JENDRA menghentikan laju motornya, kemudian memarkirkannya dengan rapi sebelum akhirnya ia berjalan mendekati sosok yang kini sedang terduduk di ayunan taman dekat kawasan kostnya seorang diri.
"Jasmin?" panggil Jendra ragu.
Yang dipanggil lantas menegakan kepalanya, kemudian menatap Jendra dengan bingung. "Loh, ngapain kamu disini?"
"Gue yang harusnya nanya. Lo ngapain disini sendirian malem-malem?"
"Tadi aku abis fotocopy tugas, terus duduk dulu disini sebentar. Cari angin." jawab Jasmin seraya menunjuk kearah kumpulan kertas yang ada di pangkuannya. "Kalo kamu abis dari mana?"
"Nih, beli obat di apotek."
"Siapa yang sakit?"
"Gue."
"Kenapa gak minta tolong temen kamu aja yang beli? Lagi sakit kok jalan-jalan." oceh Jasmin.
Jendra tidak membalas. Lelaki itu kini malah ikut mendudukan diri di ayunan kosong yang berada persis disebelah Jasmin.
"Gapapa, gue masih bisa beli sendiri. Orang sakitnya cuma batuk pilek doang. Lo kenapa gak pulang? Nanti di culik."
"Emangnya aku anak kecil apa, diculik segala."
Jendra terkekeh pelan, "Emang iya kaya anak kecil."
Kemudian keduanya terdiam untuk beberapa saat.
Jendra menoleh pada Jasmin yang kini tengah melamun memperhatikan kedua kakinya. Alis Jendra terangkat ketika melihat raut wajah Jasmin.
"Lo kenapa?" tanya Jendra pelan. "Ada yang gangguin lo di kampus?"
Jasmin menggeleng dengan cepat. "Enggak. Kamu kenapa mikir kaya begitu?"
"Abis muka lo kaya yang begitu."
"Jen, aku boleh cerita gak sih?" tanya Jasmin tiba-tiba saja mengalihkan topik pembicaraan.
"Ya boleh aja." sahut Jendra mempersilahkan.
"Aku punya pacar, anak kampus kita."
"Kating FT yang waktu itu gangguin lo?" tebak Jendra sok tau.
"Eh bukan, pacarku udah meninggal."
Mendengar perkataan Jasmin, Jendra sontak membulatkan kedua bola matanya, menatap Jasmin dengan tatapan tidak percaya.
"Lo, serius?" tanya Jendra ragu.
"Iya. Jujur, sebenernya ini bukan kampus tujuanku Jen, aku pengennya tetep kuliah di Bandung biar gak pisah sama keluarga," jelas Jasmin. "Tapi pas aku dapet kabar kalau pacarku meninggal, aku langsung ganti tujuanku ke sini."
"Aku masih gak ngerti sama alasan yang aku buat, aku cuma paham kalau aku masih pengen tetep ngerasain kehadiran dia, dan satu-satunya yang selalu aku inget dari dia ya disini." lanjut Jasmin. "Tapi gak tau kenapa, sekarang aku malah merasa nyakitin diri aku sendiri. Tiap malam aku gak bisa tidur, kepikiran dia."
"Kenapa?" tanya Jendra.
"Iya itu ... Aku masih belum tau alasannya," jawab Jasmin. "Aku juga sebenernya mau minta maaf sama kamu, Jen. Waktu ospek kampus aku membebankan kamu banget. Tapi sebenernya alasan aku telat ospek bukan karena baru bangun. Sebelum berangkat ospek aku ngelamun, mikirin pilihan untuk kuliah disini udah bener atau belum."
"Santai. Gue gapapa kok, tapi emang lo agak nyebelin sedikit pas waktu itu." aku Jendra jujur. "Gue boleh cerita juga gak?"
"Boleh, dong. Ayo cepet cerita, aku dengerin."
KAMU SEDANG MEMBACA
[PROSES REVISI] Jangan
FanfictionJangan takut jatuh cinta lagi, apalagi kalau itu bersama Rajendra. ©bcnzie11 2021