[20]

208 32 54
                                    

Author POV

Beberapa tahun kemudian.

"Almero! Aku titip Jung Hwan yaa" teriak Sol A kepada Almero yang masih setengah sadar. 

Hari ini adalah hari pertamanya kembali ke Korea. Setelah berpikir dengan matang dan sedikit berdebat dengan Almero, ia memutuskan untuk kembali bekerja. Sejujurnya tinggal disini sangat lah menyenangkan,tapi terkadang Sol A merindukan kampung halamannya.

Sebelum pergi ia menghampiri anak semata wayangnya itu dan memandangnya sebentar.

"Kamu sangat mirip dengannya, Jung Hwan.." gumamnya seraya tersenyum.

Cepat - cepat ia menggelengkan kepalanya agar tersadar dan tak mengingat kembali akan masa lalunya. Sol A memberi kecupan singkat di dahi Jung Hwan dan segera pergi menuju kantornya.


***


Perjalanan kali ini masih sama,yang berubah hanya lah sang pengantar. Biasanya ia diantar oleh pria yang akhir - akhir ini mengganggu pikirannya,namun sekarang Sol A menyetir mobilnya sendiri.

"Permisi,apakah pengacara Park Geun Tae ada?" tanyanya ke salah satu staff disana.

"Beliau sedang kedatangan tamu,anda bisa menunggunya sebentar lagi" jawab staff tersebut.

"Ah begitu.. Baiklah,tolong kabari aku kalau sudah selesai ya" ucapnya sambil tersenyum dan berjalan duduk di salah satu sofa.

Sol A memandang sekitar dan sedikit tersenyum melihat ada beberapa perubahan di kantornya ini. Dulu ia sangat tidak mau bekerja dengan Park Geun Tae,terpaksa ia lakukan karena disuruh oleh Profesornya sendiri.

Sifatnya pun masih sama tidak berubah sedikit pun,dimulai dari perutnya yang berbunyi karena lupa sarapan. Sol A memegang perutnya dan berkata "Aduh,kamu memang tidak pernah bisa diajak bekerja sama ya?"

Ia beranjak dari sofa tersebut dan berjalan keluar menuju salah satu restoran cepat saji yang sering ia hampiri untuk sarapan atau makan siang.

Sialnya Sol A tidak melihat ramalan cuaca hari ini,ia mengeluh karena diluar hujan deras dan ia tidak membawa payung. Dirinya memandang sekitar dan berpikir perlu secepat apa untuk sampai kesana tanpa basah kuyup.

"Kalian benar - benar ingin menyambutku dengan cara seperti ini ya? Oke siapa takut!" ucapnya kepada langit,lebih tepatnya hujan yang sedang meledek dirinya.

Dalam hitungan ketiga ia siap untuk berlari ke restoran tersebut sebelum kakinya tergelincir dan hampir terjatuh kalau saja tidak ditangkap oleh seseorang dari belakang.

"Selalu suka bermain hujan ya?" ujar pria tersebut yang masih setia memeluk dirinya.

Seketika aliran darah dalam dirinya terhenti,mulutnya tercekat tidak bisa mengeluarkan sepatah kata apapun karena ia tahu betul siapa pemilik suara ini. Sol A tersadar dari lamunan nya dan membalikkan badannya untuk melihat wajah pria yang baru saja menolongnya.

"Te—Terima kasih, Profesor" ucapnya ragu - ragu.

Ia tidak berani menatap wajah suaminya terlalu lama,hatinya belum siap untuk pertemuan secepat ini. Kebiasaan buruknya kembali berdatangan,ia akan menusuk jarinya dengan kukunya sendiri kalau sedang panik.

Jong Hoon yang melihat hal itu menatapnya dengan tak suka dan memegang tangannya.

"Kamu sudah berjanji untuk tidak melakukannya" ucapnya dengan nada sedikit marah.

Sol A masih setia menunduk dan ia benar - benar tidak tahu harus melakukan apa lagi. Jong Hoon tidak mau menyia - nyiakan kesempatan ini untuk menjelaskan kejadian waktu itu sekaligus meminta maaf.

"Belum sarapan kan? Ayo aku antar ke restoran favoritmu" ajaknya pada Sol A.

Ia sempat menolak karena belum siap,namun Jong Hoon tetaplah Jong Hoon. Ia menarik lengan gadisnya itu dan merangkulnya dengan erat agar tidak terkena air hujan,rasanya seperti deja vu karena mereka sedang berjalan dibawah rintik hujan dengan payung yang sama.

"Tunggu disini dan jangan pernah pergi kemana - mana ya, Kang Sol A? Aku akan memesankan makanan untukmu" ujar Jong Hoon lalu pergi menuju kasir.

Sol A duduk dengan tenang,sekali - kali ia melihat bahu suaminya yang jarang ia temukan disana. Matanya tak lagi fokus menatap Jong Hoon karena getaran ponsel di atas meja,bukan miliknya melainkan milik suaminya.

"Aku angkat atau tidak ya?" batinnya.

Ia terus berpikir sampai akhirnya ponsel tersebut berhenti bergetar,lalu dengan cepat ia mengambilnya dan tak menyangka bahwa kata sandi serta wallpapernya masih sama. Apakah ini pertanda bahwa Sol A masih bisa memberinya kesempatan kedua?

"Kapan kamu sampai?" tanya Jong Hoon yang sudah duduk di hadapannya beserta makanan dan minuman.

Sol A segera mengembalikan ponsel milik suaminya itu dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sepertinya ia sedikit malu karena ketahuan mengecek ponselnya. Walaupun hal itu sering mereka lakukan dulu.

"Umm.. Kemarin, Profesor.. Aku boleh bertanya?" tanya Sol A sedikit malu.

"Boleh,makan yang banyak ya" jawabnya seraya menyerahkan makanan kepadanya. Tak lupa ia juga menyiapkan sendok dan garpu serta minuman disampingnya,benar - benar tidak pernah berubah.

"Kenapa kata sandinya masih tanggal ulang tahunku? Lalu wallpapernya?"

"Kenapa juga harus diganti?"

"Profesor.."

"Hmm? Cepat makan,nanti kamu terlambat lagi. Sekarang hari pertama bekerja kan?"

"Mari berpisah."

Jong Hoon menghentikan makannya,ia menatap Sol A seakan - akan tak percaya dengan ini semua dan juga ucapannya barusan.

"Kamu bercanda kan? Aku tidak mau, Kang Sol A!" ucapnya dengan tegas.

"Semua sudah selesai,sejak awal memang hubungan ini sudah salah" ujar Sol A dengan suaranya yang sedikit bergetar,ia berusaha sekuat mungkin untuk tidak menangis.

"Tidak! Hasil DNA itu salah, Sol! Ku mohon.. Beri aku kesempatan untuk menjelaskannya"

"Jangan seperti ini, Profesor! Aku akan mengurus dokumennya hari ini,kalau sudah selesai akan segera ku berikan padamu" ucapnya sebelum beranjak dari restoran itu.

Jong Hoon tidak tahu harus berbuat apa,hidupnya benar - benar kacau. Ia baru saja merasakan bahagia karena berhasil bertemu dengan perempuan yang ia cintai,namun disatu sisi ia juga harus merasakan pahitnya perpisahan.


T A M A T


Terima kasih untuk para pembaca Sequel dari Cinta Terlarang.

Mohon maaf bila ada kesalahan kata atau kemiripan cerita yang tidak disengaja. 

Sampai bertemu di cerita selanjutnya!

Salam hangat, A.

Posesif [ Law School ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang