Tempatnya

27 2 0
                                    

"Aku adalah anak yang baik, ya kan."  

𓄃 𓄃 𓄃

Siang yang melelahkan, Aku berselonjor kaki di kasur, jendela yang terbuka dan tirai yang tersibak pelan terhembus angin. Malam ini berkabut, bulan tak lagi tampak seperti biasanya. Jika berkabut, itu artinya badai akan datang. Perasaan tenang yang mengetahui hal itu, aku tidak khawatir tentang badai. Karna aku memiliki atap untuk berlindung dan dinding yang kokoh untuk melindungiku. 

Hari yang panjang, kulit ku sedikit mengelupas setelah sehari melakukan diving. Buruk! sekarang aku harus melakukan banyak perawatan untuk memulihkan kondisi kulitku. hufff~

Kisa terlelap di kamarnya, suasana hati yang bagus. Dia menunjukkan ku sejumlah foto ikan yang dia ambil bersama Airin. Dan tentu saja, sebagian besar dari foto itu adalah foto-foto ikan badut. 

Dringg_

Dringg_

Getar handphone yang berada diatas nakas. Aku melirik sekilas, enggan mengambilnya. Namun ketika membaca nama yang tertera di layar, mau tak mau aku menjulurkan tangan meraih handphone ku dan mengangkat panggilan itu. 

"Halo" Malasku menyapa setengah hati. 

["Eve! akhirnya kamu menjawab panggilan ku. Hahh, kemana saja kamu selama ini? kau tau, kau sangat sulit untuk di hubungi."]  Sahut suara di seberang dengan nada separuh kesal, berbicara dengan cepat. Kurasa air liur memercik keluar ketika dia berbicara secepat hingga mungkin lidahnya terbelit.

"Ya, ada apa gerangan kau menghubungi ku? kudengar dari Este bahwa kau juga sudah mencoba menghubungi ku sebelumnya" Dahiku sedikit berkerut. 

["Baiklah aku tidak akan banyak berbasa-basi denganmu... Ini tentang anak yang sebelumnya kutitipkan padamu."] 

Suara penelpon di seberang terdiam sejenak, memberi jeda untuk mulai membicarakan maksud tujuan yang tertunda. Seperti perkiraan Este sebelumnya, ini memang tentang Kisa. Perasaanku tidak enak... 

"Kisa?" Sebutku mengucap nama yang kuberikan pada anak tanduk kayu itu. 

["Kisa??] Remi kembali mengulang nama yang spontan kusebut. Kali ini akulah yang terdiam. 

["Apakah itu adalah nama pemberianmu padanya? Wow, kamu bahkan memberinya sebuah nama! jangan bilang bahwa kamu juga sudah memberikan hati mu padanya"] Sindirnya meremehkan. Lagi-lagi aku hanya diam, Enggan bersuara. Karna itu memang benar. Entah sejak kapan aku mulai menerimanya dan... ntah lah, aku belum pernah merasakan perasaan ini sebelumnya. Ketika aku bersama dengan Kisa, perasaan hangat itu...seakan menyelimuti hatiku. 

Menarik nafas, degupan jantung seolah terdengar cukup jelas mengisi kekosongan, pikiran. aku tidak tau, rasanya seakan mengambang. Aku sudah bisa menebak kata-kata yang akan dia sampaikan. 

["Aku akan kembali sebulan lagi, dan ya, aku akan menjemputnya. Sudah terlalu lama sejak aku membiarkannya bebas bermain diluar. Karna dia anak-anak jadi kurasa itu tidak masalah untuk menitipkannya padamu...tapi jika tanduk emas sampai tahu, mereka akan memecatku."] Terangnya. Aku menggenggam handphone ku erat, menggigit bibir bawah. Ada perasaan tak rela yang terselip di sela-sela hati. 

"begitu..." aku berusaha bersikap setenang mungkin. Tidak menunjukkan kegugupan yang sedang melanda.

"Baiklah, tolong hubungi aku lagi untuk pemberitahuan kedepannya" 

Biiippp_

Sambungan terputus.

 𓄃 𓄃 𓄃

Aku memanggil Este keruang bawah tanah yang ada di Vila. Ruangan yang gelap, hanya beberapa lentera yang menjadi penerangan seadanya dalam temaram.

My fragile little hornTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang