Chapter 1: Sebuah Permulaan

9.9K 601 4
                                    

"Bella jaga toko sendirian berani kan?" Tanya Mama Lana.

"Berani lah, Ma. Lagian kan Bella nggak benar-benar sendiri. Ada kakak-kakak karyawan yang juga nemenin Bella. Emang Mama mau ke mana pagi-pagi? Masih jam setengah tujuh dan toko roti sebentar lagi buka," jawab Bella.

"Mama sama Kala belanja bahan roti. Kan setiap hari Minggu selalu begitu."

"Oh iya, lupa Bella."

Tiga puluh menit kemudian, Bella membuka toko dengan dibantu beberapa karyawan mamanya. Tak lama setelah toko dibuka, seorang laki-laki yang tampak seumuran dengan Bella memasuki toko dan raut wajahnya seperti kebingungan.

"Assalamu'alaikum. Mbak, ini benar Lana Bakery kan?" Tanya laki-laki ini.

"Wa'alaikumussalam. Iya, benar kak," ucap Bella. Ia bergumam dalam hati, "Dasar cowok aneh. Ya kali dia nggak kelihatan papan nama toko ini yang jelas-jelas terpampang di depan mata dia."

Bella terus memandangi laki-laki itu. Tiba-tiba seorang karyawan datang ke tempat Bella.

"Itu cowok aneh banget, ya Mbak Bel. Dari tadi telponan mulu sambil lirik-lirik Mbak Bella lagi," celetuk Sania, salah satu karyawan toko roti.

"Iya, San. Baru kali ini aku ketemu sama pembeli seperti itu," jawab Bella.

Bella yang penasaran, akhirnya berusaha menguping pembicaraan laki-laki itu.

"Iya, Mi. Bener, ini Lana Bakery. Tadi Bian tanya langsung sama yang punya."

Suara di seberang telepon pun menyahut, "Kamu udah ketemu sama Tante Lana?"

"Hah? Yang punya toko ini tante-tante? Bian liat wajahnya masih muda banget kok. Dari style-nya juga bukan kek orang tua. Mana ada orang tua pakai kemeja denim terus bawahannya rok denim selutut."

"Ya udah ya udah. Mama bentar lagi nyusul kamu ke sana. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Tak lama setelah itu, Bian menemui Bella dengan membawa beberapa roti untuk di beli.

"Semuanya tujuh puluh dua ribu," kata Bella dengan raut muka jutek. Sampai akhirnya ibu Bian sampai.

"Permisi, Nak. Bu Lana-nya ada?" Tukas Anisa Prameswari, ibu kandung Bian.

"Mama saya masih pergi, Tante. Apa ada yang ingin disampaikan?" Balas Bella.

"Wah, ternyata kamu putrinya ya? Maa syaa Allah, cantik sekali," puji Anisa. "Saya Anisa Prameswari, teman sekolah Lana, dan pelanggan  toko roti ini. Saya suruh Bian, anak saya untuk beli roti di sini, tapi karena saya takut di salah alamat jadi saya samperin."

"Oh iya, Tante minta nomor kamu, ya. Biar nanti kalau mau pesan dalam jumlah besar bisa hubungi kamu."

"Baik, Tante."

Anisa lalu menyenggol lengan putranya. "Bian, catet nomor nak Bella ya."

"Kok Bian sih, Ma? Mama kan bawa ponsel," protesnya.

"Sst, udah nurut sama Mama."

Setelah mendapatkan nomor Bella, mereka pun pamit pulang.

🍁🍁🍁

Senja hari di kota Jakarta, Bella nikmati dengan duduk di sebuah rooftop kafe bersama kekasihnya, Erlangga Alexander, putra tunggal Rafael Alexander bos besar sebuah perusahaan yang bergerak di bidang ritel.

"Nggak terasa hari ini kita anniversary yang ke enam, ya. Aku tahun ini wisuda dan kamu tahun depan mulai skripsi," ujar Erlangga.

"Iya, Kak. Hmm, nanti lulus kuliah Kak Elang mau langsung terjun ke perusahaan papanya kakak atau gimana?" Tanya Bella sambil menyeruput Red Velvet Latte.

"Aku pengennya mandiri, Bell. Tapi nggak enak kalau ngelawan perintah orang tua."

"Yang sabar ya, Kak. Apapun keputusan Kakak, akan Bella dukung."

"Makasih darling, kamu udah dukung aku selama ini. Aku punya kabar mengejutkan untuk kamu." Erlangga menghela nafas sejenak.

Ia melanjutkan kalimatnya, "Minggu depan aku dan keluargaku akan datang untuk melamarmu."

Bella menitikkan air mata, "Beneran, Kak?"

Erlangga mengangguk pasti.

"Makasih Kak," ucap Bella haru.

Kring kring!

Bella merogoh ke dalam tasnya untuk mengambil ponsel.

"Wa'alaikumussalam. Iya, kenapa Ma?" Tanya Bella.

Di rumah, Mama Lana menelepon dengan nada sedikit marah. "Jam berapa ini? Sekarang hampir setengah sembilan. Pasti kamu belum sholat Isya, kan?"

Erlangga mengernyitkan dahi. "Ada masalah apa, Bell?"

"Mama minta Bella segera pulang, Kak."

"Ya udah, ayo aku antar pulang," ujar Erlangga

Bella menyelesaikan telepon dengan mamanya kemudian segera beranjak pergi dari kafe.

"Mama kamu sepertinya nggak suka aku ya?" Tanya Erlangga.

Bella menggeleng, "Nggak kok, kak. Sebenarnya, Freya sepupu aku tadi datang ke rumah. Mama telpon aku berkali-kali nggak ku angkat karena tadi aku fokus ngobrol sama Kak Elang."

"Oh begitu. Yuk kita pulang."

Tanpa Bella sadari, ucapan Erlangga memang benar adanya. Mama Lana sejak awal memang tidak menyukai sosok Erlangga karena beberapa alasan tertentu.

Bersambung~

I'm Not A Perfect Mother [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang