Lembaran baru telah terbuka. Setelah setahun lulus dari Leeds University, kini Bella dikenal publik sebagai penulis buku parenting dan novel fiksi best seller.
Berpakaian serba hitam dan turquoise, ia menghadiri acara peluncuran buku terbarunya di toko buku ternama yang terletak dalam mall.
Usai acara, Bella bersiap meninggalkan tempat. Namun telepon dari mamanya menahan ia lebih lama di toko buku tersebut.
Seorang pria yang juga berada di tempat yang sama pun bersiap beranjak pulang, setelah mendapatkan buku yang ia inginkan. Pandangannya beredar ke sekelilingnya dan berhenti pada sosok wanita yang tampak familiar.
"Bella? Ini beneran Bella?" Sapanya.
Bella menoleh. "Iya. Ini siapa..."
Bella terkejut melihat sosok di belakangnya. Sosok yang ia rindukan, yang bahkan sudah tak bersua setahun lamanya.
"Bian? Apa kabar, Bi? Kabar Tante Anisa baik?"
"Alhamdulillah kami baik-baik saja. Kalian juga apa kabar? Kei juga sehat kan? Kangen banget sama dia."
"Alhamdulillah kami semua sehat. Kei tahun ini aku masukin pre-school, makin aktif aja dia."
"Alhamdulillah kalo gitu. Lama nggak ketemu kamu udah jadi penulis aja ya. Pantesan selama aku belanja buku di sini ada rame-rame. Acara kamu, ya?"
"Iya, launching buku terbaruku. Aku kasih kamu buku terbaruku as a gift, ya. Tapi buku parenting, sih. Kamu mau?"
"Mau kok. Aku juga suka baca buku parenting, kok. Apalagi ini berhubungan erat sama pekerjaanku."
Bella dan Bian terlarut dalam percakapan tentang kegiatan masing-masing. Keduanya lupa kalau biasanya mereka menggunakan kata lo dan gue berubah menjadi aku-kamu. Mereka bahkan lupa akan niatan untuk segera pulang.
Bella bercerita tentang kehidupan barunya sebagai penulis, sekaligus ibu tunggal untuk Kei. Kelucuan Kei yang hobi berlari-lari dan kesukaannya merusak make-up milik mamanya hingga membuat Bella menahan kesal untuk tak memarahinya.
Bian bercerita tentang pekerjaannya. Sudah lama ia dan teman-temannya memiliki mimpi untuk membangun lembaga pendidikan khusus bagi anak-anak luar biasa yang kurang mampu. Dan kini, mimpinya menjadi kenyataan. Bian bahkan mengajak Bella dan mamanya untuk mengunjungi sekolah tersebut dan dijawab dengan antusias oleh Bella.
"Bell, aku boleh main ke rumah kamu?" Tanya Bian.
"Boleh lah, kapan aja kamu kangen Kei kamu boleh main ke rumah," jawab Bella.
"Bey! Kamu di situ?" Sapa seseorang yang membawa buket bunga dan sekotak Ferrero Rocher.
Bian menoleh. Ia kecewa, namun berusaha menampilkan raut wajah datar.
"Kamu balikan sama Erlangga? Selamat ya, semoga langgeng. Aku pamit dulu."
Bella mengabaikan Erlangga dan mengejar Bian. "Tunggu, Bi!"
Namun Bian tak terkejar. Menyisakan Bella sendiri dengan air mata yang tak mampu dibendung. Buru-buru ia menyeka air matanya agar tak ada orang yang melihat.
Dua orang menghampiri Bella dengan tergesa-gesa. Salah satu diantaranya memeluk dan mengelus punggungnya.
"Maaf ya, Kak Bey. Aku tadi di kamar mandi dan menyuruh Kak Elang untuk ngasih bunga sama coklatnya duluan. Nggak nyangka kalo ada yang salah paham."
Bella menoleh. "Iya, nggak apa-apa Tiff."
"Bey, maaf banget ya. Aku bakal nyusul Bian dan menjelaskan yang sebenarnya," ujar Erlangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not A Perfect Mother [SELESAI]
Romanzi rosa / ChickLitBella Aghnia Zanna adalah mahasiswi jurusan Psikologi di sebuah universitas ternama di Jakarta. Kehidupannya berubah drastis setelah ia menemukan seorang bayi yang dibuang di depan masjid kompleks rumahnya. Pernikahannya dengan sang kekasih, Erlang...