Chapter 30

2.2K 141 2
                                    


"morning, little snowflake," suara parau khas orang bangun tidur menyapa pendengaran pemuda yang lebih mungil, mengerjab sebelum merapatkan tubuhnya lebih dekat ke arah Felix, ia bahkan menenggelamkan wajah berantakannya di dada bidang tanpa berbalut sehelai pakaian itu. Keynzie masih sangat lelah karena permainan mereka semalam, ia bahkan tak peduli saat suaminya memainkan surai coklatnya sembari mengusap lembut daun telinganya yang sudah memerah.

"aku lapar, kak..." cicitan yang samar terdengar itu membuat yang lebih tua sedikit tersenyum, Keynzie tak masalah tepatnya mulai terbiasa dengan tubuh polos keduanya yang saling berpelukan di bawah bedcover seperti sekarang, ia lebih mementingkan perutnya yang sudah keroncongan minta di isi. "apa yang ingin kamu makan?" jemari besarnya masih sibuk memainkan surai coklat Keynzie, menghirup aroma yang menurutnya manis dari tubuh pemuda-nya, semakin manis saat keduanya selesai bercinta.

Keynzie hanya diam, ia sedang memikirkan beberapa menu yang mungkin ingin ia santap saat Felix dengan tiba tibanya mengucapkan kalimat yang membuatnya terkejut. "apa aku bermain terlalu kasar, Key?" pertanyaan yang membuat Keynzie mengadahkan wajahnya, membulatkan iris coklatnya dengan tatapan kesal bercampur malu dan tak berlama lama sebuah bantal menghantam tepat ke arah wajah tampan suaminya.

Bukan marah melainkan tawa ringan yang Felix berikan sebagai tanggapan, sangat lucu saat mendapati wajah merona dan sikap salah tingkah yang Keynzie perlihatkan seperti ini. "c'mon babe, I'm serious," ia memeluk pungggung yang lebih sempit saat pemuda itu membalikan tubuhnya, meletakan kepalanya pada perpotongan leher Keynzie yang terlihat tersipu. "berhenti mengatakan hal memalukan seperti itu, kak!" nada yang sedikit naik dan getaran gugup yang terasa saat jemari besar Felix meraba kiss mark buatannya di Pundak mulus miliknya, dan itu semakin membuat Felix tersenyum.

"I love you," ucapnya tepat berbisik di telinga Keynzie dan tangan yang meraba paha mulus di balik bad cover mereka, sungguh Felix selalu senang bermanja dengan sedikit menggoda suami mungil kesayangannya ini. Meski sudah biasa mendengar kata cinta berulang kali namun reaksi Keynzie tetap sama, tersipu dengan jantung yang berdegup kencang sebagai pertanda jika perasaan Felix tidaklah sepihak.

Ia membalikan tubuhnya dan menatap lembut pria miliknya, membelai pipi putih nan kokoh milik Felix dengan senyum manis terpatri di wajahnya. "I know, and I love you too, kak," sebuah ciuman singkat menjadi penutup pagi manis keduanya sebelum memulai aktivitas harian mereka.

.

Mungkin hari ini menjadi hari tersial untuk Keynzie dan Alvyno, keduanya terpaksa tepatnya di paksa Caley untuk menemani pemuda itu mencari hadiah untuk calon kekasihnya dan itu sudah berlangsung sejak pagi hingga sore ini. Ketiga pemuda itu hanya berkeliling tanpa arah di mall terbesar di ibu kota, tak ada yang tahu benda atau hadiah seperti apa yang ingin pemuda itu beli, bahkan Caley sendiri tidak mengerti apa yang perlu ia berikan sebagai hadiah untuk sang calon kekasih.

"menurut kalian, yang ini bagaimana?" ia menunjukan sebuah sebuah gaun berwarna pastel dengan model simple namun elegant keluaran brand ternama, sedikit tak yakin dengan pilihannya. "mana saja, itu kan calon loe, bukan gue," ketus Alvyno yang sudah jengah dengan acara mencari hadiah ini, ia ingin segera pulang dan berbaring tidur di ranjangnya begitu pula dengan Keynzie yang mengalihkan moodnya, berbincang dengan Felix lewat pesan singkat.

Melihat kedua sahabatnya yang tak mempedulikannya membuat Caley memasang wajah cemberut kesal, menatap keduanya dengan dengusan kecil. "beli saja apa yang sering kak Jeyssie pakai," ucap Keynzie setelah mengantongi ponselnya, menoleh ke arah Caley yang meminta perhatian. "dia kan model cewek gatel tahun ini," tambah Alvyno yang memang tak terlalu menyukai wanita incaran Caley.

Sebenarnya tak satupun dari Alvyno maupun Keynzie atau Bella yang menyukai gebetan Caley, wanita yang lima tahun lebih tua darinya itu hanya mengincar harta yang pemuda itu miliki sebagai anak bungsu keluarga konglomerat di negara mereka. ketiga orang itu selalu mengingatkan dan memintanya waspada, namun Caley yang keras kepala selalu saja tak peduli dan tetap menargetkan wanita itu sebagai calon idamannya.

my brother-in-law is my husbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang