"Sally, lunch yuk!"
"Duluan aja, Diana. Gue mau sholat Dzuhur dulu," tolak Sally.
"Oke, gue tunggu di kantin kantor ya." Sally membalas dengan acungan jempol.
Kring... Kring...
"Hai, Bey! Gimana kabar lo? Gue kangen banget tau!" Pekiknya.
"Alhamdulillah baik, Sal. Eh btw di sini udah malem, di sana masih siang kah?"
"Iya. Eh ngobrolnya di pending dulu ya, gue belum sholat."
"Oh, iya nggak pa-pa. Lo sholat dulu aja, habis ini gue telepon balik. Bye," tutur Bella menutup telepon.
Sally meletakkan ponselnya di saku jas. Ia mengambil mukena dan bersiap pergi. Namun, seseorang yang telah menguping pembicaraan mereka datang menghampiri.
"Sal. Please jawab pertanyaan gue. Bella ada di mana? Tolong jawab gue." Erlangga berdiri di depan Sally dengan mengepal kedua tangannya.
Sally diam sejenak. "Lo emang bos gue, tapi lo nggak berhak maksa gue untuk urusan eksternal gini. Bella udah bahagia. Jangan ganggu dia. Catet!" Ucapnya tegas.
Dua minggu kemudian...
"Bey, gimana rasanya kuliah di Leeds?" Tanya Sally penasaran.
"Enak banget, Sal. Gue ngerasa nyaman di sini..." Bella bercerita panjang lebar.
"Tungguin gue ya. Ntar pas liburan gue susul lo ke Leeds," ucap Sally sambil mengaca di cermin untuk membenarkan pashmina-nya.
"Kei gimana? Dia baik-baik aja kan di..." Ia terkejut mengamati sosok Erlangga yang berdiri tak jauh darinya.
"Astaghfirullah, dasar gue kalo ngomong suka kenceng! Semoga Elang nggak denger Ya Allah. Ah kayaknya nggak denger deh. Santai aja lah, Sal," batinnya. Ia pun menyudahi telepon lalu bergegas ke mushola kantor yang terletak tak jauh dari ruang kerjanya.
"Pantas saja orang-ku tidak bisa menemukan Bella. Ternyata dia berada di luar negeri. Tunggu, kebetulan minggu lalu Tiffany mengajakku pergi ke Leeds untuk mengunjungi kakaknya. Ini kesempatan bagus," batinnya.
Tanpa membuang waktu, Erlangga segera menghubungi tunangannya itu.
"Tiff, kapan kamu berangkat ke Leeds?" Tanya Erlangga.
"Besok sayang," jawabnya di seberang.
"Aku masih bisa ikut?" Kata Erlangga.
"Boleh banget lah, babe. Tumben kamu mau ikut, waktu itu nggak mau," ujar Tiffany.
"Nggak apa-apa, pengen ketemu keluarga kamu aja di sana. Kalo gitu aku balik kerja lagi. Bye." Ujar Erlangga menutup telepon.
🍋🍋🍋
"Bell, Bell, lo kenapa?" Bian mulai panik.
"Dia menerima telepon dari siapa sih? Sampai wajahnya pucat banget," batin Bian.
Bella buru-buru mematikan telepon. "Maaf Bi, gue balik dulu. Gue nggak apa-apa."
"Bell, gue sebagai teman nyaranin semuanya jangan lo pendam sendiri. Gue fine kalo lo nggak nyaman cerita sama gue karena gue bukan mahram elo. Seenggaknya lo bisa cerita ke temen-temen cewek lo," jelas Bian.
"Iya. Thanks for your advice, Bi. Gue balik dulu."
🍋🍋🍋
Sepulang dari kampus, Bella mengambil wudhu dan menunaikan sholat Ashar. Dia tumpahkan semua keluh kesah pada Sang Pencipta.
Selesai sholat, ia menjemput Kei yang tengah di bawa oleh Aunt Aileen di restoran.
"Mama bacain buku untuk Kei, ya. Judulnya 'Aku Anak Sholehah.' Mama mulai ya."
Saat Bella tengah asyik bermain dengan Keiko di kamar, ada pesan singkat yang masuk.
"Assalamualaikum, Bell. In syaa Allah besok malam ini Mama dan Tante Anissa terbang ke Leeds, nak. Mama mau jenguk Bella dan Kei."
Bella tersenyum senang. "Terimakasih ya Allah. Engkau menolong hamba di saat yang tepat. Alhamdulillah Mama datang di saat orang itu ingin mengusik kehidupanku yang mulai tenang. Bismillah."
Bella menjalani hari-harinya seperti biasa. Setelah sholat Subuh ia memasak makanan pendamping untuk Kei yang sudah menginjak usia tujuh bulan, menyuapinya, lalu memandikan Kei, setelah itu ia bersiap berangkat ke kampus bersama Aysha.
Setiap hari Senin, Selasa, dan Kamis, Keiko dibawa Aunt Aileen ke restoran. Dan di hari Jum'at, Uncle Adam membawa Kei ke masjid. Tiap selesai sholat Jum'at, Kei selalu bermain dan diasuh oleh Bian.
Hingga ketika...
"Akhirnya sampai ya, babe. Habis ini kita langsung ke mansion aja ya. Aku capek," ujar Tiffany.
"Eh, tapi aku ke masjid dulu ya. Hampir masuk waktu sholat Jum'at, Tiff," kata Erlangga.
"Duh, kan bisa di mansion aja, sayang. Ya udah deh, tapi aku di mobil aja ya."
Setelah bertemu dengan staf keluarga Avalee di bandara, mereka menaiki mobil dan mencari masjid untuk menunaikan sholat Jum'at.
"Aku tunggu di mobil ya. Kamu jangan lama-lama," rengek Tiffany.
"Iya, iya," ujar Erlangga.
🍋🍋🍋
Erlangga yang telah usai menunaikan sholat Jum'at bergegas melangkah keluar masjid. Namun ia urungkan niatnya setelah mendengar suara yang familiar.
"Makasih, ya Bi udah jagain Kei."
Erlangga spontan menoleh ke belakang.
"Bella?" Batinnya.
"Sama-sama. Kamu udah sholat?" Tanya Bian.
"Udah di rumah..."
"Bella, sudah lama aku nggak lihat kamu tertawa sebahagia itu. Harusnya aku yang bikin kamu tersenyum, Bey. Bukan laki-laki itu," gumamnya.
Bersambung~
_____________________
Alhamdulillah, I'm back guys. Maaaaf banget aku "ngilang" dari wattpad sebulan lebih. Beberapa waktu lalu aku sakit, adikku juga sakit (in syaa Allah bukan sakit covid gais).
Aku juga sempat gak mood dan stuck bikin cerita. But now I'm back. Semoga kalian suka ceritanya ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not A Perfect Mother [SELESAI]
ChickLitBella Aghnia Zanna adalah mahasiswi jurusan Psikologi di sebuah universitas ternama di Jakarta. Kehidupannya berubah drastis setelah ia menemukan seorang bayi yang dibuang di depan masjid kompleks rumahnya. Pernikahannya dengan sang kekasih, Erlang...