"Kenapa, Bell? Astaghfirullah," Mama Lana spontan menunduk.
"Bella nggak tau, Ma. Tau-tau bayi ini tergeletak di sini," jelas Bella.
"Mama rasa ini bukan anak salah satu jamaah masjid. Bawa ke rumah aja, Nak. Nanti jam delapan pagi kita bawa ke kantor polisi. Kamu bisa kan, bawa sendiri ke rumah?" Tanya Mama Lana.
"Bisa, Ma. Bella kan dulu sering gendong Maira, anaknya Uncle Arnold waktu masih bayi. Emang Mama mau ke mana?"
"Mama mau ke mini market beli popok, susu formula sama dot juga buat bayi ini."
"Oke, Ma. Bella bawa pulang sekarang." Bella menggendong bayi perempuan itu dan berjalan pulang.
Sesampainya di rumah, Bella meletakkan si bayi pada tempat tidurnya. Dia melihat sekilas lalu menyelimuti bayi itu.
"Maa syaa Allah, cantik banget sih, Nak. Siapa ya, yang buang kamu. Kok tega banget. Eh, apa ini?" Bella menemukan secarik kertas yang diletakkan dalam gendongan bayi.
Ia melihat dengan seksama, tulisan di kertas itu berbunyi,
"Assalamu'alaikum kak Bella. Saya minta maaf sudah berbuat seperti ini. Saya nggak tahu harus bagaimana, hanya kakak yang bisa saya percaya untuk membesarkan anak saya.
Mungkin kakak kaget, kenapa saya bisa kenal kakak. Saya Kinan, siswi kelas satu SMA yang kakak tolong bulan lalu. Saya korban pelecehan, dan harus menanggung beban ini seorang diri. Orang tua saya tidak tahu soal ini. Saya takut untuk memberi tahu pada kedua orang tua saya.
Saya berikan anak saya kepada kakak. Mohon rawat anak saya, Kak. Saya tahu saya egois, saya minta maaf. Kalau kakak takut suatu hari nanti saya akan ambil anak saya, itu tidak akan saya lakukan. Mulai besok, saya akan kembali ke rumah orang tua saya di Jawa Tengah.
Terima kasih, Kak Bella. Dan maaf, saya sudah sangat membebani kakak dengan anak saya."
Bella terkatung dan memandang wajah bayi itu sekilas. Ia mengambil ponselnya dan menelpon Mama Lana.
"Assalamu'alaikum, Ma..."
🍁🍁🍁
"Mama sudah baca isi suratnya. Sekarang keputusan Bella apa? Mau mengadopsi bayi ini atau tetap menyerahkan ke kantor polisi?"
"Bella sayang sama dia, Ma. Lagian ibu kandungnya sendiri memberi bayi ini ke Bella. Mama nggak keberatan, kalau Bella adopsi dia?"
"Mama nggak keberatan, Nak. Tapi ini adalah amanah yang besar. Apa kamu sanggup? Dan, apakah Erlangga dan orang tuanya mau menerima bayi ini? Apalagi beberapa bulan lagi kalian menikah."
Ucapan Mama Lana membungkam Bella. Kini, kepalanya dipenuhi ketakutan akan ditinggalkan oleh Erlangga. Hingga akhirnya ia menghela nafas panjang, dan memutuskan.
"Apapun yang terjadi, Bella akan ambil bayi ini. Bella udah terlanjur sayang, Ma. Dan, urusan Kak Elang biar Bella yang urus."
"Mama bangga sama Bella. Kalau orang lain di posisi Bella, belum tentu mereka mau mengambil bayi ini. Apalagi Bella masih muda tapi sudah berani mengambil keputusan seberat ini. Mama akan selalu dukung Bella apapun yang terjadi."
Bella terharu dengan ucapan mamanya.
"Udah jangan nangis, Nak. Hari ini kamu kuliah, kan? Biar Mama yang urus si kecil. Hari ini toko roti Mama liburkan."
"Makasih, Ma."
🍁🍁🍁
Hari ini, Bella pergi ke kampus bersama sahabatnya Sally untuk bimbingan skripsi. Ia menceritakan semuanya pada sahabatnya tentang peristiwa besar yang terjadi tadi.
"Maa syaa Allah. Keren lo Bey, berani ambil keputusan seberat itu. Tapi apa nggak apa-apa, lagian lo juga lagi proses skripsi kan?" Tanya Sally heran.
"Iya, nggak apa-apa Sal. Gue bisa bagi waktu kok. Dan nggak nyangka ya, gue sekarang udah jadi seorang ibu," pekik Bella senang.
Tanpa ia sadari, seorang mahasiswi berambut pendek diam-diam mendengar pembicaraan mereka.
"Wah wah, gue dapet bahan ghibah baru nih. Tadinya sih gue mau ketemu dosen pembimbing, tapi nggak sengaja gue denger omongan lo, Bell. Gimana ceritanya lo udah punya anak? Erlangga udah tau apa belum kalau punya pacar kelakuannya gini," sindirnya.
"Jangan fitnah temen gue dong, Alma!" Tegur Sally.
"Nggak peduli gue, yang penting dengan berita ini gue punya change untuk deketin Kak Elang. Dan lo bakal..."
"Alma! Lo ditungguin Bu Gwen. Dia marah, lo sih ngajak janjian tapi lo malah ngaret," tegur Priti, teman Alma.
Alma pun panik dan bergegas pergi ke ruangan dosen.
"Lo kok sabar banget Bey, ngadepin orang kek gitu?" Tanya Sally.
"Santai, Sal. Hujatan orang lain tidak pernah menentukan diri kita. Tapi, diri kita ditentukan oleh respon kita terhadap hujatan tersebut. Kalau kita balik jahatin Alma, apa bedanya kita dengan dia?" Jawab Bella.
"Maa syaa Allah, gue bersyukur punya sahabat kek elo, Bey. Oh iya, ceritain dong awal mula Alma benci sama elo?" Tanya Sally penasaran.
Bersambung~
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not A Perfect Mother [SELESAI]
Literatura KobiecaBella Aghnia Zanna adalah mahasiswi jurusan Psikologi di sebuah universitas ternama di Jakarta. Kehidupannya berubah drastis setelah ia menemukan seorang bayi yang dibuang di depan masjid kompleks rumahnya. Pernikahannya dengan sang kekasih, Erlang...