[15]

222 37 36
                                    




Kang Sol A POV


Rencana untuk minum malam ini batal karena Almero menarik tanganku secara paksa dari bar itu. Aneh sekali,setahu ku ia tidak mempunyai mantan kekasih lalu kenapa semalam ia bilang bahwa ia bertemu dengan mantannya?

Ku buka pintu apartemen perlahan agar tidak mengeluarkan suara sedikitpun. Aku tidak mau membangunkan Profesor,pasti ia sedang tertidur lelap sekarang. Selesai menaruh koper dan barang ke tempat semula,aku masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan badan.

Klik.

Lampu kamar menyala namun tidak ada siapa - siapa di dalam sana. Tumben sekali Profesor belum pulang jam segini? Biasanya ia sudah duduk disini sembari membaca bukunya atau memeriksa nilai mahasiswa.

Aku duduk di pinggir ranjang dan menelponnya.

"Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi"

"Apakah ponselnya mati?" ucapku sedikit khawatir. Jarang sekali aku mendapatkan perilaku Profesor seperti ini.

Dengan perasaan sedikit gelisah aku berusaha untuk tetap tidur dan berpikir yang positif.


***


Alarm ku berbunyi berisik sekali. Ku ambil ponsel tersebut dan mematikannya lalu mengumpulkan nyawa sebelum beraktivitas dengan normal. Sampai pagi pun Profesor masih belum pulang,rasa khawatir ku juga kembali muncul.

Baru saja aku ingin membuka pintu apartemen,tiba - tiba pintu itu sudah terbuka terlebih dahulu. Ternyata itu adalah Profesor,namun penampilannya sangat lusuh hari ini.

"Mas?" panggilku dan dia menoleh dengan tatapan yang tidak bisa aku mengerti.

Ia segera memelukku dengan erat,aku sedikit kebingungan dengan sifatnya hari ini. Sudah beberapa menit berlalu dan Profesor masih setia memeluk. Bisa kurasakan sekarang bajuku  sudah mulai basah.

Tunggu sebentar,suamiku menangis?

"Maaf.." ucapnya lirih.

"Mas.. Kamu lagi ada masalah? Mau cerita denganku?" ujarku padanya sambil mengusap rambutnya perlahan. Rambutnya sedikit basah seperti habis keramas,apakah sebelumnya Profesor mandi di ruangannya?

"Aku merindukanmu,Sol.." ucap Profesor lalu melepaskan pelukannya.

Matanya sudah merah,beberapa air mata mulai mengalir kembali. Ku hapus air mata tersebut dan mengajaknya masuk ke dalam.

"Mandi dulu sana,biar aku siapkan sarapan ya?" ucapku kepadanya.

Profesor hanya mengangguk dan berjalan menuju kamar mandi. Segera ku siapkan sarapan untuknya,roti lapis dan kopi hangat. Setelah itu aku mengambil coatnya yang semalam dipakai lalu membawanya ke mesin cuci.

"Cih,baru ditinggal beberapa minggu saja sudah rindu sampai - sampai memakai parfumku" batinku.

Selesai menaruh coatnya,aku kembali ke dapur dan menyiapkan makanan untuknya. Ia sudah duduk manis di depan meja makan,menunggu aku datang.

"Nih,makan yang banyak" ujarku seraya menyerahkan sepiring roti dan segelas kopi hangat.

"Terima kasih,sudah lama tidak makan masakan buatan istri sendiri" ucapnya sembari tersenyum.

"Bisa aja.. Kamu sangat rindu dengan ku ya?" tanyaku di sela - sela makan.

"Tentu saja,memangnya kamu tidak rindu dengan ku?"

"Tidak,disana banyak pria tampan habisnya haha"

Profesor menghentikan makannya dan menatapku dengan tajam. Ku cubit pipinya yang sedikit chubby itu dengan gemas,semoga saja aku bisa merasakan kebahagiaan seperti ini setiap hari.

"Suami siapa sih ini? Kok lucu banget?" ucapku yang masih mencubit pipinya.

"Lepaskan,aku sedang makan dan aku ini suami orang" jawabnya dengan cemberut.

Aku semakin gemas dan tertawa melihatnya sedang cemburu seperti ini. Kini tanganku sudah tidak lagi mencubit pipinya dan kembali memperhatikannya saat sedang makan.

"Kok dilepas?" tanya Profesor kepadaku.

"Katanya lagi makan? Tadi kan mas sendiri yang minta dilepasin" jawabku padanya.

"Cubit lagi saja tidak apa - apa,jangan pernah melakukan ini ke pria lain" katanya dengan ekspresi memohon.

Ya ampun,dia ini sadar tidak sih umurnya sudah berapa? Aku berdiri dari kursiku dan pindah ke sampingnya. Ku rebahkan kepalaku di pahanya dan menatapnya dari bawah,tampan sekali.

"Jangan banyak bergerak kalau kamu tidak mau dia terbangun" ucapnya tanpa menoleh ke arahku. 

"Maksudnya ini?" tanyaku sambil meremas miliknya yang sedang bersembunyi di balik celananya itu.

"Hush! Berani berbuat berani bertanggung jawab!" Profesor sedikit kaget dengan tindakan ku barusan,ia menoleh ke arahku dengan tatapan nafsu sementara aku hanya tertawa.

"Siapa takut?" ucapku dengan nada menantang.

Seketika ia memberhentikan makannya dan segera menggendong tubuhku ke dalam kamar. Seperti orang yang sedang kerasukan,ia mengulum bibirku dengan ganas. Aku membalasnya tak kalah ganas,kukalungkan tanganku ke lehernya sementara ia sibuk melepas pakaianku satu per satu.

"Lain kali tidak usah pakai baju yang ribet" ucapnya sebelum menenggelamkan wajahnya di leherku sembari memberikan beberapa tanda cinta disana.

"Kenapa?" tanyaku seraya melepaskan gesper dan celana yang ia pakai. Terlihat jelas juniornya sudah mulai mengembang,sepertinya ia merindukan lubangnya.

"Karena aku lebih suka kamu tidak memakai apapun" jawabnya lalu kembali mencium bibirku,pertanda aku harus lebih banyak bekerja daripada berbicara.

— — — —

Katanya feeling istri itu kuat banget kalau suaminya ngelakuin kesalahan.

Kira - kira nasib si Sol A gimana ya? Kalau tahu suaminya...

Yuk voment!

Nih aku percepat updatenya, sesuai janji kan?

Posesif [ Law School ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang