Chapter 33

1.7K 127 4
                                    



Decakan demi decakan yang terdengar dari pangutan keduanya, juga desahan yang tak sengaja lolos dari bibir tipis sang submissive terus terdengar sepanjang malam, menghiasi setiap sudut kamar hotel yang keduanya sewa kemarin. Baik Felix maupun Keynzie terlalu terbuai dengan setiap kenikmatan yang tercipta dari malam panas penuh nafsu yang sengaja ingin mereka lakukan dan nikmati tanpa gangguan.

Felix semakin menginginkan Keynzie sepenuhnya saat mengetahui jika suami mungilnya itu tak sepolos dan se-naive yang ia kira, bahkan ia tak berhenti menjamah tubuh indah Keynzie sejak keduanya pergi dari kantor dan memutuskan menghabiskan weekend mereka di hotel. Hampir tak ada jeda di setiap ronde yang mereka lakukan, terlebih ketika Keynzie yang mulai bisa mengimbangi setiap gaya bercinta yang ia lakukan.

"I love you, little snowflake," ucapnya mengecup kening yang lebih mungil, ikut tertidur setelah memakaikan atasan piyama tidurnya untuk Keynzie, ia tak mau suami mungilnya kedinginan dan jatuh sakit hanya karena ia yang tak bertanggung jawab setelah mereka bercinta.

.

Sore yang cerah terasa semakin indah saat ia menoleh ke arah samping, memandang wajah manis yang sedang terlelap dengan guratan samar lelah milik suami mungilnya. Membelai pipi kemerahan yang semakin chubby menurutnya, dengan sedikit merasa bersalah karena 'menyantap' miliknya tanpa jeda. Namun rasa itu hilang seketika saat ia melihat kiss mark yang tercetak cukup jelas di leher putih jenjang dan Pundak mulus yang sedikit tertutup bedcover.

Felix merasa bangga dengan tanda kepemilikan yang ia berikan pada tubuh Keynzie, terlihat dari senyum tampan yang terulas di bibirnya saat mengusap lembut 'tanda' itu dengan perlahan. Merapikan poni Keynzie saat menurutnya menghalangi acara menikmati wajah suami mungilnya. "I love you..., please stay with me, Key," monolognya dengan tatapan yang tak lepas dari wajah terlelap Keynzie.

Ia mencium kening yang lebih mungil sebelum sebuah panggilan menginterupsi sore menyenangkannya, dering dari ponsel Keynzie bahkan membangunkan pemuda itu dengan cepat dan langsung mengangkat tanpa mengetahui siapa pemanggil di seberang.

"hallo... hoam," suara parau khas orang bangun tidur terdengar jelas saat ia membuka mulutnya, menjawab panggilan di seberang tanpa ragu. Bahkan Felix hanya bisa mencuri dengar sembari membawa tubuh ringan Keynzie mendekap di pelukannya.

"oh kak? Ada apa?" kalimat tanya dengan panggilan kakak menjadi perhatian Felix, pria itu penasaran dengan orang yang mengganggu saat indah ia menatap pemuda-nya. "belum, aku belum menemukan kak Brie, semua kembali ke awal, kak. Hanya beberapa petunjuk yang kami dapatkan dan ketahui," Keynzie sedikit menjelaskan pada pria di seberang.

"terima kasih kak, aku tahu kalau kak Moreno juga cemas dengan kak Brie," tambahnya, merubah raut wajahnya dengan sedikit senyum terpaksa. Dan tanpa Keynzie sadari, pria yang menjadi tempat bersandarnya kini sudah merubah ekspresi wajahnya menjadi kesal dan jengkel di saat bersamaan, Felix bahkan sedikit mendengus saat si mungil memberikan raut yang terlihat seperti orang putus asa.

Kesal dan perasaan cemburu yang Felix rasakan membuat pria itu kembali melakukan hal yang tidak pernah Keynzie duga, pria itu segera merebut ponsel milik kesayangannya dan menjawab tanpa permisi. "tolong jangan ganggu istri saya," ucapnya sebelum menutup panggilan secara sepihak dan meletakan ponsel itu menjauh dari si mungil.

"kenapa?" Felix hanya menatap raut bingung Keynzie walau ia tahu jika pemuda di sebelahnya ini sedang kesal dengannya, kesal karena cara ia memutus panggilan pria Italia itu tanpa permis dan basa basi. "sudah aku bilang kalau aku tidak menyukainya," ucapnya saat tak mendapat jawaban dari tatapan menelisik yang Keynzie berikan.

my brother-in-law is my husbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang