7.

37 2 0
                                    

7.

Hey guys, nih Da up lagi.. Happy reading..
Sorry for the typo..

Kulangkahkan kakiku menuju ruangan paling atas. Iya, aku keterlaluan, lantai 23 tempatnya. Gedung ini terdiri dari 25 lantai , tentu saja jika basement dan parkirannya dihitung. Eh nanti dulu, apa bedanya basement dan parkiran di gedung ini. Hei Sam tempat itu adalah satu.

Okay. Akui aku gugup.

Bayangkan, aku akan menemui sang pemilik Laz's Corp. Melakukan, wawancara resmi dengannya. Jika kalian berfikir. Bagaimana bisa.,? Aku juga tak tau.

" permisi, " ucapku.

Tanganku terulur mengetuk  satu-satunya pintu  yang ada di ruangan itu. Taka ada staf yang mejaga, atau bahkan sekretaris nya. Apa mungkin sekretarisnya di dalam.,?

"Masuk,"  suara berat nan dingin itu mengembalikan sadarku, yang sedari tadi berkelana.
Namun, fantasi otakku kembali terbang entah kemana.

Apakah, didalam sana ada pak tua perut buncit.,? Atau pak tua penuh kharisma. Atau bahkan pangeran tampan, seperti yang di ceritakan di novel-novel atau di flim tentang boss besar.

Jujur, aku belum browsing tentang. Pemilik perusahaan ini. Hei, aku tak mengira akan di wawancarai orang penting seperti dia. Aku pikir cukuo bagian HRD dan staf pewawancara yang akan menanyaiku. Handphone ku bahkan tertinggal. Membuatku sama sekali tak bisa browsing.

"Apa saya harus berkata dua ka..."

Lagi-lagi suara berat itu, mengusikku. Mengembalikan kesadaranku seutuhnya. Namun, segera terpotong ketika aku membuka pintunya dengan kasar.

"What.?! SAM.?" Teriaknnya.

Mati Kau, Samantha. Baru saja mau interview, sudah buat masalah. Dia bahkan sampai berdiri dari kursinya sambil berteriak melihatku. Matanya melotot.

Hiks mungkin dia kaget atas apa yg aku perbuat.

Eh, tapi mengapa dia bisa tau nama ku.

"Dari mana anda tau nama saya..?" Ucapku bingung.

Sungguh aku hanya bertanya, tapi mengapa wajahnya gugup.?

Lalu, dia sedikit menggebrak meja membuatku terjengit kaget.

Dia menunjuk berkas yang ada di atas meja namun, dia mengetukkan telunjuknya ke atas berkas itu. Sampai berbunyi.

"Duk duk duk,"

"Data diri kamu.!"

Wajahnya menyeramkan. Sungguh, nyawaku sudah diujung tanduk. Bagaimana jika nanti dia memblacklist ku dari perusahaannya lalu menyebarkan ke perusahaan-perusahaan lain. Habis sudah cita-citaku untuk bekerja kantoran. Ya walaupun aku yakin jika Mr. Igo masih mau menampungku. Namun, aku ingin mengejar cita-citaku huaaaaa. Sad being me.


"Kamu, di terima."  Ucapnya.

Heh, aku tak salah dengar.,?

"Eum, maaf sir ? Saya tidak mendengar..?"

"Kau ini memang, harus periksa ke dokter telinga ternyata.?" Sarkas bos besar itu.

Aku hanya menunduk, nadanya..

Menyakitkan.

"Oh, goodness apakah aku harus hidup dengan asisten yang pendengarannya kurang kali ini.,?"

" saya turut sedih sir.." 

kasihan..

Eh, tunggu tadi dia bilang apa.?

Eclipse (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang