chapter 36

2.9K 144 7
                                    


"kamu siapa?" tatapan bingung yang Keynzie berikan membuat Felix semakin hancur, ia tidak menyangka jika pujaan hatinya akan melupakannya. Bagaimana bisa kenangan manis mereka selama nyaris setahun ini hilang begitu saja dari ingatan Keynzie? Bagaimana bisa? Batinnya bertanya dengan kesal.

"aku Felix, Key. aku suamimu!" Ia menunjuk dirinya dengan ekspresi penuh harap, mencoba membuat Keynzie kembali mengingatnya. "suami? Apa anda bercanda? Saya pria dan anda pria, bagaimana kita bisa menikah?" tatapan penuh tanya dengan raut tak mengerti membuat Felix semakin hancur, ia tak ingin pernikahannya berakhir setragis ini.

"aku benar benar suamimu, Key. lihat! Lihat cincin pernikahan kita ini!" ia mensejajarkan kedua tangan dengan ukuran yang berbeda itu, memperlihatkan cincin platinum dengan berlian yang melingkat di kedua jari manis mereka, cincin pernikahan yang Felix design hanya untuknya.

"apa anda memakaikannya saat saya tertidur?" Felix menggelang cepat, tak tahu lagi bagaimana harus meyakinkan Keynzie jika ia adalah suaminya. "kita sudah menikah, Key. aku tahu kalau aku salah, aku minta maaf, tapi tolong jangan begini, Key. jangan melupakan kenangan kita sayang, maafkan aku little snowflake." Raut memohon Felix tampilkan, namun pemuda yang masih terbaring lemah itu hanya menatapnya semakin bingung, dan beberapa butir kristal bening kini membasahi pipinya, Felix menagis.

Ia tidak menyangka jika pernikahannya harus berakhir seperti ini, harus berakhir dengan terlupakan dan hanya dirinya yang hancur saat perpisahan. Entah apa yang harus Felix lakukan untuk membuatnya tetap hidup, yang pasti semua mimpi indahnya dengan sang pujaan hati harus berakhir di sini, tragis seperti ini.

.

.

.

"lix...Felix... Felix bangun, nak." Sebuah suara familiar menginterupsinya, membuat mata hitamnya perlahan mengerjab sebelum duduk melihat siapa pelakunya. "nak, kenapa kamu tidur di sini, mama sudah bilang agar kamu pulang dan istirahat, sayang." 

Ibunya? ibunya yang membangunkannya? "mama?" tatapan menajam ia berikan saat memastikan sosok di depannya ini.

"iya menurutmu siapa lagi, ayo bangun dan pulang. Mau berapa lama lagi kamu tidur di sini? Keynzie juga pasti sedih jika melihatmu seperti ini, sayang," oceh Mrs. Princeton menoleh ke arah ranjang tempat Keynzie tertidur, wanita paruh baya itu bahkan membelai surai hitam sang putra saat melihat tatapan bak orang bodoh yang Felix perlihatkan.

Tunggu! Jika Keynzie masih terbaring di ranjang, apa ia bermimpi? Apa tadi hanya mimpi? Apa Keynzie tidak melupakannya? Berarti ia masih memiliki harapan untuk bersama pujaan hatinya? Berati ia masih ada kesempatan untuk menjelaskan dan meminta maaf?

"kamu kenapa, Felix? apa kamu mimpi buruk lagi?" kali ini sang mertua yang bertanya, Mr. Shepherd mulai khawatir dengan kondisi sang menantu yang semakin menyedihkan. "tidak mi, aku baik baik saja," ucap Felix, ia tidak mau membuat kedua wanita hebat itu lebih terbebani lagi, terutama sang mertua yang sudah kehilangan satu anaknya dan harus bersabar menunggu Keynzie terbangun.

"ah! Sepertinya aku melupakan makan siang yang kita beli tadi, Winey!" seru Mrs. Princeton saat tak mendapati tas makanan yang seharusnya ia bawa, wanita paruh baya itu segera pergi dari sana tanpa menunggu komentar yang lain.

Felix yang berdiri dari sofa dan perlahan berjalan ke arah ranjang Keynzie membuat Mrs. Shepherd memperhatikannya, dan sebuah senyum tak tega terulas di wajah cantiknya. Wanita paruh baya itu ikut berdiri, mendekati sang menantu yang sedang menatap putranya sambil sesekali membelai lembut surai coklat pemuda manis itu.

"dokter bilang, kalau Keynzie belum menunjukan kemajuan yang signifikan dan sepertinya dia masih ingin beristirahat," ucap Mrs. Shepherd menghela nafas, menatap wajah tidur sang putra dengan tatapan sendu. "mami harus berpikir positive, kalau Keynzie akan kembali. aku yakin kalau Keynzie masih ingin berada disini," Felix mencoba memberi semangat walau ia sendiri juga sangat merindukan pemuda manis ini, sangat hingga ia tak bisa melakukan apapun tanpa memikirkannya.

my brother-in-law is my husbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang