Chapter 35

1.9K 132 5
                                    


Kedua mata coklat itu mengerjab saat merasa terganggu dengan sinar Mentari yang menyilaukan, membuka perlahan matanya. Aroma obat obatan yang tajam menyambut indra penciumannya saat kesadarannya mulai kembali, sangat kuat hingga membuat kepalanya yang masih nyeri terasa lebih sakit.

Jemari lentik yang ia Gerakan membangunkan seseorang yang sudah sejak semalam tertidur di sisinya sambil menggengam tangannya. Pria itu mencoba menegakkan tubuhnya sambil perlahan kedua matanya terbuka, memperlihatkan iris hitam arang miliknya. "Keynzie?" suara yang membuat kesadaran pemuda itu sepenuhnya kembali, dan mencoba menoleh kearah samping walau lehernya masih terasa sakit.

"kak," suara parau nan lirih menyambut pendengaran Felix, membuat pria itu reflex membelai pipi putih Keynzie perlahan. Ia mencoba tersenyum walau sulit, Felix tak bisa melihat kesayangannya terbaring di Ranjang rumah sakit dengan kepala yang di perban seperti ini, sungguh ia tak tega.

"kamu membutuhkan sesuatu, Key?" pemuda itu hanya menggeleng pelan, perlahan mencoba mendudukan dirinya dan Felix dengan sigap membantu Keynzie bersandar pada bantal. Keynzie sendiri hanya bisa memberikan senyum manisnya sebagai ucapan terima kasih, masih sulit baginya untuk menyesuaikan dirnya yang merasa tak nyaman dengan kondisi tubuhnya kini.

Felix yang membalas senyumnya membuat Keynzie tetap berusaha tersenyum walau dengan sedikit raut lelah tergambar di wajahnya. Tapi senyuman itu seketika luntur saat ucapan Moreno kembali terbayang di ingatannya, ucapan yang ia sendiri ragu akan kebenarannya.

"apa kakak menikahiku karena kakak mandul?"

Bagai disambar petir, Felix terkejut mendengar pertanyaan seperti itu meluncur begitu saja dari mulut Keynzie. Ia hanya bisa terdiam, memandang kearah lain seakan menutupi sesuatu dan hal itu membuat Keynzie semakin curiga, ia semakin yakin jika ucapan Moreno benar adanya.

"jawab kak," Keynzie sedikit menaikan nada bicaranya walau suara yang ia berikan terdengar serak dan kesedihan terasa di tatapannya, ia tak melepaskan pandangannya meski hatinya terasa berat dan belum siap tapi ia memutuskan harus mengetahuinya.

Felix masih diam, ia tak berniat menjawab atau sekedar mengklarifikasi pertanyaan Keynzie. Hingga tetes demi tetes kristal bening itu meluncur tanpa sadar dari iris coklat bening miliknya, sebuah pukulan yang lebih menyakitkan daripada yang dilakukan secara fisik. Keynzie merasa terkhianati oleh diamnya Felix, pria yang ia cintai ternyata berbohong selama ini, memperalatnya demi keuntunga Felix sendiri.

"Little snowflake, dengarkan aku dulu, aku bisa menjelaskannya." Felix berusaha meraih tangan yang masih terpasang infus itu, ia ingin mencoba menjelaskan walau tahu mungin hal itu akan merusak hubungan harmonis keduanya. "berhenti memanggilku begitu, Mr. Felix," ia menyeka air matanya kasar setelah menagkis tangan Felix, Keynzie masih tak bisa menerima semuanya.

Mendengar panggilan yang Keynzie alamatkan untuknya terlalu formal membuatnya sadar jika pujaan hatinya ini sangat marah kepadanya, bahkan mungkin sekarang sudah membencinya. "Keynzie." ia mencoba meraih kembali tangan pemuda itu, namun Keynzie segera menariknya. Pemuda itu bahkan memberikan tatapan penuh amarah kepadanya, dan itu membuat Felix semakin sedih.

"aku bisa menjelaskannya, Key. aku mohon dengarkan aku dulu." Tatapan penuh kebencian dan raut sedih yang Keynzie berikan tak menghalanginya untuk tetap berusaha menjelaskan. "Key, aku mohon, dengarkan penjelasanku dulu." Ingin sekali Felix menyeka butiran air mata yang tak henti hentinya mengalir dari mata indah suami mungilnya, tangannya yang sudah terulur harus berhenti saat Keynzie menutup wajah sedihnya dengan kedua tangnnya.

Pemuda itu mulai terisak, ia masih tak bisa menghadapi kenyataan itu benar adanya. Kalau alasan dibalik Felix memilihnya bukan karena ia ingin menghindari perjodohan dengan wanita lain, melainkan karena memang ia tidak bisa memiliki anak dan menjadikan pernikahan mereka sebagai pelindung, tameng untuk menutupi kekurangannya.

my brother-in-law is my husbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang