Jendra : gua nunggu di peron atau di depan stasiun aja?
Jasmin : Depan stasiun aja gapapa
Jasmin : Aku bentar lagi sampaiiJendra : oke gua tunggu deket mesin tap kartu ya
Jasmin : Okee
Suara pemberitahuan jika kereta akan segera sampai di stasiun tujuan terdengar tidak lama setelah Jasmin membalas pesan dari Jendra. Gadis itu secara otomatis bangkit dari duduknya dan menurunkan barang bawaannya dari bagasi, kemudian berdiri tepat di depan pintu kereta, menunggu kereta untuk berhenti.
Setelah kereta berhenti, Jasmin turun dan berjalan keluar dari peron, menghampiri Jendra yang terlihat sedang menunggu Jasmin di dekat mesin tap kartu kereta.
Hari ini Jendra tampak berbeda. Lelaki itu menggunakan kacamata yang tidak pernah Jasmin lihat sebelumnya. Rambut Jendra juga terlihat lebih panjang dari terakhir kali Jasmin melihatnya. Penampilan sederhana Jendra hari ini entah mengapa malah membuat jantung Jasmin berdegup lebih cepat dari biasanya.
Jasmin menghampiri Jendra setelah berhasil melakukan transaksi perjalanan dengan mesin tap. Gadis itu kini hanya bisa berdiri di hadapan Jendra tanpa berani mengucap satu kata pun, karena yang ada di kepalanya saat ini hanyalah perkataan yang Teh Gea ucapkan beberapa minggu yang lalu.
Jasmin merasa bingung, apakah dirinya harus mengatakan yang sejujurnya pada Jendra atau tidak.
"Hai?" sapa Jendra canggung, ketika melihat Jasmin hanya diam di hadapannya saat ini. "Gimana liburannya?"
"Seru. Kamu gimana?" kata Jasmin balik bertanya.
"Biasa aja," balas Jendra cepat. "Sini gue bawain tasnya."
Jasmin menyerahkan tasnya pada Jendra begitu saja. Jendra sempat dibuat kebingungan karena biasanya Jasmin pasti akan langsung menolak dan bersikeras untuk membawa barangnya sendiri.
Jasmin agak aneh, namun Jendra tidak memiliki ide mengapa Jasmin bertingkah seperti itu hari ini.
Mereka berjalan beriringan menuju mobil Jendra. Tentu tanpa berbicara. Sampai keduanya masuk ke dalam mobil Jendra pun, mereka masih belum bersuara.
Jendra merasa tidak nyaman dengan kondisi saat ini. Lelaki itu berniat membuka suaranya untuk memecah rasa canggung, namun ternyata Jasmin sudah lebih dulu berbicara.
"Jen," panggil Jasmin.
Jendra hanya mengangkat kedua alisnya sebagai balasan.
"Kamu marah gak kalau aku suka sama kamu?"
Rasanya bagai terjatuh dari lantai sebelas ketika sedang tertidur. Jendra kaget. Tidak pernah terpikirkan oleh Jendra sebelumnya kalau Jasmin akan berkata seperti itu.
"Hah?" respon Jendra, masih merasa ragu dengan apa yang di dengarnya tadi. "Lo lagi bercanda?"
Jasmin kini menatap Jendra, berusaha untuk meyakinkan Jendra kalau dirinya serius dengan ucapannya tadi.
"Aku gak bercanda."
Jendra tidak berkutik. Sampai pada akhirnya Jasmin menarik kacamata yang sedang dipakai oleh Jendra, kemudian memakainya pada dirinya sendiri.
"Lah, kamu minesnya sama kaya aku. Kok aku baru tau sih kamu juga mines?"
Jendra semakin dibuat tidak berkutik.
Bisa-bisanya gadis di hadapannya ini bertingkah seolah-olah pengakuan perasannya tadi adalah hal yang biasa?
___
"Udah denger kabar belum?"
"Kabar apa?"
"Katanya panitia Mufest yang kemarin mau ada acara ke puncak karena dana kita ternyata surplus." jelas Selina.
![](https://img.wattpad.com/cover/266881609-288-k503896.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[PROSES REVISI] Jangan
FanficJangan takut jatuh cinta lagi, apalagi kalau itu bersama Rajendra. ©bcnzie11 2021