Irsha

40 2 0
                                    

17 Februari 2024.

Hari ini, aku memutuskan untuk mulai menulis catatan.

Pasien kali ini mengidap kanker leukemia mielositik akut, dan pengidapnya masih terbilang sangat muda. Lebih jelasnya, pasien masih termasuk kategori anak-anak. Usia 12 tahun, sangat di sayangkan. 

Aku masuk kedalam kamarnya untuk kembali melakukan pemeriksaan rutin. Dia terduduk diatas kasurnya dengan infus yang masih terpasang di pergelangan tangan. Melihat keluar jendela kamar. Tidak tau apa yang sedang dia pikirkan. Melamun.

Menyadari kehadiran ku dia menoleh. Tersenyum simpul. 

"Hai, apa kabar?" Aku menyapanya ramah. Senyumnya melebar. Aku mendekat. 

"Baik! dokter juga, apa kabar?" 

Aku balas tersenyum. 

"Baik." Jawab ku singkat sambil mulai memasukkan jarum dan mengambil sample darah milik nya. 

"Dokter lihat! ini namanya tuan kelinci." Dia menunjukkan sebuah boneka kelinci merah muda dengan pita kupu-kupu hitam yang melingkar di leher boneka itu. Bersemangat. 

"Halo tuan kelinci..." Aku berpura-pura menyapa boneka itu. Dia terkekeh senang. 

"Oh iya dokter, nanti aku mau pergi ketemu sama teman-teman tuan kelinci. Dokter mau ikut?" 

"Hm... memangnya, tuan kelinci mengizinkan saya bergabung?" Anak itu berpikir, melihat boneka yang sedang di pegangnya. Menimbang. 

"Tentu saja! semakin banyak orang, maka akan menjadi semakin menyenangkan juga." Ucapnya antusias. aku tertawa pelan. anak yang lugu. 

Namanya adalah Misha, orang-orang di sini akrab memanggilnya Irsha. Anak perempuan yang manis dan lugu. Tidak ada yang spesial tentang anak itu kecuali tentang dia yang sudah lama menempat di rumah sakit ini. 

Hari itu staff sedang senggang. Tidak ada panggilan darurat, suasana tenang. Malam juga indah dengan bulan purnama yang menakjubkan. Semuanya berjalan baik hingga pintu depan yang di dorong keras menjadi pusat perhatian semua orang. 

Disana, berdiri seorang anak laki-laki yang menggendong adik perempuannya yang sekarat. Terengah-engah di depan pintu masuk utama. Berteriak dengan mata yang di penuhi tumpukkan air mata, memohon meminta bantuan. Siapa yang tidak akan merasa iba melihatnya? 

Ya, Anak perempuan itu adalah Irsha. Wajahnya pucat pasi. Dan ada banyak darah yang mengucur keluar dari hidungnya. Bahkan baju yang dia kenakan juga memerah tertetes darah. 

Kami segera membawanya ke ruang Instalasi rawat intensif. dan malam yang tenang itu pun berubah menjadi malam yang sangat panjang.

Dia anak yang baik, dan kebaikannya itu membuatnya menjadi sangat terkenal di sini, akrab dengan banyak orang. Dia juga sering bermain dengan anak-anak yang dirawat inap. Menyemangati mereka, dan menghibur. Terkadang dia juga pergi ke kamar pasien lain hanya untuk menceritakan bualan-bualan konyol miliknya. Mungkin, seperti itulah cara dia menghibur orang lain, dan dirinya sendiri. 

Pasti rasanya sangat sulit... mengingat umurnya yang masih terbilang muda. Dia juga, pasti ingin merasakan bermain di luar tanpa harus mempedulikan penyakit yang dia derita, dan menikmati masa kanak-kanak nya, sama seperti anak-anak lain yang seumuran dengan dirinya. 

Aku juga pernah menjadi muda, jadi aku sangat mengerti perasaan itu. 

Tidak bisa melakukan apapun dengan bebas, terjerat oleh obat-obatan. Hanya dengan memikirkannya. Membayangkan jika aku adalah dirinya...dan  hanya dengan sedikit perasaan iba, aku sudah memutuskan. Akan kulakukan segala yang kubisa, dan menyembuhkannya. 

My fragile little hornTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang