Berubah

30 3 0
                                    

Roda mobil melaju cepat menjauhi villa. kedua kembar Rene dan Rine setia melambaikan tangan, menghantar kepergian hingga mobil ini menghilang meninggalkan perkarangan. Kaca yang sengaja diturunkan setengah membuat angin masuk menerpa wajah.

Sejak tadi, Airin tak henti-hentinya sibuk berkutat dengan layar kubus yang senantiasa dia genggam. Dia sudah melakukan hal itu sedari dia memasuki mobil. memposting foto-foto liburan di sosial media. Dan yeah, kuakui dia memang memiliki banyak peminat di sana. Tentu saja, sebagian besar peminat berasal dari kaum Adam. 

Menoleh kebelakang, Tampak wajah berlinang iler Aiden yang sudah pulas menembus awan-awan mimpi, entah sejak kapan dia terlelap namun dia meninggalkan handphone miliknya untuk dimainkan oleh Kisa. Dia bilang bahwa Kisa harus belajar menggunakan tekhnologi itu sendiri. Dia beranggapan bahwa pengetahuan  kisa sudah sangat jauh tertinggal di bandingkan dengan anak-anak lainnya. 

"Bagaimana perasaanmu setelah berlibur?" 

Aku bertanya membuka suara. 

"Menyenangkan, pantai itu tempat yang di penuhi pasir... Aku akan mengingatnya" Dia berujar tanpa mengalihkan pandangannya dari benda pipih yang dia pegang. Aku melirik sekilas. 

"benarkah, itu bagus.. sekarang kamu sudah tau pantai itu superti apa kan. Kamu bisa menceritakannya kepada teman-temanmu ketika kamu masuk sekolah besok"

"...Ya, tapi aku tidak ingin menceritakannya." Kisa mendengus, tidak tertarik dengan arah pembicaraan ini.

Aku kembali melirik dari kaca mobil. 

"kenapa?" 

Gerakan tangannya berhenti, dia termenung beberapa saat sebelum akhirnya kembali bersuara. 

"...mereka pasti sudah berkali-kali pergi ketempat itu, jika aku menceritakannya aku hanya akan di jadikan bahan bercandaan oleh mereka. Tidak mungkin para Perak tidak pernah pergi ke sana, aku yakin mereka bahkan sudah pernah pergi ke berbagai tempat yang jauh lebih menarik dari pantai" Kalimat yang terputus, senyuman penuh ironi. Hanya beberapa detik yang terjadi dengan cepat, namun mataku berhasil menangkap pemandangan itu, sebelum akhirnya berubah kembali menjadi datar.

'Kecuali jika mama ingin mereka mengetahui identitasku sebagai kayu? hahh." Penjelasan berterus terang dengan intonasi suara yang membosankan. seolah itu tidak menyinggung sama sekali.

jawaban yang tidak pernah ku bayangkan akan keluar dari mulut kecilnya. Sejak kapan dia belajar untuk berpikir dan berbicara seperti itu? Apakah liburan ini membuka wawasan baru untuknya. Aiden benar-benar membawa dampak yang besar terhadap perubahan Kisa. Kisa...

"Begitu, mungkin kamu benar. Ini bukanlah hal yang menarik untuk diceritakan kepada mereka." Seakan tersengat aliran listrik tegangan rendah, aku berusaha menutupi wajah penuh kekecewaan ku. Rasanya aneh, lagi-lagi aneh... bagaimana bisa seseorang berubah hanya dalam waktu beberapa hari. Aku tidak terbiasa dengan perubahan yang mendadak tanpa aba-aba. 

Hanya, terlalu tiba-tiba...

𓄃 𓄃 𓄃

Desakan klakson mobil sahut menyahut memekakkan telinga. Macet di persimpangan tepat diatas belokan menanjak bukit. Antrian panjang hingga berkelok-kelok. Mobil ini hanya bisa berjalan sedikit demi sedikit, mengikuti gerakan mobil lainnya yang berada di depan. 

Aku bertopang dagu, 

"sampai kapan kita akan terjebak disini..." Keluhku merasa bosan. Pasalnya kami sudah terjebak selama 2 jam dan belum bisa keluar dari kemacetan yang berkelok. 

Ingin memotong tak bisa, ini diatas bukit, itu tindakan yang berbahaya. Mobil ini mungkin saja bisa keluar dari jalur pembatas dan berguling-guling jatuh kebawah jika salah berbelok. mau tak mau satu-satunya pilihan yang tesisa hanyalah menunggu. 

My fragile little hornTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang