Chapter 12

3.3K 270 2
                                    


Sudah hampir seminggu sejak kejadian di rumah Alvyno berlalu, dan kini sikap Keynzie kepada Felix berubah . Ia tidak peduli lagi dengan pria itu, dan lebih banyak menghabiskan waktu dengan para sahabatnya menelaah kasus kakaknya.

Ia benar benar berubah. Ia sudah tak membuatkan Felix kopi, sarapan atau membantunya menyiapkan berkasnya. Ia juga tak lagi berniat berdekatan dengan pria itu, apa lagi bermanja manjaan seperti kemarin.

Kecuali saat keduanya tidur dimalam hari, ia tak mau satu ruangan dengan pria itu. Ia bahkan tak menegur atau menyapanya, dan jika Felix mengajaknya berbicara ia hanya berdehem sebagai jawaban. Keynzie benar benar menjadi dingin dan mengabaikan pria itu.

Felix sendiri heran dengan perubahan sikap drastis yang diberika Keynzie kepadanya. Ia tidak merasa melakukan kesalahan terhadap pemuda itu. ia bahkan selalu mendapati pemuda itu tidur terlebih dahulu dan pergi keluar sebelum dirinya pergi. Ia tidak terbiasa dengan sikap yang diberikan Keynzie kepadanya.

Ia merasa ada yang kurang saat tak mendapati bantahan, omelan, dan ganguan dari pemuda itu. tak hanya itu, ia juga merasa suasana diantara keduanya lebih dingin dan asing dari biasanya. Keynzie yang biasa duduk bersebelahan dengannya atau mengganggunya kini hanya duduk diam terpisah jauh dari pria itu, dan Felix asing dengan itu.

Namun karena hari ini akhir pekan, mau tak mau keduanya berada di penthouse. "Key." Felix duduk di sebelah pemuda yang asyik menonton TV. "hmm." Gumamaman tak tertarik yang di berikan Keynzie membuatnya menoleh.

"bagaimana kalau kita makan siang di luar." Saran Felix, ia mencoba memulai perbincangan di antara keduanya. "tidak perlu kak, aku makan siang dengan Bella." ucapnya beranjak dari sofa, ia tidak ingin melanjutkan perbincangan keduanya.

"kamu itu kenapa sih, Key?!." Felix berdiri, ia mencengkeram lengan Keynzie, menghentikan Langkah pemuda itu." bukan urusan kakak. Lepas." ucapnya dengan nada datar penuh tekanan dan wajah dinginnya.

"aku nggak akan melepas tanganmu sampai kamu bilang ke-na-pa." bentaknya, ia menekankan kata 'kenapa' di akhir ucapannya. Ia kesal dengan sikap Keynzie yang seakan selalu menghindar dan menjauh darinya belakangan ini. "aku nggak tertarik dengan ucapan kakak." ia tersenyum sinis, berbalik memberikan tatapan yang tak kalah tajam.

"Keynzie Princeton!." bentaknya, yang dipanggil menoleh menatapnya sambil mengerutkan dahinya. "sejak kapan nama keluargaku berubah menjadi Princeton?! Dan apa urusan kakak dengan masalah pribadiku?!." ia balas menatap Felix dengan tatapan tak suka.

Felix terdiam, ia sendiri tak tahu kenapa ia memanggil Keynzie menggunakkan nama keluarganya, seakan ia sudah menerima pemuda itu menjadi bagian dari hidupnya.

"kenapa diam?! Bukannya Kakak bilang kita tidak akan saling mencampuri urusan masing masing?!." ia mengingatkan. Dengan gestur dan nada bicara yang datar membuat Felix semakin kesal. Namun ia tak dapat membalas, mengingat ucapan yang dilontarkkan Keynzie merupakan ucapannya sendiri.

Keynzie menarik tangannya hingga terlepas dari cengkraman Felix yang sedikit melonggar, ia kemudian pergi meninggalkan pria itu sendirian di sana.

Oke Felix bingung dengan apa yang terjadi, kenapa hubungan diantara mereka bisa seperti ini? Dan kenapa dirinya merasa kesal dengan sikap Keynzie belakangan? Ia terus bertanya tanya tanpa menemukan jawaban di kepalanya.

.

.

Dikantor pikirannya terus teralihkan dengan sikap yang diberikan Keynzie kepadanya belakangan ini. hingga sahabat sekaligus partner kerjanya, Lumiere yang sedari tadi berbicara tak ia dengarkan. "oy, Felix!." ia melempar kertas yang ia bulatkan kearah sahabatnya itu, membawa pria itu kembali ke dunia nyata. "apa?." tanyanya seperti orang bodoh.

my brother-in-law is my husbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang