JENDRA dan Harfi datang tidak lama setelah Jasmin membalas pesan terakhirnya pada Jendra. Ketika sampai, mereka berdua langsung menghampiri meja yang di duduki oleh Jasmin dan Jihan, kemudian mengakrabkan diri seperti tidak ada hal yang terjadi di antara Harfi dan Jihan.
"Sori lama, ni bocah kelas gak kelar-kelar." ujar Jendra memberi tahu seraya duduk dihadapan Jasmin yang kala itu sudah bersama Jihan terlebih dahulu.
Harfi sekilas melirik Jihan yang memang sudah melirik lelaki itu lebih dulu, namun hanya sesaat, sebelum akhirnya Harfi menatap Jasmin dengan senyum yang merekah.
"Lo pasti Jasmin ya? Kenalin gue Harfi."
Jasmin sontak mengerutkan dahinya bingung. Pertemuan pertama mereka jelas terjadi beberapa hari yang lalu, ketika Jasmin berkunjung ke kost Jendra. Dalam ingatan Jasmin, dirinya dan Harfi juga sudah berkenalan.
Harfi mengulurkan tangannya ke hadapan Jasmin. Sebelum membalas jabatan tangan Harfi, Jasmin sempat melirik kearah Jihan dan Jendra terlebih dahulu. Jendra menganggukan kepalanya seraya membuang arah pandangnya, memberi kode untuk mengikuti permainan yang Harfi lakukan saat ini.
"Iya Harfi, salam kenal. Semoga betah di sini."
Harfi melepas jabatan tangannya dengan Jasmin, lalu kini mengerakan tangannya ke hadapan Jihan. Melakukan hal yang sama dengan apa yang tadi di lakukannya pada Jasmin.
"Halo gue Harfi. In case kalo lo lupa nama gue."
Seketika suasanya berubah menjadi tidak senyaman sebelumnya.
Jendra menghela nafasnya pelan, kemudian memukul kepala Harfi dari belakang, merasa kesal. "Monyet, gausah sok drama." ucapnya sebal. "Udah Jas, kita pergi aja. Ini orang berdua butuh ngobrol."
Jasmin menganguk setuju. "Aku juga ada kelas kok abis ini."
"Yaudah ayo, aku anterin." balas Jendra.
Jihan sempat menahan pergelangan tangan Jasmin, meminta gadis itu untuk tetap berada pada tempatnya.
"Jas..."
"Gapapa, kamu bisa kok." ucap Jasmin, berusaha menyakinkan Jihan. "Aku sama Jendra pergi dulu."
"Harfi, titip Jihan ya." kata Jasmin kini tertuju pada Harfi.
"Dengan senang hati, Jasmin." balas Harfi dengan senyum lebarnya.
Jasmin memutari meja dan menghampiri Jendra yang menunggunya di sisi meja yang lain. Sebelum benar-benar pergi, Jendra menyempatkan diri untuk menepuk pundak Jihan pelan dan berkata,
"Semangat. Gue serahin sama lo berdua. Gue sama Jasmin cabut dulu."
Jendra menggengam tangan Jasmin, lalu mereka berdua beranjak dari kantin, meninggalkan Harfi dan Jihan menyelesaikan apa yang belum terselesaikan di antara mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
[PROSES REVISI] Jangan
FanfictieJangan takut jatuh cinta lagi, apalagi kalau itu bersama Rajendra. ©bcnzie11 2021