[27]

140 22 7
                                    

Almero POV


Malam itu sedikit dingin, namun rasa dingin itu seketika hilang karena aku mendengar suara gadis yang saat itu sedang aku rindukan.

Aku terpaksa untuk memberikan ekspresi marah kepada Profesor Yang, agar ia tidak mengetahui bahwa sesungguhnya aku menaruh rasa terhadap Sol A.

"Bahkan saat sedang berlari pun kamu terlihat cantik" batinku kala itu sembari melihat wajahnya sekilas.

Sampai di dalam mobil pun mataku tidak berhenti menatapnya, hingga akhirnya bayangannya pun hilang begitu saja.

"Tuan, apakah anda sudah yakin dengan keputusan ini?" tanya Jake, supirku sekaligus teman berbicara.

"Tentu saja Jake, kau tidak perlu mengkhawatirkan ku berlebihan haha" balasku.

"Maaf tuan, kalau begitu silahkan istirahat. Akan saya bangunkan ketika sudah sampai di bandara"

"Terima kasih, Jake."

Setelah itu aku berusaha untuk memejamkan mataku yang tidak terlalu lelah.


***


Kepalaku sedikit pusing ketika mendengar suara seseorang yang memanggil namaku. Rasanya sulit sekali untuk mendengar dengan jelas dan melihat wajahnya.

Berkali - kali aku mengerjapkan mata, barangkali masih tersisa beberapa kotoran mata sehingga membuat pandanganku buram.

Ku lihat wajah Jake yang sedikit panik karena dari tadi aku tidak merespon panggilannya. "Tuan Almero! Apakah anda baik - baik saja?" teriaknya di depan wajahku sambil mengibas - ngibaskan tangannya.

"YA! Nyawa ku belum terkumpul dengan benar makanya aku tidak menjawab mu" jawabku sambil memegang bahunya lalu keluar dari dalam mobil.

"Maaf tuan, saya sedikit panik" ucap Jake sambil menunduk.

"Haish.. Tidak apa - apa, sampai kapan kau mau menunduk terus? Aku tidak mau ketinggalan pesawat hanya karena menunggu mu"

"Baik tuan mari saya antar"

Kami berdua berjalan menuju pintu keberangkatan, tidak perlu menunggu lama karena memang pesawat yang akan kami tumpangi sudah melakukan final call.

Tentu saja keterlambatan itu terjadi karena adegan dramatis ku dengan Profesor Yang. "Cih.. Dasar pria itu, dingin diluar namun hangat di dalam" gumamku pelan sambil tersenyum.

Disinilah aku sekarang, di dalam pesawat yang saat itu aku tumpangi bersamanya dan juga Jung Hwan. Sekilas aku melihat ke arah jendela dan memandangi langit malam Korea untuk terakhir kalinya.


***


Los Angeles.


Sinar matahari terik mulai mengganggu tidurku, perlahan aku membuka mata dan melihat awan di pagi hari yang sangat indah.

"Tuan, anda sudah bangun? Mau minum sesuatu atau makan?" tanya Jake yang sadar bahwa aku sedang memperhatikan sekitar.

"Tidak terima kasih, kau sudah sarapan?" tanyaku kembali.

"Belum tuan"

"Sarapan terlebih dahulu, bagaimana kau bisa bekerja kalau tidak sarapan?"

Jake tampak kebingungan karena mendengar ucapanku barusan hingga ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal menurutku.

Dan aku hanya terkekeh melihat tingkah lakunya yang seperti itu. Tidak terasa, aku kembali kesini lagi. Jake membantu membawakan beberapa barangku lalu kami berjalan menuju mobil yang sudah menunggu kedatangan kami.

Posesif [ Law School ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang