Chapter 34

1.7K 132 2
                                    


"dimana kau sembunyikan kakak ku?!" bentaknya dengan tatapan nyalang pada seorang yang duduk tepat di hadapannya, orang itu bahkan hanya membalas dengan sebuah senyuman yang membuat Keynzie semakin mengeratkan kepalan kedua tangannya, marah dan emosi yang memuncak menjadi penyebabnya.

"hebat juga kau bisa menemukan ku, ternyata kau benar benar cerdas tepat seperti yang kakak mu katakan, Keynzie Shepherd," ucapnya dengan kedua tangan bersedekap, memperhatikan pemuda di depannya dari atas ke bawah, menatapnya remeh.

"tutup mulut penuh dusta mu! Dan beritahu aku, dimana kak Briella?! Dimana kau menyembunyikan kakak ku!" bentaknya yang sudah tak sabar, Keynzie bahkan berdiri dari bangkunya dengan kedua tangannya, mengebrak meja yang menjadi pembatas keduanya.

"tebaklah jika kau merasa pintar, aku yakin kau bisa menemukannya," ucapnya sambil membentangkan kedua tangannya, mempersilahkan pemuda itu menjelajahi setiap sudut rumahnya tanpa rasa takut maupun ragu.

Flashback

Kembali ke ruangan yang sudah lama tak ia sambangi, Keynzie mengajak Alvyno dan Caley menemaninya ke tempat semuanya ia simpan dan tata, semua dokumen, foto dan beberapa orang yang sempat ia curigai terpajang di sana, kamar tidurnya di kediaman Shepherd.

"sekarang apa yang harus kita lakukan, Key? semuanya harus kembali dari awal, bahkan gue nggak yakin harus memulai dari mana lagi?" ucap Caley membaringkan tubuhnya di kasur berukuran queen-sized milik sahabatnya, Ia sendiri masih tidak menyangka kalau semua usaha mereka selama ini sia sia, mereka mencari di tempat yang salah.

"gue juga merasa apa yang kita lakukan nggak akan membuahkan hasil, jika orang pro seperti detective yang loe sewa saja membutuhkan waktu lama buat dapat petunjuk sesederhana itu," tambah Alvyno, ia sendiri merasa frustasi dengan semua ini, semakin tak ada harapan untuk menemukan Briella dalam keadaan hidup.

Keynzie sendiri hanya diam tanpa jawaban, pemuda itu hanya memaju mundurkan kursi beroda yang ia duduki. Bahkan iris coklatnya masih setia memperhatikan setiap detail yang ada dalam gambar maupun tulisan yang pernah ia buat, mencoba mencari satu atau dua buah kejanggalan yang sekiranya mungkin ia lewatkan atau ia anggap ringan.

Mereka cukup lama diam tanpa sepatah kata terucap, hanya memandang tembok yang sama sembari beberapa kali menghela nafas karena rasa putus asa dan lelah yang mereka rasakan. Namun semuanya teralihkan saat sebuah panggilan masuk menyambangi ponsel yang paling muda, membuat atensi ketiganya teralihkan pada benda pipih persegi yang tergeletak di atas ranjang.

"kenapa nggak diangkat?" Alvyno menatap sahabatnya yang hanya melihat tanpa niat menjawab, seakan pemuda manis itu tak tertarik dengan si penelepon. Tak sekali ia melakukannya, dengan penelepon yang sama Keynzie tetap tak berniat mengangkat beberapa panggilan itu.

"apa dia menyukaimu, Key? Kenapa terus saja menghubungi mu seperti orang gila," ucap Caley sedikit menyindir, ia mulai tak suka dengan cara pria itu mendekati sang sahabat yang jelas jelas sudah memiliki pasangan.

Keynzie sendiri hanya diam tanpa tanggapan, mengamati ponselnya yang terus berdering tanpa jeda, namun kali ini ia memperhatikannya dengan tatapan lain. Seolah memikirkan sesuatu, Keynzie mengerutkan keningnya saat pandangannya beralih ke salah satu gambar yang sedikit menarik perhatiannya.

"Key?" tanggap keduanya saat melihat Keynzie berdiri dan berjalan dengan pandangan lurus ke salah satu foto yang ada di tembok, mengambilnya dan memperhatikannya dengan lekat. Iris coklatnya menatap dengan seksama, seolah memastikan sesuatu di foto yang ia pegang benar sesuai perkiraannya.

"aku rasa... aku tahu kenapa dia berusaha mendekati ku terus," ucap Keynzie terdengar serius saat ia menunjukan foto yang ada di tangannya kepada kedua sahabatnya, membuat kedua pemuda lainnya menatap gambar yang ia tunjuk dengan lekat, nyaris kedua kepala mereka bertabrakan saat ingin memperjelasnya.

my brother-in-law is my husbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang