Bella Aghnia Zanna adalah mahasiswi jurusan Psikologi di sebuah universitas ternama di Jakarta. Kehidupannya berubah drastis setelah ia menemukan seorang bayi yang dibuang di depan masjid kompleks rumahnya.
Pernikahannya dengan sang kekasih, Erlang...
Bella berdiri mematung, tanpa sadar ponselnya jatuh ke lantai. Erlangga berjalan mendekati Bella.
"Tolong jelasin, Bey. Siapa bayi itu?" Tegasnya.
"Sebentar kak." Bella meletakkan Keiko ke sebuah baby nest berwarna merah muda.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ia menghela nafas dan mulai menceritakan semuanya. Erlangga mendengarkan dengan seksama.
"Sebenarnya aku sama sekali nggak percaya sama omongan Alma, aku ke sini karena mau ajak kamu main ke rumah. Aku cuma shock liat kamu gendong bayi, jadi pikiranku kemana-mana. Maaf ya Bey," pinta Erlangga.
"Nggak apa-apa kak. Aku bisa ngerti kok." Bella mengalihkan perhatian pada mamanya yang baru kembali dari toko roti.
"Mama udah pulang. Bella buatin teh ya?" Tanya Bella.
"Erlangga aja yang kamu buatin teh. Mama nggak usah," ujar Mama Lana. Matanya menelisik ke arah calon menantunya itu.
"Oke Ma." Bella ke dapur dan membuat secangkir teh untuk Erlangga lalu mengantarnya ke depan.
"Nak Elang, saya mau bicara sebentar." Mendengar mamanya akan ada pembicaraan serius, Bella langsung membawa Keiko ke kamar.
"Bella sudah menjelaskan semuanya?" Tanya Mama Lana.
"Iya, Tante." Erlangga sedikit gugup.
"Apa kamu masih mau menikahi Bella setelah tau putri saya mengadopsi seorang bayi? Maukah kamu menerima putri angkat Bella?" Mata tajam Mama Lana menatap ke kedua mata Erlangga.
"Tante nggak usah khawatir. Saya mencintai Bella dan akan tetap menikahinya. Saya juga suka anak kecil. Saya akan anggap bayi itu seperti anak saya sendiri," jawabnya.
"Alhamdulillah, setelah kalian menikah anak itu akan mempunyai orang tua lengkap walaupun kalian bukan orang tua kandungnya. Setelah kalian menikah segera urus akta kelahiran bayi itu, ya."
Mama Lana tiba-tiba teringat akan sesuatu, "Tapi bagaimana dengan orang tua kamu? Orang tua kamu harus tahu."
Erlangga menjawab, "Tante jangan risau, Mama dan Papa biar saya yang urus. Sekalian saya ijin membawa Bella ke rumah atas perintah Mama. Mama mau mengenalkan Bella ke keluarga kakak saya yang baru pulang dari Beverly Hills."
"Baik, saya ijinkan. Satu lagi, ingat hanya karena kalian sudah lamaran bukan berarti kalian boleh bersikap layaknya sudah menikah karena kalian belum mahram," kata Mama Lana tegas.
"Baik Tante."
🍁🍁🍁
Di kediaman keluarga Alexander.
"Selamat malam, Om dan Tante!" Seorang perempuan berbadan ramping dengan paras menawan bak aktris Tiongkok memasuki kediaman Alexander.
"Tiffany! Masuk, sayang. Kok kamu ke sini nggak ngabarin Tante?" Ujar Claire, ibu Erlangga.
"Aku baru aja nyampe Jakarta, Tan. Sengaja mau surprise kalian. Oh iya, ini hadiah buat Om dan Tante." Perempuan yang bernama Tiffany itu kemudian menyerahkan hadiah berisi jam tangan Rolex kepada orang tua Erlangga.
"Wah, makasih sayang. Gimana keadaan keluarga kamu? Kuliah kamu juga lancar?" Tanya Claire.
"Mom sama Dad sehat-sehat aja. Kuliahku di Oxford juga fine aja," celotehnya.
"Wah, hebat dong kamu. Udah semester berapa? Kakak kamu kuliah di sana juga?" Tanya Rudy Alexander, ayah Erlangga.
"Aku masih semester enam, Om. Kak Renatta kuliah di UI, dia nggak mau kuliah di luar negeri. Sepertinya sih ada cowok yang ditaksir," jawab Tiffany.
"Oh masih semester enam. Kalau Bella, calon menantu Om udah skripsi malah," kata Rudy dengan wajah datar.
Mendengar kata 'Bella', Tiffany memasang raut muka jengkel. Melihat wajahnya yang seperti itu, Claire langsung menghiburnya. "Apaan sih, Papa. Jangan bandingkan Tiffany sama Bella. Jelas aja Bella udah skripsi, kan memang Bella setahun lebih dulu kuliahnya."
Mendengar seperti ada ribut-ribut, kakak Erlangga yang baru kembali dari luar negeri keluar kamar. Betapa terkejutnya ia melihat Tiffany ada di sana. Ia pun mengajak istri dan anaknya untuk menemui Tiffany.
Sesaat suasana di kediaman Alexander tenang dan kondusif. Namun hal itu berubah setelah Bella dan Erlangga datang.
"Assalamu'alaikum," sapa Bella.
"Wah, pada kumpul-kumpul nih," celetuk Erlangga.
Langkah mereka berhenti melihat Tiffany duduk di sebelah Claire, ibu kandung Erlangga.
Bella menundukkan kepala dan perlahan mundur. Tangannya berpegangan pada jaket Erlangga. Melihat Bella seperti itu, Erlangga sontak berbicara sinis ke hadapan Tiffany.
"Ngapain lo ke sini lagi! Mau ngerayu gue atau nyokap gue?" Ucap Erlangga tegas.
Bersambung~
_________________
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.