Melihat batu karang

21 1 0
                                    

Kilau ombak lautan melambai di bibir pantai, menggoda pengunjung untuk terjun masuk mambasuh diri dalam genangan air asin. 

Kisa berlari-lari sambil membawa snorkel. Riang hatinya bergembira. 

"Aku ingin melihat ikan badut!" Dia berseru penuh semangat dan lansung berjongkok untuk menenggelamkan wajahnya di tepian dangkal pantai. Aiden ikut berjongkok tak jauh di belakang mengawasinya. 

"Ikan badut tidak hidup di sana" Aiden Terkekeh sambil sesekali menggoda Kisa, membuatnya menggembungkan pipi dan berpura-pura kesal atas candaan pamannya. 

"Kenapa tidak bisa? mereka hidup di laut dan aku melihat kedalamnya!" Bantah Kisa tak terima. Aiden lagi-lagi tertawa gemas mendengar sangkalan polos anak itu. 

"Ya, mereka memang hidup dilaut, pemahaman mu tidak salah namun juga tidak tepat." Dia melayangkan winks (kedipan mata nakal) lagi-lagi mengejek. Kisa kembali mengerucutkan bibir, kepalanya teleng tak mengerti, tidak tepat?

"Ikan badut memang hidup dilaut namun mereka tidak hidup ditempat yang sangat dangkal seperti pasir itu (tempat Kisa berdiri). Habitat mereka adalah di terumbu karang, kira-kira di sana." Jelas aiden sambil menunjuk kearah bagian laut yang lebih kurang biru. 

"Habitat? terumbu karang???" Dahinya berkerut, kata-kata yang terlalu sulit untuk dipahami, ungkapan yang terlalu tinggi baginya. Aiden menghela nafas, ikut kewalahan jika harus kembali menjelaskan segalanya dari awal. 

"Bacalah lebih banyak buku jika kamu ingin mengetahuinya, atau kamu juga bisa mencaritahu tentang itu lewat internet. Jadilah mandiri dan berhentilah bertanya." Aiden berujar ketus, tangannya terlipat didada. Tidak bermaksud buruk, namun beginilah cara mendidik agar kelak dimasa depan dia tidak akan mempermalukan dirinya sendiri dengan pertanyaan-pertanyaan bodoh tak berbobot itu. 

Kisa tertunduk, kata-kata Aiden menumbruk dasar hati terdalam. Ada banyak hal yang tidak dia ketahui, hanya bertanya untuk memuaskan rasa ingin tahunya. Namun dia tidak menduga bahwa itu akan membuat paman itu marah. Dia tidak mengerti, apakah paman terganggu? 

"Baik paman..." Merasa buruk pada dirinya sendiri, membuat nyalinya nya rasa me-layu. dan semenjak itu pula dia bertekad bahwa dia tidak akan bertanya lagi dan mulai mencaritahu segalanya sendiri menggunakan media terbatas yang dia miliki. Pikir Kisa membulatkan semangat. Pola kebiasaan yang baru saja akan dibentuk.

Satu yang ada didalam kepalanya, Aiden. Namun Eve selalu menghindari pertanyaan itu. Ini adalah ilmu yang di pelajari disekolah dasar. Semua orang tahu... bahwa tanduk perak di berkahi dengan kepintaran yang luar biasa. Tapi kenapa... sangat miris jika harus diucapkan, namun begitulah kenyataan yang terpampang di hadapan.

Kisa adalah tanduk perak, lihatlah pada tanduknya yang berkilau di bawah paparan mentari. Tampak menawan mengkilap dimata. Tapi kenapa... anak ini sangat minim pengetahuan? dia bahkan tidak mengerti ilmu-ilmu dasar yang bahkan makhluk yang disebut Manusia lama (sebelum penciptaan kehidupan kedua) bisa memahaminya dengan sangat mudah. Bodoh seperti kayu! apakah anak ini cacat?. 

Dahinya kembali berkerut, spontan menyentuh kening. Mustahil kan... tanduk perak yang cacat? itu belum pernah terjadi sebelumnya. Dan jika ya.., maka ini akan mengubah pandangan sejarah selamanya!

𓄃 𓄃 𓄃

"Eve lihat, bagaimana? Apakah pakaian ini cocok dengan ku??" 

Aku menoleh, memperhatikan tiap lekuk tubuhnya. 

"Pakaian renang baru?" Spontan ku berkomentar. Airin mengangguk antusias. 

"Sebenarnya aku tidak terlalu menyukai model renda putih seperti ini, tapi aku berpikir untuk mencoba gaya baru, semacam tipe gadis SMA yang lugu... menurutmu bagaimana?" Tanya nya lagi. Dia berpose lucu, bagaikan model dalam majalah remaja perempuan, menunjukkan sisi manis dan menarik dari pakaian yang sedang dia kenakan. 

"Kamu selalu bagus mengenakan pakaian apapun" Puji ku membuatnya tersenyum sumringah. 

"Benarkan! terimakasih Eve, aku menyayangimu~" Dia memelukku. sangat erat, dan lama.

"Y-ya, sama-sama." Jawabku dengan nafas yang tersekat, sesak.  

Airin melepaskan pelukannya, tertawa kecil karna berhasil membuatku hampir mati kehabisan oksigen. Lalu dia pun pergi menghampiri Aiden dan Kisa yang sudah lama basah terciprat ombak asin yang terus saja datang menghantam bibir pantai. 

Hari ini adalah hari terakhir kami berada di villa sebelum besok kami akan kembali ke kota. Dan karena mereka belum benar-benar puas bermain, mereka protes kepadaku karna sepanjang mereka hanya terus duduk dan bermain di sekitar villa selama masa liburan. Tentu saja itu membuat mereka merasa bosan. Rasanya seperti hanya berpindah kamar tidur tanpa ada hal menarik atau berkesan.

Mau bagaimana lagi? Aku hanya mendapatkan izin dari sekolah untuk membawa Kisa selama 5 hari. Belum lagi aku juga tidak dapat meninggalkan pekerjaanku terus-terusan. 5 hari seharusnya adalah waktu yang cukup untuk istirahat bermain, ya kan?".

Dan karena itu juga, kupikir mereka akan memaafkan ku jika aku mengajak mereka untuk melihat batu karang sebelum kembali, scuba Diving. 

𓄃 𓄃 𓄃

Terik matahari membakar kulit. Kami sudah berada di atas jetboat, siap untuk beraksi. Namun Kisa dan Airin tidak ikut bersama kami. Hanya Aku dan Aiden. 

Anak itu merengek, menangis agar aku mau membawanya. Namun tidak untuk kali ini, walau rasa hati tak tega melihat wajah itu memerah beringus... namun ini bukan sesuatu yang bisa dilakukan oleh anak kecil. Terlalu berbahaya dan keras untuknya. 

Kisa bilang bahwa dia ingin melihat ikan badut yang ada di laut, dia pernah melihat ikan itu muncul di televisi dan itu menumbuhkan ketertarikan untuk mencari tahu. Baik,  kuizinkan. Jika hanya ingin melihat tidak harus benar-benar terjun kedalam laut ya kan. 

Kebetulan ada sebuah tempat penangkaran khusus di sekitar pantai ini yang membudidayakan dan merawat berbagai jenis ikan air asin dan karang hidup. Jadi sebagai gantinya aku meminta Airin untuk membawa Kisa melihat-lihat tempat itu, ah... sebenarnya Airin juga tidak tertarik untuk ikut  scuba diving bersama kami. Dia takut jika kulitnya akan mengelupas dan menghitam jika terlalu banyak terpapar radiasi matahari. 

Pemandu memberikan pengarahan, dia menjelaskan tentang hal yang tidak boleh dan boleh (Prosedur) di lakukan saat menyelam nanti. Seperti dilarang untuk menyentuh hewan sembarangan, dilarang mengambil karang atau hal lain yang termasuk kedalam ekosistem laut, dilarang memberi makan hewan sembarangan dan berhati-hati ketika ingin menginjak pasir. 

Tiba saatnya menyelam, aku mengambil ancang-ancang. Menarik nafas dan memakai kacamata selamku. 

BYYURRR_ 

suara deburan air ketika tubuhku menghantam, melompat masuk dengan keras. Begitu pula dengan Aiden yang ikut melompat bersama. Bagaikan menembus portal dunia lain, segalanya berwarna biru kehijauan. 

Tanpa sayap, aku bisa terbang. Apakah selama ini sebenarnya para ikan itu terbang? bagaikan burung, namun di dunia yang berbeda dan cara yang berbeda pula. Jika para burung terbang menggunakan sayap-sayap yang mereka bentangkan lebar menghadap langit, maka ikan bisa dikatakan terbang menggunakan sirip yang bagaikan pisau membelah lautan. Fantastic!.

𓄃 𓄃 𓄃

Bersambung____

tolong tinggalkanlah jejak bintang (Vote) di bawah, dan berikan tanggapan kamu tentang Bab ini di kolom komentar, Terimakasih...

Satu bintang dari mu sangat berharga untuk ku. Jadi jangan lupa untuk mendukung penulis dengan memberikan vote ya~😁 hehe.

*





My fragile little hornTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang