- Huhh

429 103 9
                                    

JASMIN masuk kedalam rumahnya dengan tergesa ketika melihat sebuah mobil yang sangat ia kenali terparkir di halaman depan rumahnya.

Itu mobil Gion, bisik Jasmin di dalam hati.

Setelah masuk kedalam rumahnya, Jasmin mendapati kakak perempuan Gion sedang duduk di ruang tamu bersama dengan Bundanya. Mereka berdua terlihat sedang serius berbicara, sampai-sampai tidak menyadari bahwa Jasmin sudah sampai di rumah.

"Teh." panggil Jasmin pelan.

Gea menoleh, kemudian tersenyum lebar ketika melihat kehadiran Jasmin. Gea merentangkan tangannya pada Jasmin, menunggu gadis itu untuk masuk kedalam pelukannya. Jasmin langsung berlari kecil, lalu masuk kedalam pelukan Gea tanpa ragu.

"Teteh kapan sampai? Kok gak ngabarin Jasmin?" tanya Jasmin ketika pelukan mereka sudah terlepas. Jasmin kini duduk di sofa, tepat disebelah Gea.

"Aku baru sampai kok, iya kan tante?" balas Gea sekaligus meminta validasi dari Bunda Jasmin.

"Iya, Gea baru dateng kok Jas. Kalian ngobrol dulu aja, Bunda ke dalem dulu ya."

Bunda Jasmin segera masuk ke dalam, beliau berusaha untuk memberikan Gea dan Jasmin ruang untuk mengobrol secara intens. Tidak lama setelah Bunda Jasmin masuk ke dalam rumah, senyum Gea perlahan memudar, digantikan oleh tatapan datar dan kosong. Jasmin tidak begitu terkejut dengan perubahan ekspresi Gea, karena sebenarnya Jasmin sudah tau pembicaraan kali ini akan mengarah kemana.

"Jasmin, aku mau langsung aja tanya. Kamu abis dari mana?"

Merasa tidak perlu ada yang ditutup-tutupi, Jasmin menjawab dengan jujur. "Makam Gion, kenapa teh?"

"Aku denger katanya kemarin kamu sempet pulang ke Bandung dan bolos kuliah beberapa hari. Kata Bunda kamu juga kamu pulang dengan kondisi nangis-nangis dan ngerengek minta ke makam Gion. Jas, kamu tuh kenapa?" tanya Gea dengan nada yang rendah. "Kamu gak kasian sama orang tua kamu yang udah ngeluarin biaya besar buat kamu kuliah dan ngerantau? Kenapa bisa-bisanya kamu pulang cuma karena kangen Gion?"

Jasmin terdiam. Kepalanya menunduk dalam. Seketika merasa bersalah kepada kedua orang tuanya karena sikap kekanak-kanakannya.

"Kalau Gion tau, dia juga pasti marah sama kamu Jas." lanjut Gea.

"Teh, boleh aku jelasin kenapa aku bisa sampai pulang?"

"Aku dateng juga karena aku mau denger alasannya langsung dari mulut kamu."

"Aku dibilang penyebab Gion meninggal teh," ucap Jasmin yang akhirnya mulai menjelaskan. "Aku seneng ternyata ada banyak temen Gion yang sadar kalau aku ini pacarnya Gion, tapi kalau untuk dibilang penyebab Gion meninggal, aku belum siap."

"Siapa yang bilang?" tanya Gea, terdengar agak emosi. "Kamu tau kan kenapa Gion meninggal? Kamu sadar juga kan itu bukan salah kamu?"

"Aku baru tau, selama ini aku selalu penasaran kenapa Gion bisa meninggal tapi aku gak pernah berani untuk nanya," balas Jasmin lirih. "Tapi kalau aku jadi temennya Gion pun aku bakalan nyalahin diriku sendiri teh. Karena cuma ada aku sebagai perantara kemarahan dan kesedihan mereka. Padahal aku sama maya mereka. Sama sedihnya, sama keselnya."

"Teteh juga tau kan alasan aku kuliah disana? Aku cuma pengen ngerasain kehadiran Gion. Aku juga pengen nepatin janji aku untuk nyusul kuliah disana bareng dia. Tapi ternyata aku gak sekuat itu karena lingkunganku bener-bener semuanya tentang Gion." lanjut Jasmin. "Berat teh rasanya. Aku gak punya siapa-siapa buat cerita disana."

Jasmin mulai menangis. Semua beban yang diampunya sendiri selama enam bulan kebelakang akhirnya terungkap malam ini.

Gea menggengam kepalan tangan Jasmin yang berada di atas pahanya.

[PROSES REVISI] JanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang