Melihat Tiffany berada di depannya membuat Bella mengingat masa lalu saat ia belum direstui keluarga Erlangga karena status ekonomi keluarganya.
Saat itu, Erlangga sudah dijodohkan dengan Tiffany Ruby Avalee oleh kedua orang tua mereka. Alasannya klasik, keluarga Alexander dan keluarga Avalee sudah bersahabat sejak lama. Tidak hanya itu, keluarga Avalee juga merupakan rekan bisnis keluarga Alexander.
Dan yang paling menentang hubungan Erlangga dan Bella adalah Claire Hartanto-Alexander, ibu kandung Erlangga. Masih lekat di ingatan Bella betapa Claire dahulu membencinya hanya karena status ekonomi.
Walau akhirnya ia merestui Bella dengan putra bungsunya, ia tetap welcome terhadap Tiffany. Sikap Claire inilah yang membuat Bella takut. Takut jika kedepannya Claire berubah pikiran.
"Kamu nggak pernah berubah ya, Elang sayang," ucap Tiffany. Sorot matanya menatap sinis ke arah Bella. "Ups, kak Elang maksudnya."
"Apa-apaan ini? Dia sengaja. Aku harus bisa menjaga diri, jangan sampai aku mempermalukan diriku di sini," gumam Bella.
"Jangan pura-pura, Tiff! Kau mau mengacaukan rencana pernikahanku dengan Bella dengan merayu Mama?" Nada bicara Erlangga meninggi.
Melihat adiknya berpotensi mengacaukan suasana, Andra Alexander berusaha mencairkan suasana.
"Kakak dengar dari Elang, katanya Bella suka anak kecil ya? Mau main sama Fawwaz?" Tukasnya.
"Mau kak." Bella berjalan menghampiri seorang anak laki-laki berusia satu tahun lebih. Michelle, istri Andra memberikan putranya pada Bella. Bella meraih dan menggendong Fawwaz dengan hati gembira.
Sejenak perhatian Erlangga teralihkan pada Bella. Ia beranjak menuju Bella lalu mengajak keponakannya bermain bersama.
"Fawwaz kelihatan sayang sama Bella. Dari tadi manja banget," kata Michelle senang.
"Iya, Ma. Anak itu padahal nggak gampang akrab sama orang lain lho," balas Andra.
Tiffany meradang mendengar pujian yang ditujukan untuk Bella. Ia mencari celah untuk mendapatkan perhatian.
Tiba-tiba, kepala Fawwaz tidak sengaja membentur kaki sofa. Semua orang kaget. Fawwaz secara refleks berjalan ke arah Bella. Dia membentangkan tangannya, sesaat sebelum ia memeluk Bella, Tiffany merebut Fawwaz.
"Uuh sayang. Sini aja sama aunty Tiffany." Ia membawa Fawwaz keluar dari ruangan.
"Apa-apaan sih Tiffany! Fawwaz mau meluk Bella malah direbut!" Kata Erlangga tidak terima.
"Udah ah. Apa salahnya Tiffany? Dia cuma mau menenangkan keponakanmu," ujar Claire membela.
Bella diam seribu bahasa. Ia tak ingin dirinya dan Erlangga tersulut emosi. Setelah cukup lama berada di kediaman Alexander, ia pamit pulang. Begitu juga Erlangga, ia pamit untuk mengantar Bella.
"Tante, Tiffany juga pamit pulang ya? Kak Renatta nungguin di rumah," pamitnya.
"Iya. Sering-sering ke sini ya," kata Claire.
"Iya dong, Tante," balas Tiffany.
Di dalam mobil...
"Daniel, cari info sebanyak mungkin tentang Bella Aghnia Zanna. Ku email-kan segera fotonya padamu. Kalau ada hal yang menarik, segera laporkan padaku."
Tuut. Tiffany mematikan teleponnya.
"Pak supir, segera pulang ke rumah. Kakakku menungguku."
"Baik, nona."
🍁🍁🍁
Setelah kembali dari kediaman Alexander, semua berjalan normal. Bella disibukkan dengan skripsi dan sesekali ikut mengurus persiapan pernikahan dan Erlangga semakin sering ke rumah Bella. Alasannya karena Kei. Ya, Erlangga menyukai anak itu.
Hingga di suatu sore...
"Nah, Kei sudah siap. Ayo kita jalan-jalan," ujar Bella. Setelah memakaikan Kei sleepsuit model jumper panjang warna pink dengan gambar lemon dan sepasang sarung tangan juga kaus kaki, ia memakai gendongan kaos dan membawa Kei ke depan rumah.
Di depan rumah Mama Lana sedang membicarakan hal serius kepada Erlangga.
"Kamu sudah berbicara tentang Kei kepada orang tuamu?" Ujar Mama Lana tegas.
"Belum, Tante. Tapi saya berencana mengatakannya malam ini."
Bella yang sudah siap, keluar dari kamar, dengan Kei yang terlelap dalam gendongannya.
Tidak ada yang sadar bahwa gerak gerik mereka selama ini diawasi oleh anak buah Tiffany.
"Selamat malam, Nona. Ada perkembangan terkini tentang Bella Aghnia Zanna."
"Bagus, segera kirim laporannya padaku." Tuut. Tiffany mematikan teleponnya.
Di belakangnya seorang wanita menyahut, "Siapa yang telepon?"
"Oh, temen aku, Tante Claire," ujarnya.
Ting! Ponsel Tiffany bergetar. Ia mengambil ponselnya. Tak lama kemudian ia tersenyum.
"Tante, aku dapat info tentang calon menantu Tante dari teman-temanku. Tante jangan marah ya," pintanya.
🍁🍁🍁
Setelah mengantarkan Bella dan Kei pulang ke rumah, Erlangga juga bergegas menuju rumahnya. Di tengah perjalanan saat ia tengah menyetir, Claire menelepon.
"Elang, cepat pulang. Mama mau bicara serius."
"Iya, Ma. Ini Elang di perjalanan kok. Elang juga mau cerita banyak ke Mama."
Sesampainya di rumah, Erlangga pergi menjumpai Claire.
"Ada apa Ma?"
"Elang, batalkan pernikahanmu dengan Bella!"
Bersambung~
_______________________
Semoga kalian suka ceritanya ^^/
Si nyebelin Tiffany.
Oiya aku sengaja nggak menampilkan siapa pemeran Bella. Mungkin akan ku tampilkan di beberapa chapter ke depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not A Perfect Mother [SELESAI]
ChickLitBella Aghnia Zanna adalah mahasiswi jurusan Psikologi di sebuah universitas ternama di Jakarta. Kehidupannya berubah drastis setelah ia menemukan seorang bayi yang dibuang di depan masjid kompleks rumahnya. Pernikahannya dengan sang kekasih, Erlang...