Chapter 15

3.7K 264 2
                                    


Di kantor, Felix berkali kali menghela nafas dengan raut wajah kecewa dan aura yang tak seperti biasanya, pria itu membuat setiap karyawan yang berpapasan dengannya bertanya tanya dengan sikap tak biasa yang ia tampilkan.

Mereka penasaran ada apa dengan bos mereka hingga menampilkan raut kecewa yang berbeda dari biasanya. Nyaris semua orang bertanya kemana perginya bos sedingin dan sekeras batu marmer juga searogan Felix pergi. Seakan pria yang sedang mereka lihat saat ini bukanlah bos mereka, Felix Princeton.

Bahkan saat mereka sedang mengadakan meeting, pria berperawakan keras itu hanya diam mengamati. Tak sepatah katapun Felix ucapkan selama pertemuan bulanan itu. terlihat jelas jika hanya tubuhnya yang sekarang berada di sana, namun pikirannya jelas tidak berada di tempat semestinya.

Ia bahkan tak menanggapi saat Mark, direktur pelaksanaan sibuk menjelaskan evaluasi pekerjaan selama satu bulan terakhir. Felix juga hanya berdehem saat Lumiere yang ikut andil di proyek terbaru miliknya ikut berbicara. Tampang datar, dingin dan membunuh yang biasa Felix berikan, hari ini tak ia tampakan sama sekali.

Tak hanya para karyawan, sekertaris sekaligus sahabatnya, Lyla juga merasakan hal yang sama. Namun Lyla beranggapan bahwa Felix masih belum bisa move on dari wanita yang menyelingkuhinya seminggu yang lalu itu. ia berpikir jika Felix masih membutuhkan waktu untuk melupakan Algea yang sudah bersamanya lebih dari 3 tahun.

Lain halnya dengan sahabat sekaligus partner kerjanya, Lumiere. Ia sudah tak sabar dengan tingkah Felix dua hari belakangan, tepatnya sejak pria itu masuk kerja. Sama halnya dengan Lyla, Lumiere pikir Felix masih belum bisa melupakan wanita jalang itu.

Hanya saja Lumiere merasa jika ekspresi yang Felix tunjukan berbeda dari biasanya, belum pernah ia melihat wajah kecewa dan bingung Felix yang seperti ini, seperti orang yang sedang menyesali perbuatannya dan tak bisa melupakan hal itu.

Mana mungkin pria sekeras kepala Felix masih belum bisa move on dari wanita jalang itu?, batinya menatap Felix yang sedang duduk termenung di kursinya.

Ia meremas beberapa kertas dokumen di depannya kemudian melemparkannya kearah Felix. Bahkan 2 kali lemparan tak membuat pria 29 tahun itu bergeming, ia masih menghela nafas di meja kerjanya sambil mentap layar ponselnya.

Tak sabar, membuat Lumiere kali ini melempar pulpennya kearah Felix. Dan... Pletak! Tepat mengenai jidat pria itu. bukannya takut, Lumiere malah berteriak "Strike!." dengan penuh semangat, seakan sedang mencetak gol dalam sebuah pertandingan.

"Lumiere Lynx!." ia menatap tajam sahabatnya yang sedang tertawa puas di sofa. "apa kamu ingin mati!." ancamnya, sementara yang diancam hanya menggedikkan bahunya tak tertarik. "loe itu kenapa lagi?." tanya  Lumiere setelah meredakan tawanya. "loe masih kepikiran jalang itu?." lanjut priaberambut pirang itu dengan tatapan dan nada sinis.

"gue bahkan sudah nggak peduli tentang wanita itu lagi, Lu." jawabnya menyandarkan punggungnya ke kursi. "lalu?" tatapan menelisik yang  Lumiere berikan membuat pria itu memutuskan untuk mengatakannya. Felix menghela nafas, ia memiringkan kursinya menatap jendela dengan pemandangan langit dengan matahari yang bersinar terik di sampingnya. "gue rasa gue...." ia menjeda, berpikir sesaat sebelum kembali mengutarakan isi pikirannya. "gue rasa gue suka sama Keynzie, Lu." Lanjutnya dengan raut wajah yang sulit diartikan.

"oh...HAH!." ia terkejut mendengarnya, mata birunya yang sudah bulat semakin membulat sempurna. "loe bilang apa?!" ia tak percaya. Lumiere berjalan mendekati meja CEO itu, mencoba memastikan jika pendengarannya tidak salah mendengar pengakuan sahabatnya. "gue rasa gue jatuh cinta sama Keynzie, Lu." ucapnya lagi tanpa ekspresi yang berarti. Lumiere membulatkan matanya dengan ekpresi nyaris melotot tak percaya, "loe?! jatuh cinta?! Sama Keynzie?." Lumiere mengerjabkan beberapa kali matanya, sambil bertanya dengan penekanan di setiap kata yang ia ucapkan dan telunjuknya yang menunjuk Felix seakan memastikan.

my brother-in-law is my husbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang