Chapter 11

3.3K 256 0
                                    



Sejak kemarin sore mood Keynzie dalam kondisi yang buruk. Ia bahkan tak pergi makan malam dan hanya berdiam diri di kamar, membaca atau menonton sesuatu untuk mengalihkan perhatiannya.

Pagi ini ia memutuskan untuk pergi setelah sarapan tanpa memberitahu Felix, ia berencana pergi ke rumah Alvyno. Dan untuk mengalihkan patah hatinya, ia lebih baik pergi kesana sekaligus meminta bantuan para sahabatnya itu untuk menyelidiki kasus Briella.

Keynzie ingin menyerah, ia tak mau lagi berharap bisa mandapatkan Felix. Apa lagi dengan sikap dingin yang selalu Felix berikan kepadanya dan hal yang ia dapatkan kemarin mambuatnya lebih yakin lagi. Ia bahkan yakin jika ia keluar tanpa pamit seperti sekarang, pria itu tak akan menyadarinya.

.

Namun dugaan Keynzie tak sepenuhnya benar. Buktinya siang ini Felix mencarinya, ia kembali ke penthouse mereka untuk mengajak pemuda itu makan siang di luar. Karena seharian ini ia merasa sedikit terganggu dengan permintaan Keynzie kemarin pagi, ia bahkan menolak ajakan kekasihnya dari kemarin.

Lagipula mereka berdua tidak pernah pergi bersama, dan kalau hanya sekedar makan siang sepertinya ia tidak keberatan. Walau entah kenapa ia perlu menjemput pemuda itu yang seharusnya cukup ia hubungi saja.

"Key, ayo ma~." ia membuka pintu kamar mereka, namun pemuda yang ia cari tak ada di sana. "Key? Keynzie?!." Ia bahkan menelusuri penthouse 2 lantai itu, "dimana bocah itu?." monolognya tak menemukan tanda tanda pemuda itu.

"tuan Keynzie sudah pergi saat tuan pergi tadi pagi." ucap pelayan mereka saat Felix menanyakannya. "dia bilang mau kemana?." tanya Felix. "tidak tuan." ucap pelayan itu sebelum kembali bekerja.

Ia mencoba menghubunginya namun tak dijawab, "kenapa tak diangkat?." monolognya, ada nada khawatir di dalamnya. Ia tak tahu harus menghubungi siapa, karena ia sama sekali tak tahu menahu soal kehidupan pribadi Keynzie.

Tidak mungkin ia menghubungi orang tua pemuda itu. bisa panik meraka jika putranya juga hilang dan parahnya orang tuanya pasti akan memarahinya habis habisan, batinnya.

Tanpa berlama lama ia mengambil kunci mobilnya dan pergi mencari pemuda yang entah ada dimana sekarang. ia bahkan menyuruh sekertarisnya untuk mencari alamat teman teman Keynzie agar memudahkannya mencari pemuda itu.

.

Ditempat berbeda, di salah satu rumah berlantai dua itu. Alvyno, Caley, Bella dan tentunya Keynzie sedang mendiskusikan sesuatu.

Keempatnya sibuk mencari sesuatu yang janggal di dua tumpukkan foto yang tadi pagi Keynzie beriakan. "menurutmu pria ini aneh tidak, Key?." tanya Caley menunjukkan foto seorang pria yang berdiri di belakang Briella dengan tatapan yang bisa dibilang tajam.

"tidak, lihat arah tatapannya lebih detail. Ia menunjuk ke wanita di sebelah kak Brie." ucapnya menunjuk foto pria itu. "emang ya?." pemuda itu memperhatikan lagi sambil menggaruk kepala belakannya tanda tak yakin.

"lain kali kalau di kelas jangan tidur, Cal. Masa anak kriminologi nggak bisa membedakan, malu sama gelar loe." ejek Bella, ia tahu betul kalau Caley masuk jurusan itu karena permintaan sang ayah. "diem loe, cewek sadis." balas pemuda itu, ia paling tak suka dengan Bella yang terobsesi dengan hal hal berbau psycho dan pembunuhan.

"kalian ini niat bantu nggak sih?!." sahut Alvyno yang sudah Lelah mendengar pertengkaran keduanya. Namun pertengkaran keduanya terhenti ketika ponsel Keynzie nerdering, keempat orang disana menoleh ke tengah meja tempat ponsel itu berada.

"Mr. Cruel?." ucap ketiganya membaca nama penelepon itu. "ini? Kak Felix, Key?." tanya Bella, Keynzie hanya mengangguk tanpa berniat mengangkat. "nggak loe angkat, Key?." Alvyno menoleh kearah pemuda yang masih setia berkutat dengan beberapa foto di depannya.

my brother-in-law is my husbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang