Chapter 22

2.7K 171 2
                                    


Walau terkesan terlambat tapi hari ini Felix mengajak Keynzie pergi berkencan layaknya sepasang manusia yang sedang kasmaran. Pria bersurai hitam itu tidak mengatakan akan pergi kemana atau melakukan apa, ia hanya meminta Keynzie untuk pergi kencan dengannya. Ia ingin menghabiskan waktu berdua bersama orang yang sudah memenuhi pikiran dan hatinya selama beberapa minggu belakangan, dan Keynzie hanya menurut tanpa bertanya.

"taman?" ia menatap Felix bergantian dengan pemandangan di depannya, tidak mengerti kenapa suaminya memilih tempat seperti ini, sungguh tidak sesuai dengan pribadi pria bermata hitam itu.

"apa kamu tidak menyukainya, Key?" nada sedikit khawatir ia berikan, Felix khawatir jika Keynzie tidak menyukai tempat yang ia pilih, mungkin terlalu sederhana untuk kalangan seperti mereka.

"bukan begitu, hanya aku tidak menyangka kalau kakak akan mengajakku kesini." Ia sedikit menjelaskan, menatap lembut pria yang duduk di sebelahnya dengan tangan mungilnya yang meraih pipi putih Felix, perlahan mengelusnya. Dan sebuah senyuman tampan Felix berikan sebagai balasan, pria itu hampir berpikir yang tidak tidak.

"kalau begitu, ayo." Felix keluar terlebih dahulu, dan belum sampai Keynzie membuka pintunya, Felix melakukannya untuknya. Pria itu bersikap layaknya seorang pria yang sedang mengajak kekasihnya untuk berkencan. Sedikit bingung dengan uluran tangan saat ia akan keluar, tapi Keynzie segera meraihnya dan mengucapkan terima kasih dengan senyum manisnya.

Beberapa Langkah mereka tempuh, namun kecanggungan diantara keduanya sangat terlihat. Hanya jalan berdampingan dengan arah pandang yang tak berani melihat lawannya, persis seperti anak sma yang sedang pendekatan. Bahkan saat beberapa kali punggung tangan keduanya bergesekan dan iris beda warna keduanya bertemu tak sengaja, baik Felix maupun Keynzie segera melempar senyuman kikuk dan sedikit mengengam tangan masing masing, terlihat jika keduanya malu malu.

"ummm..." Felix menggaruk tengkuknya yang tak gatal, ia bingung ingin membuka pembicaraan seperti apa. ini memang bukan hubungan pertama baginya, tapi berkencan dan berjalan berdampingan dengan seseorang yang bisa mengacaukan pikiran dan perasaannya, juga membuat degub jantungnya berantakan seperti sekarang, adalah yang pertama baginya. Ia bahkan bisa dibuat gugup dan malu saat ingin mengajak Keynzie berbicara, padahal ini bukan pertama kali mereka berbicara.

Bahkan Felix sendiri bertanya tanya, kemana sikap tak pedulinya tepatnya tak tahu malunya. Sikap yang selalu membuat Keynzie merona, dan kebiasaannya yang memeluk Keynzie tak tahu tampat. Kemana semuanya? Kemana keberanian dan kepercayaan dirinya yang luar biasa itu pergi.

"umm... kak..." Felix hanya menoleh. Kini gantian Keynzie yang tergagap bingung saat mendapat senyuman tampan suaminya, ia tidak tahu harus bagaimana karena ini merupakan kencan pertama baginya. Tidak pernah ia berpikir jika akan pergi berdua hanya dengan Felix dan suasana taman yang terbilang indah, mendukungnya untuk semakin gugup dengan kencan pertama yang keduanya lakukan.

Felix tidak tahan ingin berbicara dan merangkul suami manisnya seperti biasa hanya pikirannya menjadi sedikit kosong saat ia mencoba merencanakannya. Ia segera memutar otaknya, dan saat iris hitamnya tak sengaja melihat beberapa pedagang food trucks ia segera mendapat ide, mencoba membuat suasana kaku keduanya mencair dengan sebuah jajanan manis.

"apa kamu mau makan sesuatu, Key?" ia menunjuk 3 buah food truck yang berada tak jauh dari keduanya. Keynzie hanya mengganguk sebelum Felix membawanya berjalan mendekat dan tanpa keduanya sadari, tangan kekar itu sudah menggandengan tangan yang lebih kurus menuju ke sana.

Setelah melihat dan membaca menu yang tertera, pilihan Keynzie jatuh pada crapes vanilla custard dengan satu buah scoop es krim stroberi dan sedikit lelehan coklat cair di atasnya. Dan Felix? Pria itu hanya membeli segelas kopi americano di food truck berbeda, perutnya masih kenyang dengan sarapan yang Keynzie berikan kepadanya tadi pagi.

my brother-in-law is my husbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang