petak umpet

279 15 1
                                    

"budak dari mana ini huh!"

"maaf paman tolong izinkan aku pergi...hiks hiks"

"hoho...pergi? memangnya kamu mau pergi kemana?"

"hiks hiks mama..."

"HAHAHAHAHAHAHA lihat dia memanggil mamanya, hei nak mama mu itu tidak akan datang untuk membantu mu HAHAHAHAH"

"mama..."

"wah wah wah, ada ribut-ribut apa ini?"

mereka berbalik kearah ku.

"cewe bro" salah satu dari mereka menatap mesum kepadaku sambil bersiul. sialan, berani-beraninya dia bersikap kurang ajar padaku. rasanya ingin ku congkel saja mata kotor yang kurang ajar itu, cuih.

"hai nona, mau kemana?"

"oh halo kak, saya hanya ingin bertanya apa yang sedang kakak-kakak lakukan kepada seorang anak kecil di dalam gang seperti ini?"

"aah...tidak, kami tidak melakukan apapun padanya, kami hanya sedang bermain...ya kan."

"mama..." anak itu menangis, dia ingin berlari kearahku namun salah satu pergelangan tangannya di pegang kuat oleh preman itu.

"sakit mama..." setetes air mata jatuh dari matanya.

"maaf kak, tapi bisakah kakak melepaskan tangan anak itu? dia terlihat kesakitan." ucapku sambil tersenyum. di balik bajuku aku sudah menekan tombol darurat untuk berjaga-jaga karena aku tidak tau apa yang akan terjadi setelah ini. aku tidak ingin terjebak di dalam kondisi yang buruk. mereka berlima berbadan besar, sedangkan aku hanya sendiri. di lihat dari jumlah saja sudah pasti aku yang kalah. jadi untuk menghindari resiko itu aku menekan tombol darurat yang memang selalu kubawa di saku, meminta bantuan kepada Este, dan semoga saja dia tidak datang terlambat.

dua di antara para pria itu menghampiriku. aku mendongak kan kepala bersikap sombong. mereka mencengkeram lenganku, tapi aku masih berusaha untuk bersikap tenang. tersenyum genit.

"adik manis main sama kakak yuk..."

"mama..." aku melirik kearah anak itu. memutar otak.

"ah...memangnya kita mau main apa ya kak?"

"permainan yang menyenangkan, kakak yakin kamu bakalan suka" dia meremas bokong ku, wajah ku memerah menahan marah. sungguh keterlaluan! ini benar-benar penghinaan. tangannya harus di potong karena telah berani menyentuh tanduk perak.

dia menarik ku. aku tertarik hingga kepalaku bersandar di dada nya. tubuh kami bahkan menempel. sedangkan pria yang satu lagi mulai meraba-raba punggung ku.

temannya yang melihat di belakang terkekeh, merasa bahwa hal ini lucu untuk di lihat. penghinaan! ini sangat keterlaluan.

aku berusaha melawan, mendorong tubuh pria itu agar menjauh dari ku, menjijikkan. tapi sia-sia, dua lawan satu. siapa yang lebih kuat?

"maaf kak, tapi bisakah kamu melepaskan ku? ini sudah keterlaluan."

"keterlaluan? bukankah kamu ingin bermain bersama kami...HAHAHAHA"

"lepaskan!" aku semakin memberontak, karena tangan nya yang lain sudah mulai berani meraba-raba dada ku.

"JANGAN SAKITI MAMA!"

"heh anak kecil kamu diam saja, ini permainan orang dewasa."

"MAMA! MAMA!!! LEPASKAN AKU PAMAN TUA BUSUK! JELEK! LEPASKAN!!!" anak itu menggigit tangan dari orang yang menahannya.

"Aaaakkhhh!!! anak sialan! berani-beraninya kamu menggigit tangan ku! Aaarrgghhh!" dia merintih memegangi sebelah tangannya yang tergigit kuat hingga berdarah.

My fragile little hornTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang