Prolog

1K 57 0
                                    

Di dunia ini yang berwarna emas adalah para raja. Yang perak adalah bangsawan, dan tembaga adalah pengikut setia, sedangkan yang berwarna kayu adalah budak!. Itu mutlak dan itu adalah hukum baru di dunia ini.

  

Setiap orang memiliki warna tanduk yang berbeda sesuai dengan status mereka. Dan ini sudah berlaku sejak penciptaan kehidupan kedua.

  

Baiklah, mari mundur kebelakang untuk mengetahui bagaimana ini semua bisa terjadi. Itu terjadi beberapa abad yang lalu, lebih tepatnya empat abad yang lalu, ketika kami kedatangan se-gerombolan orang-orang dengan tanduk kambing di kepala mereka.

Sebagian dari mereka bertanduk emas, sebagian bertanduk perak, dan beberapa yang menyedihkan memiliki tanduk berwarna coklat kehitaman! Mirip seperti batang kayu yang membusuk. Sambutan ramah dan hangat di gelar meriah. Gelas-gelas minuman, wanita-wanita penari dengan lekuk tubuh yang indah, lampu-lampu lentera-lentera di nyalakan, berkobar ikut meramaikan pesta penyambutan selamat datang yang hangat. Namun... kami salah besar, mengira mereka adalah makhluk yang ramah dan baik hati yang datang untuk merubah nasib dan membawa kami ke masa terang benderang dengan ilmu dan tekhnologi mereka... sebaliknya, mereka datang membawa bencana dan kehancuran di setiap tempat yang mereka singgahi. Membunuh setiap orang yang mencoba melawan. Dan Mereka menyebut peristiwa ini sebagai... "penciptaan kehidupan kedua".

  

Lalu beberapa para orang tua kami yang terpilih di paksa untuk meminum secangkir cairan berwarna perak mengkilap, dan setelah itu mereka mendapati dirinya menjadi sama seperti para manusia berkepala kambing. Tanduk berwarna perak pun tumbuh mencuat, mengoyak kulit, keluar dari tengkorak mereka. 

Tidak berhenti sampai di situ, mereka kemudian memilih sebagian besar penduduk yang ketakutan, memaksa mereka untuk kembali meminum sebotol cairan berwarna tembaga, dan tanduk yang sama, dengan warna tembaga tumbuh mencuat dari kepala mereka.

  

Sedangkan orang-orang yang melawan tidak sepenuhnya di musnahkan, mereka memiliki tekad yang kuat untuk bertahan hidup namun juga tidak ingin berdiri di bawah bayang-bayang para makhluk bertanduk itu. Para pengkhianat justru di perlakukan dengan lebih buruk dan tidak manusiawi. Di paksa untuk meminum cairan yang sangat sangat sangat amat! menjijikkan. Itu adalah bentuk penghinaan abadi yang tak akan pernah bisa di sembunyikan dengan cara apapun. Ketika tanduk berwarna coklat kehitaman itu tumbuh dan menjadi bagian dari diri mereka... bahkan jiwa mereka pun sudah di cap sebagai budak abadi. Mengabdi kepada para emas dan perak selama sisa hidup mereka dan anak-anak, dan cucu-cucu mereka yang akan lahir di kemudian hari hingga bermasa-masa yang akan datang.

Mereka adalah para budak! Yang harus selalu tunduk dan patuh mengikuti setiap perintah dari tanduk emas, dan perak. Bahkan, status mereka jauh lebih rendah dari pada tembaga.

  

Jika para tembaga bisa hidup dengan nyaman dan normal layaknya rakyat biasa (tidak benar-benar bahagia, namun juga tidak benar-benar sengsara) namun tidak dengan coklat. Mereka bekerja tanpa di gaji, berdiri dengan perintah yang di berikan langsung oleh para tanduk emas. Jiwa yang dipersembahkan untuk mereka yang berkuasa, mereka bahkan tidak punya hak atas tubuh dan jiwa yang dilahirkan dari orang tua mereka. Satu kata dari emas atau perak yang di tujukan untuk nya, maka disitulah akhir hidup yang di tetapkan untuk nya. Apakah itu terdengar seperti nasib yang menyenangkan? Aku ulangi, Para tanduk emas itu memperlakukan mereka lebih rendah dari pada binatang!.

  

Tentu...itu bukan urusan ku jika mereka mendapatkan perlakuan yang menyedihkan. Salahkan nenek moyang mereka yang bodoh. nasib yang buruk menurun ke anak cucu. Lagi pula, aku adalah perak, aku memiliki nasib baik. Hidupku akan selalu mudah, karena aku adalah perak. Tentu saja...kita berbeda, Sangat sangat amat berbeda. 

Tok

Tok

Tok.

"Nona, Saya sudah menyiapkan kendaraan Anda." 

aku meletakkan buku dan melepas kacamata baca ku. 

"Ya, aku akan segera ke sana." 

Berdiri, pelayan itu memakaikan ku mantel bulu kesukaan ku, lalu mencium tanganku, ya ini adalah aturannya. 

"Anda memiliki rapat dengan para pengurus siang ini, apakah Nona ingin saya menyiapkan makan siang Anda lebih awal?" Ujar Este sembari membukakan pintu mobil, pelayan ku yang setia.

"Tidak perlu menyiapkan makanan berat, aku ingin sepotong Croissant  untuk makan siang." Aku melangkah kan kaki kanan ku masuk.

"Segera akan saya siapkan Nona" 

Aku mengangguk, mendudukkan diriku dengan nyaman di kursi penumpang.

Hufftt, ini akan menjadi tugas yang melelahkan...

My fragile little hornTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang