Chapter 17

3.1K 231 0
                                    


Kekhawatiran, kerinduan dan kesalah pahaman yang ia rasakan membuat Felix bekerja dengan cepat, pria itu membuat perjanjian yang dua perusahaan dapat sepakati terjadi hanya dalam satu hari saja. Sangking cepatnya hal itu membuat Lumiere dan Lyla sedikit bingung, bagaimana bisa kedua perusahaan mencapai kesepakatan dalam sekali waktu tanpa pertimbangan yang lebih lama.

Sedang bagi Felix, ia sudah mengaturnya agar persyaratan dan persetujuan yang kedua perusahaan inginkan dapat terpenuhi tanpa merugikan kedua belah pihak, terutama perusahaannya. Dan tentunya ia melakukan dan membuatnya saat ia tidak bisa tidur semalaman, saat ia mencoba mengalihkan perhatiannya dari ekspresi kecewa Keynzie semalam.

Dan sekarang di sinilah dia, di salah satu mall terbesar dan terlengkap di Tokyo. Ia juga turut membawa Lyla sebagai sahabat juga orang yang menurutnya cocok untuk memberinya saran mengenai hal yang menyangkut istrinya, Felix ingin membelikan sesuatu sebagai buah tangan sekaligus permintaan maaf karena membuat Keynzie cemburu semalam.

Dua jam, waktu yang ia dan Lyla habiskan untuk berkeliling mall. Pria itu selalu berdebat dengan barang yang Lyla pilih, menurutnya pilihan sahabatnya itu ditujukan untuk perempuan dan Keynzie hanya istrinya, bukan perempuan.

"kalau menurut loe semua pilihan gue nggak ada yang pas, kenapa loe ngajak gue? kenapa nggak si playboy bodoh itu?" Lyla ikut kesal karena ini pilihannya yang kesekian kalinya Felix tolak, entah sudah berapa belas toko yang keduanya sambangi dan jawaban pria itu selalu sama. "gua pikir kalau Keynzie tidak akan suka barang seperti itu." ia menunjuk sebuah boneka hello kitty raksasa yang Lyla pilih.

"kalau gitu, loe cari aja sendiri, Fel. Gue nyerah, lebih baik gue belanja sendiri." Wanita itu meninggalkan Felix sendiri di toko boneka itu, ia juga ingin membeli beberapa barang yang sudah ada di wishlist yang ia buat sebelumnya.

"apa yang harus aku beli?" ia kembali berjalan, yang kali ini hanya sekedar melihat beberapa toko sambil memikirkan barang apa yang cocok untuk permintaan maafnya. Keynzie bukan tipe orang yang mengincar hartanya, bahkan pemuda manis itu menolak kartu kredit yang orang tuanya berikan. Keynzie lebih memilih uang saku yang mertuanya berikan dan beberapa uang jajan yang kadang juga ia berikan.

Tidak banyak dibanding kartu kredit tanpa limit yang orang tua Felix tawarkan, tapi menurut Keynzie ia lebih menyukai jika memiliki Batasan dari pada tidak tahu dan berakhir dengan menghamburkan uangnya secara percuma. Jelas itu sangat berbeda dengan Algea atau wanita murahan yang selalu berada di sekelilingnya, dan jelas jelas mengincar harta kekayaannya.

Ia berjalan hingga pandangannya tertarik dengan salah satu pajangan yang ada di kaca etalase toko. Felix memutuskan untuk berhenti di toko aksesoris yang ternyata terlihat sekali jika itu bukan toko biasa, tepatnya seperti toko custom. Ia masuk dan berkeliling melihat beberapa aksesoris yang terpajang di etalase, ia bahkan melihat harganya yang menurutnya cukup sebanding dengan kualitas dan keaslian yang di tawarkan.

"welcome to Les Félicité, Sir." siapa yang tak menyambut pria 29 tahun itu dengan sopan, hampir semua toko ekslusif seperti ini tahu siapa pemegang black card yang memiliki akses hampir ke semua bank karena kartunya yang tanpa limit, dan Felix salah satu pemilik kartu Ajaib itu.

Ia hanya mengangkat tangannya tanda tak ingin di ganggu, iris hitamnya masih sibuk melihat lihat aksesoris yang terpajang. Sampai sebuah gelang simpul sederhana berbahan emas 24 karat dengan aksen ukiran elegant di sepanjang gelang, dan yang lebih menarik perhatiannya adalah berlian di tengah bentuk simpul. Kesan cantik, mewah dan elegant terlihat menggambarkan gelan di depannya.

Ia kembali mengangkat tangannya "can I have one like this?" Felix menunjuk gelang itu saat seorang pramuniaga mendatanginya. "do you want a custom bracelet, sir?" Felix mengangguk, ia ingin membuat sesuatu seperti itu, sesuatu yang tentunya jauh lebih mahal dari pada harga gelang di depannya yang hanya perlu merogoh kocek tujuh puluh juta dollar, atau nyaris satu milyar rupiah.

my brother-in-law is my husbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang