- About Rajendra from Harfiansyah point of view

312 61 17
                                    

HARFI mengenal Jendra sejak keduanya duduk di bangku SMP.

Selama mengenal sosok Jendra, Harfi tidak pernah bertengkar dengan Jendra meski kadang diantara keduanya sering terjadi perbedaan pendapat. Jendra selalu mengalah, pada siapa pun, dalam kondisi apa pun. Hal itu menjadi salah satu alasan mengapa Harfi dan bahkan semua orang yang ada di sekitarnya merasa nyaman berada di dekat Jendra.

Jendra selalu mengalah tanpa memperhitungkan seberapa besar hal itu berpengaruh pada hidupnya. Jendra selalu mendahulukan orang lain, tanpa memikirkan dirinya sendiri. Setiap terjadi masalah, sosok Jendra yang pasti akan terbayang oleh semua orang sebagai sosok yang diharapkan dapat menolong.

Tapi sore ini, ketika Harfi baru saja menginjakan kakinya di kota Depok dan bertemu dengan Jendra setelah sekian lama keduanya tidak bertemu, Harfi bersumpah, itu adalah tatapan tidak suka pertama kalinya yang ia dapatkan dari seorang Jendra.

"Ngapain?" tanya Jendra dengan nada tidak bersahabat. "Beneran pindah lo kesini?"

"Iya. Gue sengaja ambil kost disini karena gue denger dari ibu lo disini ada kamar yang kosong." jawab Harfi seadanya.

Sosok perempuan yang sudah tidak asing bagi Harfi belakangan ini, tiba-tiba saja keluar dari balik punggung Jendra, menatap keduanya dengan tatapan bingung, namun tidak bertanya sepatah kata pun.

"Jasmin ya?" tanya Harfi, berusaha membuat keadaan menjadi lebih santai.

Jasmin membulatkan kedua matanya ketika sadar siapa lelaki yang kini ada di hadapannya.

"Kamu Harfi?"

"Iya gue Harfi, salam kenal ya Jasmin. Mulai sekarang gue kost disini bareng Jendra."

Jasmin tersenyum kecil. "Selamat datang di Depok ya, Harfi. Salam kenal."

Jendra kini mengambil langkah mendekati Harfi, memberi kode lewat tatapan matanya pada Harfi untuk masuk ke dalam kost dan berbicara empat mata dengan dirinya.

"Jasmin boleh izin masuk ke dalam sebentar? Jendra kayanya mau bicara." ucap Harfi sebelum mengekori Jendra masuk ke dalam kost.

"Silahkan Harfi."

Setelah Jasmin menjawab, Harfi baru masuk ke dalam kost, meninggalkan Jasmin sendirian di teras kost yang masih dibalut dengan perasaan bingungnya.

Namun tidak lama setelahnya, Jendra kembali menghampiri Jasmin seraya memberikan kunci pintu kamar kostnya, dan berkata. "Kamu ke kamarku dulu aja. Tunggu disana. Aku mau ngobrol sebentar sama Harfi."

"Oke." balas Jasmin pelan.

Jendra kembali masuk ke dalam dan mendapati Harfi yang sudah menunggu di depan pintu kamar kostnya. Mereka berdua masuk, menutup pintu dengan rapat, lalu kemudian saling berdiam diri untuk beberapa menit lamanya.

"Jujur," ucap Jendra memecah keheningan. "Tujuan lo kesini apa?"

Harfi tidak langsung menjawab.

"Jen, sebelum gue jawab pertanyaan gue, boleh gue tanya lo satu hal?"

"Apa?"

"Lo sama cewek lo itu beneran sayang, atau cuma pelampiasan?"

Jendra tidak menjawab dengan ucapan, melaikan dengan sebuah cengkraman di kerah baju Harfi.

"Lo boleh meragukan semua hal yang gue punya, tapi lo gak bisa meragukan perasaan gue ke Jasmin. Kalau lo pikir gue jadiin Jasmin pelampiasan, lo harus buka pikiran lo lagi. Gue bukan lo Fi yang bisa jadiin orang lain sebagai pelampiasan dari perasaan lo yang belum selesai itu." ucap Jendra geram.

[PROSES REVISI] JanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang