Aku berdiri di deretan panjang rak buku. Melihat sebuah buku yang menarik untuk dibaca. Menelusuri setiap bagian dengan teliti, Hingga aku menemukan sebuah buku yang menarik. Buku itu berjudul,
"Plan 1 destruction of the first civilization."
Destruction of civilization? Tunggu, tapi apa yang dimaksud dengan penghancuran peradaban...
Aku membolak-balikkan buku itu, membaca deskripsi singkat yang tertera di belakang sampul buku.
"Memilih yang mana yang di butuhkan dan membuang mereka yang tidak diperlukan. Kamu bilang ini demi diriku, dan dirimu. Benarkah seperti itu?
satu hal yang kita lakukan sudah berhasil mengubah seluruh dunia menjadi emas, perak, tembaga, dan kayu. Apakah ini hal yang benar kita inginkan terjadi? Hari esok akan tiba, dan hari ini akan segera berakhir."
Aku mengerutkan alis. Emas, perak, tembaga, dan kayu?.
"..."
Baiklah sepertinya aku akan coba untuk membacanya dirumah. Aku menyimpan buku itu kedalam tas. dan berbalik pergi untuk menemui Airin.
𓄃 𓄃 𓄃
"Cepatlah dan beli pakaian itu." Aku menghela napas kasar.
"Iya sebentar, eh menurut kamu mana yang lebih bagus? merah muda atau kuning?" Airin menunjukkan kedua pakaian yang di pegangnya sambil bercermin.
"Pilih saja yang kamu suka, jika tidak bisa memilih beli saja keduanya."
Dia terdiam, wajahnya berkerut.
"hm... iyasih, dua-dua nya bagus, mau beli keduanya tapi uang ku gak cukup." Dia melirik kearahku, wajahnya memelas.
"gimana ya..." Ucapnya dengan suara yang di buat-buat. Aku kembali menghela napas.
"Huh, yasudah bawa saja kedua pakaian itu ke kasir. Biar nanti aku yang bayar."
"Yeyy~ terimakasih Eve, Kamu yang terbaik deh hehe."
Chup~
Dia mengecup singkat pipi ku dan pergi menuju kasir. Aku mengikutinya dari belakang. Kebiasaan, pas di traktir aja mood nya bagus. Ya, siapa juga yang gak senang pas dapat traktiran kan. Dasar...
𓄃 𓄃 𓄃
"Baiklah totalnya menjadi 85 Dill, ya mbak. Mau bayar cash atau pakai credit?"
(Penjelasan : Dill adalah sebuah bentuk mata uang yang digunakan di negara ini. 1 Dill bernilai 10 ribu jika di rupiah kan kedalam mata uang Indonesia.)
Aku mengeluarkan dompetku dan menarik beberapa lembar uang. Menyerahkannya kepada Kasir.
"Terimakasih karena telah berbelanja di toko kami." Ucapnya ramah.
"Eve, coba lihat ke sana."
Aku melirik kearah yang di tunjukkan oleh Airin.
"Itu Zen bukan sih?" Katanya sedikit ragu.
Aku memicing. Memastikan.
"Ayo, aku ingin menghampirinya." Airin berjalan cepat di depan ku, Wajahnya terlihat geram.
Tapi kurasa, aku mengerti perasaannya.
Rasa seperti tidak terima dan marah karena telah di buang oleh seseorang yang menyedihkan. Rasa seperti wajah dan harga dirimu di injak-injak oleh orang yang tidak pantas. Rasa tidak terima dan penyesalan atas belas kasihan yang di berikan untuk orang yang salah. Dan itu adalah perasan yang paling menyebalkan yang pernah ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
My fragile little horn
Fantasyrasanya baru kemarin, ketika dia masih memanggilku 'mama' dengan suara kecil nya, dan tangan kecil itu memeluk pinggang ku bahkan ketika aku berusaha untuk menolaknya. * tolong katakan padaku, orang tua mana... yang tega melihat anaknya sendiri aka...