak yang bermain dengan sangat akurnya, padahal fisik mereka amat sangat berbeda. Ada yang terlinganya meruncing keatas dengan rambut terangnya,. Lalu ada yang memiliki ekor kecil, ada yang memakai pakaian seperti penyihir pedesaan yang sering teriha di flim-flim kartun anak kecil, yang fungsinya tentu saja menakuti anak kecil. Namun disini tak ada satupun yang rupanya menakutkan. Semuanya menawan dengan caranya masing-masing.

Lama berjalan, kami berhenti di sebuah tanah lapang di bawah sebuah pohon apelbesar dengan buah nya yang amat sangat ranum dan lebat. Tampak si bos duduk di sana sambal mengeluarkan belanjaannya. Tadi saat di pedesaan kami memang mampir untuk membeli beberapa makanan dan minuman.

Aku, mengikutinya. Duduk di disampingnya. Hamper tengah hari sekarang, dan kami sudah berjalan meninggalkan kastil sehabis sarapan tadi. Tak terasa aku amat sangat lapar sekali sekarang ini.

sam, seseorang tampaknya tak sabar untuk bertemu denganmu sekarang ini ucapnya tiba-tiba Ketika kami sudah menghabiskan makanan dan beberapa apel yang di petiknya.

siapa,.?

Aro, singkat,jelas dn padat.

Popo,.? tanyaku memastikan.

Dai mengangguk lalu berdiri, mengibas-ngibaskan tangannya membersihkan bajunya dari kotoran yng menempel. Lalu pergi ke sisi pohon yang berlainan dengan tempatku duduk sekarang ini.

jangan mengintip sayang, akua k membawa baju ganti teriaknya diiringi kekehannya.

Aku,? Hanya diam sudah biasa dengan tingkahnya yang kadang gila eperti itu. Aku meringis saat mendengar sesuatu berderak-derak. Seperti sesuatu yang patah dari tempat dimana dia menghilang tadi. Bunyi itu amat sangat keras.

Aku melotot saat sadar, suara itu berganti ke sebuah dengusan yang amat sangat berat di sertai geraman. Tak lama sesosok anjing, eh tidak serigala hitam yang amat sangat besar muncul dari tempat dimana si bos tadi menghilang. Aku terdiam melihatnya. Sosok itu mulai mendekat, entah kenapa akupun mendekat kerarahnya. Aku menatap ke matanya, dan aku merasa matanya sangat ramah. Aku terus maju dengan tangan yang mengulur, dia amat angat besar. Bahkan Ketika aku berdiri pun dia masih jauh lebih tinggi dariku.

Perlahan dia menundukkan kepalanya, membiarkan aku menyentuh moncongnya. Setau ku hewan sejenis ini, seharusnya tidak di tatap matanya, dan juga biasanya mereka lebih senang jika yang di sentuh pertama puncak kepalanya. Aku mengingat saat berteu kucing di jalan, bagaimana mereka menghindar jika aku ingin mengelus dagunya, dan malah menyodorkan kepalanya untuk ku elus.

Namun, dia berbeda. Mata emasnya menatapku lembut, sangat menenangkan. Dia Kembali mendekat, lalu menaruh moncongnya di pipiku lalu menggerak-gerakkannya seperti sedang mengelusku. Tanganku sudah beralih mengelus bulu leher dan telinganya sembari sedikit menggaruknya. Bulu itu, benar-benar halus.

Aku tertawa geli saat dia menjilat pipiku dan menduselkan moncongnya di ceruk leherku.

popo,. Ucapku,.

Dia mengeluarkan suara imut, ya tuhan lucunya,..

Samai sore harinya, aku dan popo hanya tidur-tiduran di bawah pohn apel aku yng tidurn di perut popo sambal memeluk kakinya seperti guling. Menatap langit biru yang amat sangat bersih dari gum palan putih yang di sebut awan.

Eclipse (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang