32

6 0 0
                                    


Tubuhku kian melemah, aku tak mau diam begitu saja menunggu garis takdir memainkan perannya. Setidaknya aku harus berusaha demi anakku kelak. Setidakny aku ingin melihatnya menangis untuk yang pertamakali. Memastikan bahwa dirinya hidup dan menghirup nafas.

Aku melangkahkan kaki menuju keluar mansion. Pemandangan di luar sana mampu membuat aku menyunggingkan senyum. Perlahan aku membaur Bersama para pejalan kaki yang berlalu Lalang.

Sesekali aku menyunggingkan senyum menyapa orang-orang goldia. Ikut melambaikan tangan pada para bocah yang sedang bermain-main. Aku lagi-lagi tersenyum melihat mereka, membayangkan jika anakku kelak akan berlarian, tertawa dan Bahagia seperti mereka. Dia harus Bahagia bukan?

''sore Luna, ada yang bisa saya bantu?'' ucap seseorang Wanita muda yang langsung menyapaku kala aku memasuki sebuah took kecil.

''ya apakah anda menjual bunga biru?'' ucapku lagi-lagi sambil tersenyum.

Sedikit kerutan hadir di keningnya yang mulus. Tentu saja aku paham tentang kernyitan di dahinya itu. Bukankah dokter sudah mengatakan bahwa biasanya yang pergi membali bung aitu adalah kaum suami. Dan tentu saja kasus ini berbeda denganku.

'' aku hanya memiliki sisa satu botol ini Luna, sebenarnya biasanya para suami lah yang bertugas untuk meraciknya dan menambahkan sediki tenaga spiritual mereka setidaknya sampai bunga-bunga ini agak layu. Lalu mengeringkannya total dan memberikannya pada istri mereka.''

''ahh,,suamiku sedang sangat sibuk, dan aku sangat tidak sabar memperoleh bunga Ajaib ini. lalu apakah bung aini akan tetap bekerja jika suamiku tak berperan dalam proses pembuatannya??''

Dia menggeleng dan mengerjap.

'' tentu saja bunga ini akan tetap mengeluakan khasiatnya, hanya biasanya para suami akan memberikan sedikit energi spiritual mereka agar sang istri nyaman. Tentu saja energi yang di miliki merak akan familiar jika berte dengan energi spiritual sang istri. Dan tentu saj atenaga yang kembali juga akan menjadi lebih banyak.'' Jelas wantaitu padaku.

''maafkan say ajika saya hanya punya stock yang sedikit. Karena biasanya yang mengambl dan memanennya adalah para suami.''

''ahh, tak apa. Tapi bisakah jika aku meminta kepadamu untuk menyediakan stok lagi padaku?'' pintaku enuh harap padanya.

''tee..tentu Luna, saya akan meraa sangat terhormat'' ucapnya sedikit guguplalu menundukkan badannya jga mengangkat sedikit gaunnya.

Aku tersenyum,

''terimakasih Risa, cantik..'' ucapku setalh membaca bordiran nama di dadanya.

Dai tampak kaget, lalu tersenym malu kearahku.

''eum Luna, bolehkah jika saya menyeduhkannya untuk anda?'' tawarnya. Tenu saja aku tersenyum tak menolak tawarannya.

''Berfoya-foya heh?!''

Suara datar nan dingin itu menggema di seluruh ruangan, membuatku hampir saja menjatuhkan bingkisan yang kupegang semenjak tadi. Senyum perlahan lenyap dari bibirku. Entah lah, aku hanya meraa sangat takut berada di dekatnya.

''aaa... ku anya membeli beberapa obat herbal untuk menguatkan kandunganku''

Aku melihatnya menuruni tangga sambil membenarkan kerah baju yag di pakainya. Tubuhku sedikit gemetar saat menyadari dia perlahan mendekatiku. Dia berjalan ke arahku. Lalu berhenti teppat di hadapanku, bahkan wajahnya ku yakin tidak lebih dari 15 cm. bhakan aku bisa menhirup aromanya yang sangat menenangkan. Perlahan tubuh ku rileks mencium aroma itu. Namun,

''memangnya apa peduliku? Akan lebih bags jika itu mati, bukan. Tidak akan merepotknaku.''

Tubuhku kembali menegang, perlahan air mataku mengambang. Apa katanya tadi? ''ITU''. Sungguh ini adalah darah dagignya sendiri, namun mengapa dia begitu keras padaku. Perlahan tanganku naik, memeluk erutku sendriri. Aku takut.




dikit dulu ya, hiatus bentar gak papa ya wkkwkwk 

Eclipse (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang