[17]

199 33 42
                                    

Jong Hoon POV


4 bulan kemudian.

Sudah berkali - kali aku mengelus perut Sol A kalau sedang ribut dengannya. Terkadang kami ribut hanya karena hal sepele,namun namanya ibu hamil pasti ada saja keluhan tambahan.

Dan disinilah kesabaranku mulai dilatih.

"Mas!" panggilnya dari dalam kamar,aku yang sedang asik menyusun puzzle terpaksa menghampirinya.

"Aku lagi nyusun puzzle,dikit lagi selesai.." ucapku memohon padanya.

Ia hanya menatapku datar,lalu sebentar lagi matanya akan berkaca - kaca dan mengatakan bahwa aku lebih mementingkan puzzle daripada dirinya sendiri.

"Ya sudah,hari ini aku kasih waktu untuk bermain puzzle sepuasnya" kata Sol A.

Kupingku seperti tidak percaya apa yang baru saja kudengar,kalimat itu sangat amat jarang keluar dari mulutnya. Terpancar ekspresi bahagia dari wajahku,sekian lama aku menunggu keajaiban ini terjadi.

Baru saja aku ingin menghampirinya dan memeluknya,sebagai ucapan terima kasih tapi hal itu terhalang karena kalimat selanjutnya yang terucap dari mulutnya.

"Tapi tidur di sofa selama 3 hari" ucapnya tenang namun mematikan.

Apakah ini balasan dari Tuhan? Karena selama ini aku selalu kejam dengan para mahasiswa? Aku mendengus pelan,berusaha menghadapi ini semua dengan kepala dingin.

"Mau apa sayang?" tanyaku padanya.

"Laper.." jawabnya dengan ekspresi memohon.

"Mamanya yang lapar atau anaknya?"

"Ya jelas mamanya lah,pake nanya lagi"

Aku menghela nafas sebentar,berusaha tidak emosi menghadapi wanita yang sedang hamil. Setelah mengatur emosi,aku kembali berbicara dengannya. Tak lupa menunjukkan senyum yang sangat amat ikhlas.

"Liat tuh dek,mamanya marah - marah terus" ucapku yang kini sedang mengelus perut Sol A,sekaligus berbicara dengan si kecil.

"Salahin papa kamu ya nak,masa kerjanya cuman nanya terus" sambungnya tak terima.

"dek Sol A,mau makan apa sayang? Sini,biar mas beliin" tawarku karena tidak tega melihat wajahnya yang dari tadi cemberut.

"Soto ayam,boleh?"

Aku terdiam sebentar,memikirkan dimana harus mencari soto ayam saat tengah malam begini. Sol A masih memandangku dengan tatapan memaksa.

"Mas.. Kok malah diem sih?" katanya sambil menggoyangkan lenganku.

"Besok aja boleh? Sudah jam segini,dimana yang jual?"

"Kan maunya sekarang,kalau besok ya sudah ganti lagi"

"Tunggu disini ya"

Ia hanya mengangguk dan menungguku dengan tenang. Sekarang giliranku yang berpikir keras bagaimana caranya mendapatkan makanan tersebut. Ku ketuk meja makan perlahan dengan jari telunjukku,berharap ada ide cemerlang yang terlewat di benakku.

Tring!

Ponselku berbunyi karena ada yang mengirimkan pesan.

Segera ku ambil kunci mobil dan juga coat,sebelum pergi aku masuk ke dalam kamar terlebih dahulu dan menghampiri Sol A yang sibuk bermain dengan ponselnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Segera ku ambil kunci mobil dan juga coat,sebelum pergi aku masuk ke dalam kamar terlebih dahulu dan menghampiri Sol A yang sibuk bermain dengan ponselnya.

"Sudah beli?" tanyanya padaku.

"Ini mau pergi,kalau ada apa - apa kabari aku ya" jawabku lalu mengecup keningnya dan pergi meninggalkan kamar.

Namun ketika ingin menutup pintu,Sol A memanggil namaku.

"Mas Jong Hoon!" ia sedikit berteriak dari dalam kamar.

Aku kembali menoleh ke arahnya,menunggu permintaan apalagi yang akan ia ajukan.

"Punyaku polos ya,gak usah pakai sayur" pintanya dan hanya ku balas dengan senyuman.

"Cukup pakai kuah,bihun,dan ayam saja" ucapnya lagi sebelum aku memutar knop pintu.

"Iya sayang" jawabku yang masih sabar.

"Ayamnya agak banyak ya"

Setelah yakin bahwa hanya itu saja pesanannya,aku segera melangkahkan kaki keluar kamar namun tertahan karena mulutnya masih tak berhenti berbicara.

"Kalau ada telur,aku mau ya mas." lanjutnya lagi.

"Kuahnya jangan terlalu banyak,sambalnya juga sedikit aja"

Kini kesabaranku sudah habis,tak ada lagi yang tersisa. Aku keluar dari kamar dan mengambil kertas serta pulpen lalu membuka pintu kamar dengan keras.

Ia tampak terkejut melihatku yang mendobrak pintu tiba - tiba. Kuhampiri dirinya yang masih setia rebahan diatas kasur empuk itu dan melemparkan kertas serta pulpen tadi.

"Tulis saja semua disitu,suami mu ini manusia bukan robot!" ucapku yang sudah tak tahan.

"Cih,baru gini aja sudah ngeluh" sindirnya pelan namun bisa ku dengar.

Lidahku tertahan saat ingin membalas sindirannya saat itu,kalau aku berbicara lebih lanjut pasti yang salah tetap aku bukan dirinya. Makanya aku lebih memilih untuk diam dan hanya bisa mengucapkan kata sabar.


***


"Terima kasih ya,Joon Hwi." kataku sebelum berpamitan dengan anak muda tersebut.

"Sama - sama Prof,semangat ya menghadapi ibu - ibu hamil" jawabnya dengan senyumannya yang khas.

Seandainya kesabaran manusia bisa diisi ulang,mungkin aku lah yang paling sering melakukannya.

Kaki ku mulai meninggalkan pekarangan rumah yang besar namun sederhana tersebut,memasuki mobil hitam besar yang sudah terparkir rapi di sebrang.

"Aku pulang!" ucapku setelah membuka pintu apartemen.

Tidak ada sautan sama sekali,sekarang sudah pukul tiga dini hari. Ku harap Sol A belum tidur,karena aku sudah jauh - jauh mencari makanan kesukaannya dan dia harus memakannya.

Ku putar knop pintu kamar secara perlahan agar tidak menimbulkan suara,dan ternyata dugaanku salah. Sol A sudah tertidur sangat nyenyak tanpa rasa bersalah.

Ingin sekali aku membanting pintu dan berteriak kepadanya karena sudah memperlakukan aku seperti ini,namun emosi itu ku tahan karena mengingat perjuangannya mengandung darah dagingku sendiri selama ini.

Tanganku yang tadinya mengepal kembali melemah,perlahan kuperhatikan wajahnya dari dekat sambil mengusap pipinya.

"Cantik." gumamku pelan sambil tersenyum.

"Kamu adalah wanita tercantik yang pernah aku temui"

"Kalau boleh,aku ingin terus melihat wajahmu setiap hari,setiap jam,setiap menit,bahkan setiap detik."

Aku terus melontarkan kata - kata manis kepadanya,entah dia dengar atau tidak. Lalu ku kecup keningnya sebentar dan menaikkan selimutnya agar ia tidak kedinginan. Kemudian aku tidur disampingnya,dengan tangan yang mengelus perutnya perlahan.

"Kapan keluarnya sih kamu dek? Papa sudah tidak sabar.." batinku.

— — — —

Yuk voment!

Tumben nih si Profesor bilang Sol A cantik terus,apa jangan - jangan..

Posesif [ Law School ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang