Setiap kali aku merasa tak nyaman di saat itulah air mataku akan keluar, dan ketika aku selesai maka aku akan tertidur karena lelah.
Khawatir, menyesal dan merasa iri pada semua orang. Cemburu, curiga kenapa mereka terus saja menyakiti hatiku?
Orang berbohong demi alasan mereka masing-masing. Tapi aku tekadang bahkan tidak bisa melihat semua kebohongan itu dan tanpa sengaja melewatkannya.
Jadi aku hanya bisa memegang kata-kata darimu.
"Kepercayaan"
𓄃 𓄃 𓄃
9 tahun yang lalu
Apa yang kalian pikirkan ketika seseorang menceritakan tentang cinta pertama mereka?. Tidak... mari kita rubah pertanyaannya, 'Menurutmu apa itu cinta pertama?'.
Orang yang pertama kali kalian sukai? orang yang pertama kali menyukai kalian? atau pacar pertama yang kalian miliki?
Pada awalnya, aku juga sama seperti kalian semua. Aku tidak mengerti apapun. Orang awam yang baru belajar untuk mengerti sesuatu yang di sebut 'Cinta'.
Sampai aku mengenalnya dan perasaan itu pun muncul entah dari mana... Tanpa bisa di kendalikan dia mulai menggerogoti tubuhku seperti sebuah virus.
Degupan di dada yang menggila dan wajah yang berubah panas seperti daging yang terkukus, memerah layaknya ceri.
Aku melihat jam yang melingkar di pergelangan tanganku. Pukul 05.00 (Lima). Ini adalah waktu yang di janjikan, tapi dimana? Aku bahkan belum melihat batang hidungnya. Dia masih belum datang...
Aku berdiri di persimpangan yang biasa kami lewati ketika pulang kerumah. tenggelam di dalam keramaian orang yang melintas, aku tetap berdiri di sana dalam waktu yang lama. Hingga tanpa di sadari langit mulai menghitam, berubah malam. Namun dia masih juga belum datang...
Melihat handphone yang kubawa, berharap bahwa di sana akan ada notifikasi pesan darinya. Namun lagi-lagi nihil. Tidak ada notifikasi apapun yang masuk ke hanphone ku, kecuali notifikasi panggilan tak terjawab yang sangat banyak dari bibi emma. Aku mematikan layar handphone ku dan memutuskan untuk pulang.
Mengecewakan, aku tidak bisa mengukir betapa kecewanya diriku sekarang.
𓄃 𓄃 𓄃
Makan malam berakhir dengan berbagai cerita nostalgia masa lalu. Tak sadar jam sudah menunjukkan pukul 09.00 (sembilan) malam. Waktu berjalan sangat cepat jika dihabiskan dengan topik obrolan yang menyenangkan.
"Terimakasih atas jamuan lezat malam ini, Eve" Katanya yang berdiri di depan pintu.
Aku tersenyum menimpali,
"Terimakasih kembali..."
Dia mengangguk.
"Mari, biar aku mengantar mu hingga ke gerbang."
Kami pun berjalan beriringan.
Suara jangkrik dan hewan-hewan malam bagaikan melodi khas opera music alami yang tercipta seirama di malam hari. Bagaikan debu angkasa, seperti biasa bintang-bintang selalu menjadi hiasan di atas kanvas hitam polos yang dingin.
Sebenarnya, masih ada banyak hal yang ingin kutanyakan. Ada banyak hal yang ingin kudengar darinya... dan aku tau bahwa masih ada banyak hal yang belum sempat dia ceritakan di meja makan tadi.
Mulutku terbuka sedikit hendak memulai percakapan. Namun hawa dingin membuat suaraku tercekat, tak mau keluar dan malah berubah serak.
"hari itu... kamu menunggu ku di persimpangan jalan itu, ya kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My fragile little horn
Fantasyrasanya baru kemarin, ketika dia masih memanggilku 'mama' dengan suara kecil nya, dan tangan kecil itu memeluk pinggang ku bahkan ketika aku berusaha untuk menolaknya. * tolong katakan padaku, orang tua mana... yang tega melihat anaknya sendiri aka...