"Eve kamu sibuk gak hari ini?"
"sibuk" jawab ku singkat.
"yahhh" ucap Airin dengan wajah yang berubah sedih.
"kenapa?"
"aku pengen ke toko buku tapi gak tau mau ngajak siapa, kamu juga sibuk"
"pergi sendiri aja"
"ih...gak mau, rencananya aku juga pengen ngajak kamu pergi nonton"
"maaf, aku gak bisa kalau hari ini, ada urusan." aku menutup tas ku dan berdiri.
"Eve jahat" dia membuang muka.
aku menghela nafas, namanya adalah Airin. dia adalah teman pertama ku ketika aku memutuskan untuk berkuliah. tidak ada yang berani berbicara dengan ku entah karena apa. Rin bilang itu karena aku memiliki Aura yang membuat orang lain merasa tidak nyaman hingga mereka enggan untuk menyapaku. seolah-olah aku berada di dunia yang berbeda dengan mereka.
ya, dan hanya dialah yang berani menegurku. dan itu bukan awal pertemuan yang baik, aku mengabaikannya tapi dia terus mengganggu ku dan mengatakan bahwa dia ingin menjadi teman ku, karena kesal dan risih dengan tingkahnya, akhirnya aku setuju untuk menjadi temannya. dan beginilah dia, manja, namun aku tidak pernah bisa menyingkirkannya meskipun aku mau.
"kenapa kamu tidak pergi dengan pacar mu saja?"
"Zen?"
"iya"
"gak mau! aku lagi ngambek sama Zen." Airin membuang muka.
"yasudah tidak perlu pergi kalau begitu"
"ihh Eve mah...lagian kamu sibuk ngapain sih sampai gk bisa nemenin aku bentar aja? lagian besok juga kita gak ada kelas kan"
"sibuk ya sibuk."
"Eve..." dia menggandeng tangan ku merayu. masih berusaha untuk membujuk ku agar mau pergi bersamanya.
"tidak."
"yasudah kalau begitu aku pengen main kerumah Eve aja, lagian kamu juga belum pernah mengajak ku main ke rumah mu."
"nggak."
"Eve plisss..."
"nggak, mungkin lain kali"
Airin mengerucutkan bibirnya, dia tidak memaksa ku lagi setelah itu. dia tahu bahwa tindakannya itu percuma karna aku tidak akan terpengaruh dengan sikap lucu yang di buat-buat olehnya.
𓄃 𓄃 𓄃
"Ahh~" desahku pelan ketika akhirnya aku bisa terduduk nyaman di dalam mobil.
Este membantu ku untuk melepaskan cardigan kuning yang aku kenakan lalu melipatnya dan menyimpan cardigan itu kedalam tas kecil yang dia bawa.
"ini sudah jam berapa?" tanya ku sambil memejamkan mata melepas lelah.
"pukul tiga belas lewat sepuluh nona (13.10)"
"oh, kamu mendaftar kan kisa ke sekolah mana?" tanya ku lagi masih dengan mata yang terpejam.
"Sekolah dasar bintang harapan"
"swasta atau negeri?"
"seperti pesan nona, saya mendaftarkannya ke sekolah swasta."
"baguslah, aku tidak ingin dia bergaul dengan anak sembarangan, jika dia salah memilih teman itu hanya akan mencemarkan nama baik ku."
"iya nona."
"Este kita singgah ke toko buku dulu sebelum pulang, dan tolong bangunkan aku jika sudah sampai."
ah, jika kalian bertanya kenapa aku pergi ke toko buku namun menolak ajakan Rin untuk pergi bersama...itu karena aku tidak ingin pergi bersamanya, dia terlalu heboh untuk di bawa. dan aku lebih suka berbelanja sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
My fragile little horn
Fantasyrasanya baru kemarin, ketika dia masih memanggilku 'mama' dengan suara kecil nya, dan tangan kecil itu memeluk pinggang ku bahkan ketika aku berusaha untuk menolaknya. * tolong katakan padaku, orang tua mana... yang tega melihat anaknya sendiri aka...