- Not feeling well

417 96 3
                                    

BAIK Jendra maupun Jasmin kini sedang dibuat kewalahan, pasalnya minggu depan ujian akhir semester akan dimulai. Setelah ujian selesai, minggu berikutnya akan dilanjut oleh pelaksanaan acara Mufest yang sudah berbulan-bulan mereka, sebagai segenap panitia, persiapkan.

Hari ini rapat terakhir akan dilaksanakan. Beberapa barang yang akan digunakan untuk acara hari-h pun sudah mulai dikumpulkan pada satu ruangan. Rapat kali ini bertujuan sebagai penutup, sebelum akhirnya para panitia mulai fokus mengerjakan final touch tugas mereka masing-masing.

"Oke segitu aja dari gue sebagai ketua pelaksana, sisanya tolong kalian rapat divisi untuk yang terakhir kalinya. Pastiin semuanya oke hari ini. Semangat semua, jangan lupa minggu depan kita UAS."

Beberapa orang berdiri ketika sang ketua pelaksana menyelesaikan kalimatnya, berjalan menuju kumpulan divisinya dan langsung duduk melingkar untuk rapat divisi terakhir.

Begitu juga dengan Jendra. Ia kini duduk tepat di sebelah Dara yang mulai menjelaskan apa saja yang harus dilakukan oleh divisi mereka hari ini.

"Hari ini kita crosscheck nomor kating dan alumni buat kasih informasi, habis itu kita juga final editing design surat undangan buat disebar ke kampus lain. Kalau kampusnya jauh, boleh pake email. Terus ... Apalagi ya?"

"Penjualan tiket gimana?" tanya Jendra.

"Oh iya tiket. Itu katanya diurus sama anak acara. Kita cukup bantu sebar di sosmed aja."

Jendra menganguk paham. "Penanggung jawab dari masing-masing tugas itu masih sama apa mau diacak lagi?"

"Acak dong, gue gabakat buat design-design gitu." keluh Selina.

"Tapi kalau diacak lagi nanti ribet." sahut Dara dengan tatapan datarnya, terlihat sedang tidak dalam mood untuk merubah formasi jobdesk lagi. "Kalau emang Selina gak bisa design banget, disini ada yang bisa bantu Selina gak? Tanpa melepas jobdesk awalnya ya."

Semua anggota humas terdiam, membuat Selina semakin cemberut. Sudah pasrah kalau nanti dirinya seorang diri yang akan mendesign undangan tersebut.

Jendra menyadari raut wajah khawatir Selina. Maka dengan ragu, Jendra mengangkat tangan kanannya dan berkata. "Gue deh kak. Kasian Selina kalau harus sendiri."

Dara melirik ke arah Jendra, menatap lelaki itu cukup lama sebelum akhirnya menghela nafas dan menjawab. "Yaudah. Tapi inget jobdesk awal lo."

Selina kini turut menatap Jendra dengan mata yang berbinar, bibirnya juga kini mengucap kata terimakasih tanpa suara.

Seperti yang diharapkan, Jendra memang selalu berniat membantu walaupun dirinya sendiri tidak yakin kehadirannya itu dapat membantu atau tidak.

Seluruh anggota divisi humas kini sibuk dengan jobdesknya masing-masing. Setelah memastikan jobdesknya sudah selesai, barulah Jendra mendekati Selina dan mengambil alih laptop Selina untuk membantu membuat design undangan.

"Woi anak logistik, temen lo mimisan nih."

Suara lantang yang datang dari arah sudut ruangan membuat fokus Jendra menjadi terbagi. Untuk sejenak Jendra tidak bereaksi apa-apa, namun setelah menyadari siapa anak logistik tersebut, tiba-tiba saja Jendra diserang rasa panik.

Selina yang juga turut mengenali orang itu langsung berdiri dan menyenggol lengan Jendra. "Bantuin ego, itu Jasmin!"

Selina berlari mendekati Jasmin lebih dulu, kemudian tidak lama setelahnya Jendra menyusul.

Jasmin saat itu terlihat sedang duduk di atas kardus besar dengan tangan yang menutupi hidungnya. Beberapa orang berkerumun untuk mengecek kondisi Jasmin, namun setelah Jendra datang entah mengapa semua orang otomatis memberikan space untuk Jendra seakan tahu kalau Jasmin pasti akan aman jika ada Jendra disana.

[PROSES REVISI] JanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang