Chapter 21

3K 209 0
                                    




"kan udah gue bilang, kalau loe itu cukup beli baju seksi atau pita, daripada harus repot belanja dan bikin cake kayak gini." Gerutu Bella sambil memasukan belanjaan mereka kedalam bagasi mobil Keynzie.

"bisa nggak sih otak mesum loe itu, loe simpen dulu, Bel?! Capek gue denger celotehan yang nggak jelas kayak gitu." Jika saja mereka tidak di tempat umum, mungkin Keynzie sudah melayangkan sebuah tepukan cantik di kepala Bella seperti waktu itu.

"tapi gue sama Al juga setuju sama saran Bella, Key. kita semua yakin kalau dengan loe memberikan diri loe sebagai hadiah ulang tahun kak Felix, suami loe itu pasti bakal puas sama hadiahnya." Tambah Caley tanpa disaring lengkap dengan seringai mesumnya, pemuda itu seenaknya saja menyuruh Keynzie melakukan hal tidak seronoh itu dengan santai.

"masih belum terlambat kok, Key. gue beliin kondom se-pack deh, kalau loe malu." tawar Alvyno tanpa basa basi, sekan pemuda itu sudah terbiasa menggunakan barang yang belum pernah Keynzie sentuh itu.

"kalau kalian mau pulang jalan kaki, silahkan lanjutkan percakapan cabul kalian. Tapi kalau kalian mau pulang dengan nyaman, cukup hentikan hal gila itu." pemuda itu tersenyum sambil mengancam, ia tahu jika para sahabatnya ini tidak akan berhenti meracuninya. Tidak, sampai ia menerima saran mereka.

"seharusnya tadi pakai mobil gue aja." Gerutu Caley yang terpaksa berhenti menggoda Keynzie.

Keynzie segera melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, pemuda itu akhirnya bisa berkonsentrasi pada padatnya lalu lintas setelah sedikit mengancam ketiga sahabatnya yang sekarang sudah duduk dengan tenang, walau Kenzie tahu jika mereka semua sedang mengerutu dalam hati karena waktu menggoda dirinya telah usai.

Besok hari ulang tahun Felix, dan dengan kebingungan yang tak ada habisnya membuat Keynzie memutuskan untuk membuat sebuah cake sebagai hadiahnya. Sebenarnya ia juga ragu jika Felix akan menyukai cake buatannya, tapi daripada ia harus merealisasikan fantasi gila sahabatnya, Keynzie lebih memilih membuat cake yang tentu sesuai dengan kesukaan pria bermata hitam itu.

Bukannya Keynzie tidak mau melakukan hal yang pasangan suami istri biasa lakukan, hanya ia masih ingin menikmati perhatian dan kasih sayang yang Felix tujukan hanya untuknya. Ia masih ingin merasakan pelukan dan belaian atau sekedar ciuman singkat tanpa nafsu yang Felix berikan kepadanya.

Ia tahu jika cepat atau lamban keduanya pasti akan melakukan hal itu, hanya saja tidak sekarang, tidak di saat ia masih belum yakin jika perasaan yang Felix miliki untuknya bukan hanya sekedar terbiasa, tapi benar sebuah perasaan cinta hanya untuknya.

Tapi mungkin ia akan memberi sebuah sentuhan yang tidak terduga saat mengejutkan suaminya nanti, ia rasa ia mungkin akan sedikit memberi hiasan pada cake dan ... juga dirinya?

.

Hari sudah berganti, tapi matahari belum menampakan sinarnya. Suasana yang temarau dengan samar penerangan dari cahaya bulan yang masih bersinar terang di luar, menjadi satu satunya pencahayaan yang menerangi kamar dengan nuansa minimalis itu.

Suara Langkah kaki yang berhenti tepat sebelum suara pintu dibuka terdengan sangat jelas, bahkan decit sendal rumah dengan gambar kucing yang berjalan perlahan kearah ranjang juga menggema di kamar yang terasa sunyi.

Perlahan pemuda manis itu meletakan cake yang ia bawa di nakas, tepat sebelum dengan hati hati menaiki ranjang dan membangunkan seseorang yang sedang asyik terlelap. Ia sedikit menggoyangkan tubuh yang lebih besar, beberapa kali memanggil Namanya. Namun pria yang sedang ia bangunkan hanya menggerakan badannya tanpa berniat membuka matanya.

my brother-in-law is my husbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang