Chapter 28🔞

5K 204 5
                                    



Liburan akan berakhir lusa, dan kini keduanya sudah kembali ke villa milik Felix, menikmati hari hari santai mereka sebelum Felix yang harus kembali bekerja dan Keynzie yang perlu membantu sang ayah di kantor.

Tak banyak acara yang mereka lakukan, hanya berjalan santai atau pergi ke beberapa tempat wisata di sana. Tapi malam ini Felix ingin memberikan hadiah spesialnya, lebih special dari hadiah ulang tahun Keynzie yang ia berikan 3 hari lalu. ia bahkan perlu mempersiapkan beberapa hal sebelum melaksanakannya, meminta bantuan dari beberapa pelayan dan pengawalnya.

Dan kini sebuah acara makan malam sederhana yang bertempat di halaman belakan villanya telah siap, berlatar pemandangan malam kota Manitoba yang masih asri membuat ia tak perlu melakukan dekorasi berlebih, hanya beberapa lampu dan bunga sebagai hiasan pendukung. Sekarang ia tinggal membawa pemuda manisnya ke lokasi dan acara utama yang ia rancang akan segera berlangsung, siap melaksanakan misi rahasia yang tak satupun ada yang tahu.

Ia berjalan perlahan membawa Keynzie yang sudah dipakaikan penutup mata, menuntunnya ke halaman belakang dengan hati hati. "don't open your eyes until I ask, okay," ucapnya yang diangguk mengerti oleh Keynzie, walau ia sudah tak sabar tapi ia harus terlihat tetap tenang. Perlahan Felix membuka ikatan mata Keynzie, menepuknya pelan dan memintanya membuka mata coklat indahnya. "do you like it?" ucapnya seraya merangkul pinggang ramping Keynzie, membawa tubuh mungil itu lebih mendekat ke arahnya.

Pemuda manis itu hanya diam dengan binar cerah di kedua iris coklat beningnya, antara terpukau dan tak menyangka jika masih ada kejutan seindah ini untuknya. Satu set meja dengan dua buah kursi kayu yang sudah di hiasi berbagai bunga berwarna putih dan pink terpampang di depannya, bahkan matanya membulat saat mengetahui jalan yang mereka tapaki merupakan ratusan kelopak mawar yang sudah di susun, seakan menuntun keduanya ke arah meja dengan lampion kecil di tengah dan untaian bunga yang berada di kedua sisi lampion.

"do you like it, little snowflakes?" pertanyaan yang sama namun kali ini terjawab dengan anggukan dan binar Bahagia dari pria manisnya, hingga seulas senyuman yang Keynzie berikan membuatnya tak bisa menahan untuk tak mendaratkan sebuah kecupan singkat di bibir manis yang sedang melengkung ke atas itu. bahkan saat melepas ciuman singkat itu, kedua binar dengan sorot mata penuh kasih milik mereka tak bisa terlepas, masih saling menatap wajah masing masing dengan nyaman.

"I love you, Key," ucapnya yang sekali lagi mendaratkan kecupan singkat di bibir dan kedua pipi chubby itu, tersenyum sembari mengusap lembut surai coklat pemuda miliknya. "love you too, kak," balasan yang Keynzie berikan mendapat ekspresi lucu dari Felix, pria 30 tahun itu cemberut. Felix mengerucutkan bibirnya sedikit dan memalingkan wajahnya, merajuk pada Keynzie yang terlihat sekali sedang menahan tawa melihat sikap kekanak kanakan suaminya.

"kakak kenapa?" ucapnya di sela menahan tawanya, mencoba berdehem agar ekspresinya kembali. "kenapa masih memanggilku kakak? Kemarin kamu memanggilku Felix, dan sekarang kembali kakak, aku tidak suka," persis seperti anak kecil yang merajuk kepada orang tuanya, dan kali ini Keynzie terpaksa tertawa dengan sedikit tertahan, sangat lucu melihat suaminya yang biasanya kaku dan serius, kini seperti memperlihatkan sisi lain darinya yang mungkin selama ini terpendam.

"lalu kakak ingin aku memanggil apa? aku tidak mau kalau hanya memanggil nama," ucap Keynzie yang entah kenapa mencubit gemas kedua pipi tirus Felix, bahkan pria dewasa itu menatapnya hingga matanya membulat. "nanti aku pikirkan, aku akan memanggil kakak apa, tapi sampai saat itu aku panggil kakak saja ya, ya," karena ia sendiri juga belum memiliki ide, akhirnya Felix hanya bisa mengangguk dan kembali pada acara dinner romantis keduanya.

"ini." Sebuket bunga lagi lagi menjadi pembuka acara romantis Felix, pria itu seperti senang menghujami Keynzie dengan beragam jenis buket yang selalu memukau pemuda itu. "jika kakak terus membuang uang untuk sebuket bunga, kenapa kakak tidak membeli kebun bunga saja supaya irit plus bisa investasi lahan," celetuk Keynzie dengan senyum, menghirup aroma harum buket bunga di tangannya. "apa kamu mau kebun bunga, Key? aku akan membelikannya kalau kamu menginginkannya." Seakan terbiasa dengan cara Felix memanjakannya, Keynzie hanya menggelang dengan senyum tak lepas dari wajah manisnya.

my brother-in-law is my husbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang