Erlangga tidak bisa tidur semalaman. Pikirannya dipenuhi oleh beban berat yang ia tanggung. Ia menyesal telah memutuskan Bella dan kini malah terjebak dalam paksaan keluarga untuk menikahi Tiffany.
Sedetik kemudian ia putuskan untuk menelepon ibunya.
"Ma, Elang mau bicara serius," cakapnya.
"Kenapa, nak? Anak perusahaan kita di sana mengalami masalah? Coba diskusikan dengan papamu," balas Claire Alexander.
"Kenapa perusahaan yang selalu menjadi prioritas kalian? Kalian bahkan tidak pernah menanyakan bagaimana perasaan anak kalian," batinnya.
"Bukan, Ma. Ma, tolong pikirkan lagi tentang acara lamaran Elang dengan Tiff. Elang nggak cinta sama dia. Tolong pikirkan perasaan Elang," ujarnya memohon.
Claire menghela nafas. "Pasti karena perempuan itu, kan? Jangan bilang kalau kamu pergi ke Inggris karena tau dia ada di sana! Pantas saja kamu tiba-tiba mau pergi mengurus anak perusahaan dan mall kita yang baru berjalan di sana..." Omel Claire.
"Tiffany adalah anak dari sahabat Mama dan Papa. Perusahaan kita akan menjadi nomor satu di bidang ritel jika bekerja sama dengan perusahaan Avalee! Jangan hancurkan mimpi Papa!" Bentaknya.
"Anak kalian itu aku, atau perusahaan? Lagipula dulu kalian bebaskan kak Andra menikah dengan wanita yang ia cintai, kenapa aku tidak? Aku menyesal telah menghubungi Mama!"
Tut! Erlangga mematikan sambungan telepon.
"Aku harus segera berbicara dengan Bella. Aku berharap dia mau kembali padaku. Kalau begitu besok aku harus mencarinya ke tempat yang biasa ia kunjungi," gumamnya.
🌷🌷🌷
Setibanya Bella di Leeds, hal pertama yang ia cari adalah putrinya.
"How's your holiday, sis?" Tanya Aisha.
"It was fun. But I missed Kei so much. Where is her?" Tanya Bella.
"Kei dibawa Bian ke masjid dari tadi pagi. Kelihatannya dia suka anak-anak ya," ucap Aunt Aileen.
"Okey, thanks Aunty." Setelah merapikan isi koper di kamar, Bella segera beranjak pergi.
🌷🌷🌷
Bella memasuki pelataran masjid. Ia menemukan Keiko duduk tenang di pangkuan Bian yang sedang membaca Al Qur'an.
Bella mengamati dari jauh. Senyum tipis tersimpul dari bibirnya. Ia melihat sesekali Bian mencium pipi putri kecilnya.
"Astaghfirullah," sentaknya.
Ia lalu melambaikan tangan kepada Kei. Dan Kei dengan lucunya mengoceh, "Ma ma ma!" Seolah memanggil Bella.
Bian otomatis menengok dan menemukan Bella di depannya.
"Eh, Bella. Mau jemput Kei ya?"
"Iya. Makasih ya, udah jaga anak gue. Gue balik dulu," kata Bella. Ia pun melangkah keluar masjid.
Dari luar, Erlangga menyaksikan semua itu. Ia berlari menyusul Bella.
"Bey!" Panggilnya.
Bella tersentak. Ia tahu suara itu. Tanpa ragu, ia terus berjalan, bahkan setengah berlari.
"Aku nggak mau berurusan dengan orang itu lagi," pikirnya. Ia mempercepat langkah menuju rumah.
"Bey, maaf. Maaf atas semuanya. What can I do now?" Ucap Erlangga lirih.
🌷🌷🌷
"Oke, semua sudah siap. Keiko, mama bikinin Prawn Bechamel Pasta buat breakfast. Ayo makan," ucap Bella riang.
Hari ini Bella tidak ada kegiatan kampus. Ia menghabiskan waktu pagi dengan membacakan Kei buku, dan bermain bersama. Ia meletakkan Kei disampingnya ketika ia sholat dhuha, membiarkan Kei mengoceh dan bermain di sekitarnya. Satu jam kemudian, Kei pun tertidur.
Tok tok tok! Bella bergegas membuka pintu.
"Kei sudah tidur?" Tanya Aunt Aileen.
"Sudah. Ada apa?"
"We want to talk about something to you," katanya.
"Bella, sebelumnya maaf kalau kami terkesan ikut campur. Kami menganggapmu seperti anak kami sendiri. Kami hanya ingin memastikan, apakah Bella pergi berlibur bersama teman-teman dan Bian ikut serta?" Tanya uncle Adam.
"Kami khawatir Bella berkhalwat dan berikhtilat ketika itu. Bella tau kan? Perempuan dan laki-laki yang bukan mahram apabila berduaan atau bercampur baur tanpa adanya alasan syar'i adalah tindakan maksiat," lanjutnya.
"Kami terkejut saat Bian datang ke rumah dan menjelaskan kalau Bella malam itu Bella belum bisa pulang ke Leeds. Kami bertanya-tanya, bagaimana Bian bisa tahu?" Kata aunty Aileen.
"Maafkan Bella yang tidak memberitahu sebelumnya. Sebenarnya Bella benar-benar berlibur dengan teman-teman perempuan saja, tapi gara-gara teman perempuan Agatha ingin ikut akhirnya kami ijinkan bergabung. Ternyata, dia membawa teman lelakinya juga," jelas Bella panjang lebar.
"Dan diantara teman lelakinya ada Bian. I'm so sorry for not telling you guys what happened that time. I feel guilty, dan aku nggak akan mengulangi lagi," lanjutnya.
"Alhamdulillah. Terima kasih Bella sudah jujur," kata uncle Adam.
"And I really grateful, I have you guys who loves me sincerely. Kalau mamaku tahu, ia juga akan menegurku seperti kalian. Bahkan lebih parah," ucap Bella yang disambut gelak tawa oleh keluarga Johnson.
Di mansion keluarga Avalee...
"Masa acara pertunangan pake dress? Pake kebaya aja ya? Kebaya modern kok," rayu Ayunisari.
"I like wearing dress, Mami," tolak Tiffany.
"You look so beautiful if you wear kebaya, Ruby. Meskipun papi kamu turunan Chinese tapi kamu kan anak mami juga, keturunan Jawa ningrat malah. Coba kamu tanya nak Elang," ujarnya.
"Iya, Tante," jawab Erlangga tak bersemangat.
"Ya udah, mi. Udah ya, aku mau ngobrol berdua sama Elang," timpal Tiffany.
Ayunisari pun meninggalkan mereka berdua.
"Kamu setuju nggak, aku pake kebaya di acara pertunangan kita? Oh iya, aku punya referensi nih untuk kostum kita," cerocos Tiffany.
"Terserah," kata Erlangga.
"Kayaknya mami bener deh, lagian aku bakal keliatan cantik banget kalo pake kebaya. Untuk warnanya kamu prefer pastel, bold, atau teal, babe?"
"Terserah. Aku pergi dulu," ujar Erlangga.
"Ish, kamu kok gitu, sih! Bantu aku dong, ini kan acara penting kita," cakap Tiffany.
"Acara penting kamu, bukan acara penting buatku. Coba kamu pikir, Tiffany. Apa kamu mau pernikahan kita dilandasi oleh cinta satu pihak? Apa kamu bahagia?" Erlangga meninggikan intonasi bicaranya.
"Whatever you say, lama kelamaan kamu akan jatuh cinta sama aku! Kenapa sih kamu kek gini? Oh, apa kamu masih nggak bisa move on dari mantan kamu?" Ujar Tiffany yang ikutan menaikkan intonasi.
Erlangga berjalan meninggalkan mansion.
Tiffany terduduk lesu. Ia melempar katalog busana yang tergenggam di tangannya. Renatta yang diam-diam menyaksikan pertengkaran mereka, segera ambil sikap. Ia menghampiri Tiffany dan memeluknya erat.
"Just be patient, dik. Aku akan membantumu untuk memberi sedikit pelajaran pada gadis itu."
Bersambung~
_____________________
Hai, guys~ Apa kabar? Semoga sehat selalu ya. Maaf banget bagi yang udah lama nunggu chapter terbaru ini. Semoga kalian suka 🌾
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not A Perfect Mother [SELESAI]
ChickLitBella Aghnia Zanna adalah mahasiswi jurusan Psikologi di sebuah universitas ternama di Jakarta. Kehidupannya berubah drastis setelah ia menemukan seorang bayi yang dibuang di depan masjid kompleks rumahnya. Pernikahannya dengan sang kekasih, Erlang...