[19]

182 32 40
                                    

Kang Sol A POV

"Aku mencintaimu,Kang Sol"

"Kamu adalah gadisku,hanya milikku seorang"

"Lihat lah pacar siapa yang sangat cantik ini? Aku bisa masuk rumah sakit kalau terus - menerus melihat wajah cantikmu"

Ingatan manis itu terus berputar di dalam kepalaku,tidak pernah berhenti. Sampai saat ini pun aku juga tidak menyangka bahwa pria yang sangat aku cintai pada akhirnya akan mengkhianati diriku.

Dari tadi ponselku tidak berhenti bergetar,melihat nama penelpon tersebut saja membuat hatiku semakin sakit. Setelah 35 panggilan tak terjawab darinya aku memutuskan untuk menelpon Almero.

"Halo? Ada apa?" sapanya.

Aku menahan air mataku untuk tidak jatuh kembali,berat sekali untuk menceritakan kejadian hari ini. Tapi hanya dialah yang bisa menolongku saat ini.

"Kang Sol? Kau tidak apa - apa?" ucapnya memastikan bahwa aku masih hidup.

"Maaf.. Apakah kau sedang sibuk?" tanyaku sambil menghapus air mata ku.

"Tidak,kenapa?"

"Boleh jemput aku?"

"Keluarlah,aku sudah ada di depan"

Sambungan terputus,aku berjalan perlahan dari kamar sambil membawa koper yang berisi baju dan barang - barangku. Sebelum meninggalkan ini semua,kembali ku lihat satu per satu sisi dari ruangan ini yang pernah menjadi saksi bisu akan cinta kami berdua.

Mataku berakhir melihat foto pernikahan yang terpampang jelas tepat di tengah - tengah kamar. Wajahku tersenyum kecut melihatnya,seluruh kenangan selama ini sepertinya sia - sia.


***


Keadaan di dalam mobil begitu hening,tidak ada dari kami berdua yang berbicara. Hanya ada lantunan musik yang terdengar,dan entah mengapa tiba - tiba saja terputar lagu yang kembali mengingatkan aku dengan Profesor.

Flashback On.

Cuaca hari ini sedang bagus,sama dengan moodku. Para dosen tidak memberikan tugas terlalu banyak,jadi kami bisa pulang dengan damai sentosa tanpa sedikit beban. Karena bosan,aku memutuskan untuk pergi menuju toserba membeli es krim.

Malam ini lumayan sepi,hanya ada beberapa mobil yang lewat dan lampu penerang jalan yang menemani langkah kecilku. Sengaja aku memakai earphone dan mendengarkan musik sekencang mungkin agar tidak merasa ketakutan.

Dari jauh aku merasa bahwa ada yang mengikutiku,maka dari itu aku melangkahkan kaki semakin cepat. Tinggal beberapa langkah lagi aku mencapai jalan raya dan juga keramaian.

Tapi aku kalah cepat,pria itu langsung memegang bahuku sangat kencang sampai - sampai aku hampir terjatuh.

"Pergi kau dasar pria bajingan!" teriak ku padanya dengan tangan yang sudah siap untuk melayangkan satu pukulan ke wajahnya.

"Kau.. Sangat tidak sopan ya,Kang Sol." jawab pria tersebut yang ternyata adalah Profesor Yang.

Aku terdiam sebentar memandang wajahnya,tampan sekali. Tidak terbiasa melihatnya hanya memakai kaos warna hitam dan celana jins hitam. Memang di kampus ia sering memakai pakaian berwarna gelap,tapi entah mengapa kali ini ketampanannya bertambah.

"Sudah puas belum lihatin saya?" suaranya yang berat itu membuyarkan lamunanku.

"Eh—Maaf Profesor,saya kira tadi maling"

Posesif [ Law School ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang