Chapter 18: A Warning

3.2K 245 5
                                    

Bella dan Sun-ji melanjutkan perjalanan ke toko yang menjual bahan makanan.

"Sun-ji ssi, I wanna bake some choux. Temenin aku beli bahannya yuk," ajak Bella.

"Okay," jawabnya.

Bella dan Sun-ji menyusuri seisi toko. Tiba-tiba Sun-ji menunjuk sesuatu.

"Kayaknya ada bahan yang kurang deh, Bell," ujar Sun-ji.

"Nggak, udah lengkap kok." Jawab Bella.

"Kamu lupa nggak beli rhum buat filling choux nya," kata Sun-ji mengingatkan.

"Aku memang sengaja nggak beli. Rhum itu tidak halal karena dia mengandung alkohol. Dan kami, muslim dilarang mengonsumsi alkohol. Rhum essence juga dilarang, karena menyerupai rhum. Kalau mau menggunakan vanilla ekstrak sih nggak apa-apa, asal cari yang non alkohol," jelas Bella panjang lebar.

Setelah selesai, mereka berjalan pulang. Di tengah perjalanan, beberapa kali Bella mengalami kejadian kurang menyenangkan. Beberapa pejalan kaki menatap sinis ke arahnya dan seorang pria bahkan sengaja berlari dan menabraknya.

Sesampainya di rumah.

"Masih ada saja ya, orang-orang sini yang terjangkit Islamophobia," kata Sun-ji.

"I'm not shock, Sun-ji. Walau ini pertama kali aku diperlakukan seperti tadi. Selama di Leeds, tidak ada yang menjahatiku seperti pria itu. Walau ada beberapa orang yang memandang dengan ekspresi kurang menyenangkan. I hope, one day they can feel and see how beautiful Islam is. Okay, let's baking!" Pekik Bella.

"Please teach me, Bella ssaem," ujar Sun-ji.

🍃🍃🍃

"Wow..." Pekik orang-orang bersamaan ketika melihat green tea choux buatan Bella dikeluarkan dari oven.

" Pekik orang-orang bersamaan ketika melihat green tea choux buatan Bella dikeluarkan dari oven

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Enjoy the choux," kata Bella.

"Wah, Bellstifull udah cakep, pinter masak lagi. Emang istri idaman," goda Marco sembari melirik Bian.

"Oh iya guys sekalian kami bertiga mau pamit pulang duluan besok," sahut Bella.

"Gue malah tar malem mau balik. Mau jemput si Doni di airport," kata Bian.

"Kalo gitu gue titip salam sama keluarganya Aysha ya, Bi. Tolong sampaikan gue balik besok..."

Tangan Renatta mengepal kesal melihat keduanya semakin terlihat akrab.

"Gue ke toilet dulu, gengs," pamitnya.

"Gue juga mau balik ke kamar mau packing. Kalian abisin aja kuenya," kata Bella.

Bella berjalan menuju kamar namun Renatta menarik lengannya.

"Heh, jangan ganjen dong lo jadi cewek! Sok-sok bikin kue. Mau narik perhatian para cowok ya lo! Penampilan lo berjilbab gini, ternyata munafik!" Bentak Renatta.

"Ya Allah, mau hidup tenang kok ada aja halangannya." Batin Bella.

"Otak lu isinya negative vibes semua apa gimana? Perasaan gue nggak pernah usik kehidupan lu!" Tegas Bella.

"Wah, berani ya lo sama gue. Lo nggak tau siapa gue, Bella Aghnia Zanna? I can do everything," ancamnya.

"Straight to the point deh, apa sih mau lu?"

"Sangat sederhana. Cukup jangan deketin Bian. I'll do everything to get him," kata Renatta.

"Gue mau deket sama siapa aja itu hak gue," balas Bella.

"Oh gitu ya. Liat aja nanti. Aib lo bakal gue bongkar ke semua orang," ancamnya.

Bella berusaha tegar. "Gue nggak takut. Gue nggak akan pernah mau nurutin apa mau lo!"

Tanpa basa-basi Bella pergi meninggalkan tempat.

🍃🍃🍃

Di ruang makan mansion keluarga Avalee.

"Kami telah berbincang dengan Rudy dan Claire, bahwa lamaran kalian akan dipercepat. Setelah prosesi lamaran, tiga atau empat bulan ke depan kalian akan menikah," kata Arion Raefal Avalee membuka obrolan.

"Makasih Pi," balas Tiffany dengan senyum manja.

"Mami seneng banget, akhirnya putri bungsu Mami menikah sebentar lagi. Ruby, kakakmu Razta kira-kira punya pacar nggak? Kan enak kalo kalian berdua nikahnya barengan," ujar Ayunisari Avalee, ibu dari Renatta dan Tiffany.

Erlangga menundukkan kepala. Percakapan Tiffany dan kedua orangtuanya membuat kepalanya pusing. Ia tak ingin menikah dengan Tiffany. Kalau saja kedua orangtuanya tidak bersahabat dengan orang tua Tiffany dan memaksanya menikahi putri sahabat ayahnya, ia pasti menolak.

Bersambung~

Assalamualaikum readers, apa kabar? Semoga sehat selalu ya. Maaf chapter kali ini lebih pendek, maaf juga hampir 2 bulan nggak update. Di bulan kemarin qodarullah aku kehilangan salah satu anggota keluarga. Jujur dua bulan ini hidupku kek roller coaster sih wkwk. Tapi kusempetin nyicil chapter dikit-dikit.

Well, ada bonus pic untuk kalian..

Well, ada bonus pic untuk kalian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiffany Ruby Avalee

Renatta Razta Avalee

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Renatta Razta Avalee.

Semoga syukaa. See you on the next chapter in syaa Allah 🍉

I'm Not A Perfect Mother [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang